Seorang remaja berlari menyelusuri lorong lorong di suatu sekolah. Seseorang yang memiliki wajah rupawan itu sedang terburu buru menuju kelasnya. Apa alasannya? kenapa ia terus berlari seolah olah dikejar oleh sesuatu? Benar sekali, dia memang sedang dikejar oleh sesuatu, yaitu waktu.
"sial, ngapain pagi pagi udah ada acara terlambat aja sih" ucap remaja laki laki yang masi berlari menuju kelasnya.
"LEMESS PREND SIANG SIANG GINI SI ARGA BARU DATENG" Teriak salah satu siswa yang sedang menjalankan pelajaran olga di lapangan.
Yap, benar sekali, siswa yang sedang berlari terburu buru tersebut bernama Arga, Arga Deandra, si cowo tampan dari kelas 11 MIPA 5 SMA Taruna Negara. Laki laki yang memiliki tinggi 175 cm, dengan kulit putih dan mata hazelnya itu terlihat benar benar menawan. Maklum, gen milik mendiang ayahnya yang keturunan luar negeri melekat pekat ke tubuh Arga. Sudah cukup perkenalannya kita balik lagi ke Arga.
Arga yang diteriaki oleh salah satu kenalannya memilih untuk tak menggubrisnya, ia memilih berlari sekencang kencangnya. Dalam beberapa detik terlintas di pikirannya bahwa dia amat menyesal masuk ke kelas IPA. Pasalnya semua kelas IPA berada di lantai 3 ataupun 2. Dan sialnya kelasnya berada di lantai 3.
"Bangsat, perasaan udah daritadi gw lari kok gak nyampe nyampe" laki laki itu terus mengumpat di perjalanannya.
Setelah beberapa menit berlalu akhirnya ia sampai di lantai atas tempat dimana kelasnya berada.
Ketika ia hendak menuju kelasnya tiba tiba ada yang menepuk pundaknya.
'nah kan, ketahuan si botak ni, mati dah gw' batin arga.
Ia sudah cukup menyiapkan mentalnya, tanpa diperintah ia sudah menyatukan kedua tangannya dengan maksud meminta ampun. Tetapi ketika ia hendak berbalik, orang dibelakangnya mulai bersuara.
"Permisi, saya mau tanya" ucap orang tersebut.
'eh, dari suaranya kok masi muda, keknya bukan si botak deh, alhamdullilah' Arga mengusap usap dadanya sambil bersyukur bahwa orang tersebut bukanlah si botak guru killernya.
"eh, boleh boleh, Lu mau tanya apaan?" Arga berbalik dan memperhatikan orang di belakangnya tadi. Orang yang kini ada di hadapannya sangat rupawan, ia memiliki mata coklat tua, kulit sawo matang, dan memiliki postur tubuh yang patut di acungi jempol. ia sedikit jauh lebih tinggi dari pada Arga. Dalam beberapa waktu Arga terpesona menatap mata indah dan bulu mata lentik milik lelaki di hadapannya.
Seseorang yang merasa diperhatikan dengan lekat tersebut memilih mengubah arah pandangnya ke arah yang lain. Arga yang menyadari bahwa tatapannya membuat lelaki didepannya merasa risih akhirnya meminta maaf.
"eh, sorry sorry, jadi tadi lu mau tanya apaan?"
"kelas MIPA 3 ada dimana ?" tanya laki laki tersebut dengan nada ramah.
"ooh, MIPA 3 ada dilantai dua, bukan disini, btw lu murid baru? kok gw gak pernah liat wajah modelan lu di sekolah" Arga adalah anak yang mudah bergaul, jadi hampir semua anak seangkatannya dikenal oleh Arga.
"iya" jawab lelaki itu.
"kalo gitu salken Arga dari kelas MIPA 5, lu?" Arga menjulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan darinya.
"Keano MIPA 3" Tangan Arga disambut dengan baik oleh Lelaki tadi yang diketahui bernama keano.
Arga yang merasa disambut dengan baik, membuat senyumnya mengembang. jujur saja Arga benar benar tampan ketika tersenyum. ketampanan dan kemanisannya naik berkali kali lipat. Sampai sampai membuat Keano terkagum kagum.
'anjir, ni cowo cantik banget' batin keano. Tanpa ia sadari hatinya berdetak cepat. yah, sepertinya ia menyukai senyuman manis milik laki laki bermata hazel tersebut.
Setelah itu Keano memilih berpamitan dengan laki laki manis didepannya.
"kalo gitu gw duluan" Keano tersenyum tipis, entah kenapa hari ini ia bahagia, apakah karena dia pindah sekolah? atau karena bertemu dengan si lelaki manis, arga ? entahlah, hanya dia dan tuhan yang tau.
Arga yang mendengar hal itu juga melemparkan senyum manisnya.
Setelah itu Arga berbalik berniat memasuki kelasnya. Namun tiba tiba dari belakang ada yang menepuk pundaknya.
'ni anak apa lagi sih, kok tepak tepuk mulu' batin Arga, ia berpikir bahwa yang menepuk pundaknya adalah Keano, padahal keano sudah turun dari tadi.
"Apaan sih anjir? main tepak tepuk, Lu butuh apaan lagi ? "
Arga berbalik, dan sedikit terkejut karena kini yang didepannya bukanlah Keano si tiang namun pak botak.
'Bangsat emang, Ya allah kenapa sih, Tertekan gw sumpah' Kali ini ia tak bisa berkutik lagi. wajah pak botak menyiratkan bahwa ia marah.
"Astagfirullah pak, kaget saya, kenapa pak? "
"Kemana aja kamu?"
"o-oh anu, saya habis dari kamar mandi pak,ini mau langsung masuk kelas, takut pelajaran bapak udah mulai"
'sial, tremor gw anj' Arga benar benar takut, soalnya baru kemarin bundanya di panggil ke sekolah, kalo sampe ia masuk BK lagi dan gurunya memberikan surat panggilan ke bundanya, Bisa bisa ia di amuk oleh bunda nya.
"emang ada orang ke kamar mandi sambil bawa tas?"
"ohh ini, saya habis datang bulan pak, kan malu kalo rotinyaa keliatan, jadi saya sembunyiin di dalam tas terus saya ganti di kamar mandi" Arga merutuki alasannya yang benar benar terdengar konyol, goblok memang si manis ini.
"ngawur kamu, gak ada alasan, ayo ikut saya kelapangan" pak botak menarik tangan Arga menuju ke lapangan tengah sekolah.
"Kamu saya hukum berdiri di depan tiang bendera sampe jam istirahat, kasian sama bunda kamu tiap minggu di panggil mulu, saya juga males nulis surat panggilan" Ucap pak botak yang sebenernya bernama pak memet tersebut.
Arga yang mendengar itu merasa sedikit lega, toh kalo dihukum kek gini dia bisa kabur kapanpun, tidak mungkin juga pak botak terus mengawasinya kan pekerjaannya jadi guru bukan jadi pengawal pribadinya.
Namun ide cemerlang yang melintas di pikiran arga seketika terpatahkan karena pak botak menyuruh salah satu anggota osis yang sedang menjalankan study olahraga di lapangan untuk mengawasi Arga.
Arga terus menerus membujuk siswi yang sedang mengawasinya itu untuk melepaskannya kali ini saja.
"Ca, sumpah lu tu harus nolong gw kek, paling enggak punya guna kek jadi temen gw, masa sama bestie kek gini" Arga terus mengoceh berharap perkataannya menyentuh hati gadis dingin itu, bukannya apa apa, pasalnya hari ini panas matahari jauh lebih panas dari hari hari biasanya, mungkin efek pemanasan global.
"Diem anjir, berisik banget lo, ngocah ngoceh mulu kek burung emprit lama lama, lagian emang gw temen lu? perasaan gw gak punya temen modelan lu deh" Kan, apa tadi Arga bilang, gadis didepannya ini benar benar dingin.
"Bangsat lu ca, Temen dakjal emang"
Setelah itu Arga memilih diam, kenapa? ya karena lelah, ngomong dari tadi gak ada gunanya, dapetnya cuma lelah doang, rasanya kerongkongannya benar benar kering.
Beberapa waktu berlalu, banyak sisiwa/i yang mulai berhamburan keluar kelas.
Banyak siswi yang mengerumuni lapangan, kenapa ? apa yang terjadi ? jangan tanya lagi, tentu saja mereka tertarik dengan laki laki tampan yang sedang dihukum di tengah lapangan. Penampilan Arga benar benar menggoda iman, pasalnya keringat mengucur dari dahi menuju ke leher putih jenjang miliknya, entah sejak kapan 2 kancing bagian atas seragamnya sudah terlepas, hingga memperlihatkan kalung dengan liontin inisial A, rambut yang sedikit berantakan menambah kesan manly nya.
Selang berapa menit, bel sekolah berbunyi pertanda istirahat dan pertanda bahwa masa hukumannya juga selesai.
Setelah itu dengan cepat Arga menuju ke bawah pohon beringin untuk istirahat, sebenernya ia ingin pergi ke kantin, namun kakinya masi mati rasa.
Ketika dia memejamkan matanya sejenak, tiba tiba ia merasa pipinya ditempeli sesuatu yang amat dingin, membuat Arga sedikit terkejut.
"Anjir, apaan sih?" ucap arga sambil menatap orang yang menjahilinya tadi. Sebenernya ia sedikit terkejut tapi yasudahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAHKU DAN DIA
Roman pour AdolescentsSalahkah mencintainya ? Apa ini yang namanya sakit ? Aku...., ah tidak, maksudku kita hanya sedikit berbeda. Apakah semua ini salah dimatanya ? kalo begitu, kenapa dia memberikan perasaan ini, kenapa ia membiarkan perasaan ini membesar? Kenapa ? Pe...