Lagi-lagi Byeora membuka matanya lebih telat dari yang semestinya. Jarum jam yang menunjukkan angka delapan sontak membuatnya berdiri dan hal ini membuatnya sedikit terhuyung-tubuhnya masih belum sadar sepenuhnya. Memegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing, rupanya satu hal yang disebut 'begadang' bukanlah hal yang baik melihat dampak di pagi harinya. Namun setidaknya apa yang ia hasilkan dari 'begadang' ini tentu tidak sia-sia. Bayangkan, Byeora akan segera pergi ke Jepang untuk bersenang-senang di stadium bersama teriakan banyak orang. Ya, Byeora berhasil memenangkan perang tiket yang dilakukan ratusan ribu manusia dalam waktu yang sama dan ia adalah salah satu orang yang beruntung. Ia berhasil mendapatkan tiket dengan posisi duduk yang strategis. Ia mendapatkan bagian depan.
Maka segera berlalu ke dalam kamar mandi untuk bersiap, Byeora melakukannya secepat kilat. Ia harus tiba di kantor dalam sepuluh menit. Tidak sempat menata rambut, Byeora hanya menyisir asal rambutnya lalu berpakaian sekenanya saja. Dengan bergegas ia menggaet jas yang tergantung di belakang pintu, mengenakan sepatu tingginya, lalu membuka pintu dengan buru-buru.
Ia berlari sembari memeriksa arlojinya pada tangan sebelah kanan untuk mengejar bus yang akan tiba di halte tidak sampai satu menit. Bahkan derap sepatunya terdengar mengiringi degup jantung yang semakin cepat membuat dadanya naik-turun. Saat halte tersisa lima belas langkah dari tempat ia berlari, ternyata bus sudah ingin menggiling kembali kedelapan rodanya sebelum wanita itu sampai pada halte.
Byeora meningkatkan kecepatan berlarinya sekuat tenaga dan berhasil menggedor badan bus dengan panik. Usahanya berhasil saat supir bus menginjak rem di depan sana.
Sejenak Byeora mengatur napasnya seraya melampirkan helai rambutnya di belakang telinga sebelum menjajakkan kaki ke dalam bus. Ia terduduk sambil terengah. Beruntung bus yang ia tumpangi kali ini tidak seramai biasanya. Byeora masih dapat tempat duduk untuk mengurut sebentar kakinya yang terasa sedikit keram. Byeora belum mengunyah apapun sejak bangun, bahkan terpaksa berlari dengan sepatu berhak lumayan tinggi. Perjuangan sekali.
Dan untungnya ia tiba tepat waktu.
Menyapa beberapa karyawan dan penjaga keamanan yang lewat, Byeora menekan tombol lift sambil menggigit bibirnya. Ia sedang mengingat-ingat jika saja ada suatu hal yang tertinggal dan lupa ia bawa. Terakhir kali, ia ditugaskan lumayan banyak dan sedikit membuatnya kualahan.
Dan Byeora sudah mempersiapkan semuanya dengan rapi. Untunglah.
Ia sampai pada lantai ke sebelas. Terduduk di atas kursi punyanya, Byeora mengancingkan dua kancing kemeja teratasnya yang tidak sempat ia tautkan sejak di apart.
"Ditegur bos lagi?" Salah satu rekan divisinya yang duduk bersebrangan dengan Byeora, bernama Jisoo menyahutnya ketika tahu maksud dari helaan napas rekannya kali ini.
Byeora memberikan tatapan acuhnya sebelum beralih menghidupkan komputernya untuk bersiap bekerja, "kau tahu itu," sang wanita menghela napas pendeknya. Pimpinan perusahaan yang anehnya selalu berpapasan dengannya yang tengah berlari kecil, lalu mendapat teguran hangat yang nyaris selalu ia dapatkan setiap kali ia hampir terlambat datang. Usianya tidak tergolong muda. Sudah menikah tetapi belum memiliki anak satupun. Pria berkepala empat yang terkadang membuat Byeora tidak nyaman di beberapa situasi.
Jisoo memberikan secarik sticky note berwarna hijau dan dioperkannya pada Byeora, "dari direktur tadi pagi. Katanya kau harus menunaikannya hari ini."
Byeora menerimanya dengan pasrah. Ia membaca kesuluruhan isi di dalamnya. Wanita itu menarik sudut bibirnya datar sebelum kembali menaruh fokusnya pada layar komputer. Oke, waktu makan siang masih lama dan Byeora tidak seharusnya memenuhi isi kepalanya dengan pria genit yang memang sedang menagih hutang balas budinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sing My Song [ON GOING]
FanfictionIa bernyanyi untuk Jungkook. Together We're Ruined--lagu yang terdengar indah dan menyesakkan dalam satu waktu. © 2022 Innocentpnda