LLP - Act 3

6.9K 116 0
                                    

Malam itu menjadi hari terakhir Juki tinggal di lantai 2 kosan yang masih dalam proses renovasi. Beberapa kali Firiya dan Juki sempat bertemu di lingkungan kosan dan Juki langsung menghindar meninggalkan Firiya atau menganggapnya tak ada. Bahkan beberapa tukang bangunan lainnya yang memang sadar akan kedekatan Fir dan Juki sempat merasa aneh.

"Kenapa ya kok mereka begitu?"

"Ya namanya anak muda. Berantem-berantem bentar juga ntar balikan."

"Heh. Itu bukannya kalau orang pacaran ya. Gimana sih."

"Laah lah. Cowok sama cowok juga bisa kali."

"Nih ya, kalo cowok sama cowok berantem, itu artinya persahabatan mereka sedang diuji. Kalau mereka bisa ngelewatin, bakalan erat persahabatan mereka. Nempel terus kayak homo ntar. Hahaha."

Kedua orang yang berbicara adalah Pak Nuh dan Pak Salman. Keduanya adalah tukang di kosan Fir ini yang mana Pak Nuh memiliki badan tambun sedang Pak Salman yang memiliki badan tambun namun berotot itu.

Fir sendiri juga sudah tak mau ambil pusing. Rencananya yang gagal tak dijadikan sebuah beban yang menghambat jalannya. Malah, bisa dibilang, dengan perlakuan Juki waktu itu telah membangkitkan gairah baru bagi Firiya.

Gairah ketika dirinya direndahkan oleh seseorang yang ia idolakan.

Pasalnya kala itu, di pagi hari setelah malam pengakuannya dengan Juki. Fir terbangun dengan sangat segar. Masih tercium aroma badan Juki di kaos yang ia genggam erat semalaman. Terbayang dengan jelas kejadian saat Juki yang marah, tatapan sangarnya, serta ludahannya itu. Seketika kontol Firiya yang mengeras pasca bangun tidur beranjak semakin keras.

Masih di atas kasur, Fir mengganti posisinya menjadi berlutut. Kaos Juki masih saja ia gunakan untuk menutupi wajahnya.

Dengan posisi itu, Fir membayangkan bahwa di depannya sekarang terdapat seorang Juki dalam keadaan telanjang. Kontolnya yang besar dan telah mengeras itu menggantung indah di hadapan Fir.

"Woi homo! Jangan liatin aja kontol gue. Isep kontol gue, itukan yang lo mau?!" Bentak Juki dalam bayangan Fir.

Segera Fir langsung memasukan kontol hitam itu ke dalam mulutnya. Dengan lihat, Fir memainkan lidahnya di dalam. Membuat sedikit gesekan gigi pada batang kulit kontol Juki yang besar dan keras itu. Terasa dalam mulut Firiya urat-urat pada kontol Juki yang menonjol, ingin rasanya segera Fir menikmati kontol itu pada lobangnya.

"Ooohhh dasaar homoo!! Enaakan kontol guee?!! Anjing!! Isep teruss kontoll guee Firiya Homo!!" Maki Juki kembali.

Hisapan pada kontol Juki semakin dipercepat, kepalanya kini tengah maju mundur, menikmati setiap inch bagian dari batang kontol pria perkasa di depannya itu. Tangannya tak tinggal diam, dirabanya bagian v lines pada perut bawah. Dirasakan kerasnya bagian tubuh itu, terasa panas dan menggairahkan.

Apalagi saat wajah Fir begitu menekan dalam-dalam hingga hidungnya menyentuh bulu jembut milik Juki. Aroma badan Juki paling intim terasa pekat menyeruak disana, membuat Fir mabuk kepayang, tak bisa manahan gejolak nafsu yang sudah memuncak.

Tangan kekar Juki tiba-tiba menahan kepala Fir. Kali ini adalah gilirannya untuk memberikan kenikmatan pada Firiya. Dengan hentakan yang cepat, pinggul Juki bergerak mengisi mulut Firiya hingga ia tersedak berkali-kali. Rasa ingin muntah Fir tahan, sodok kontol Juki yang besar dan panjang itu membuat Fir kepayahan, namun juga kenikmatan. Apalagi ketika beberapa kali rambut Fir dijambak, pipinya ditampar, kata-kata makian dilontarkan, Fir merasa dirinya sangat rendah sekarang dihadapan sang tukang bangunan perkasa.

Juki, seorang pemuda yang mungkin umurnya tak beda jauh dengannya, sedang menikmati mulutnya bagaikan alat untuk menuntaskan hasrat nafsu.

"Ooohhhh... Juukii.. Aaaaghh."

Kontol Fir semakin mengeras, begitu dengan genggaman juga kocokannya. Kepala kontolnya mulai berdenyut, dirasakan puncaknya sebentar lagi.

Crot. Croot.. Crooot. Croooott... Crooott. Croott.. Crrootttt.. Crroot.. Crott. Crrot. Crrroott.

Pagi hari saat dirinya baru terbangun, belum sempat ia membuka handphone atau mengambil air minum. Fir tengah menikmati sensasi deruan morning wood ditambah bayangan indahnya tentang diperlakukan lebih rendah oleh Juki, sang pemuda tukang bangunan lantai 2 tempat kosannya.

Pejuhnya tumpah sangat banyak, lebih banyak dari kemarin. Segera ia menjatuhkan badannya ke depan dan mengangkat pantatnya ke atas tinggi-tinggi.

"Fuuck mee Jukii. Pleasee." Desahnya perlahan sebelum matanya kembali terpejam.

– – – –

Terimakasih atas dukungan kalian selama ini. Untuk kalian yang ingin membaca kisah lengkapnya, kalian dapat membacanya di https://karyakarsa.com/rakarsag

Semua isi kisah lengkap untuk cerita "Laki Laki Perkasa" juga cerita-cerita lain milik Author seperti

"Keluarga Berbeda" - "Para Pejantan I" - "Terapi Kejantanan" - "Ero-Mantica" - "Para Pejantan II" telah tersedia di sana.

Untuk cerita lengkap dan update terbaru dalam kisah ini dapat anda baca dan nikmati pada platform web karyakarsa.
Terimakasih dan selamat membaca!

Regards,
Rakarsag

– – – –

*ps : this story is based on what author's wild imagination as per the main character is a persona of author in real life. Though author never had one like author describes in here, but author wish one day author could fulfil these kind of sex ;)
Regards,Rakarsag

Laki Laki PerkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang