Scyla merasakan rasa sesak yang di alami Sunghoon, tubuhnya gemetar dan tatapan sendunya yang sarat kepedihan. Lelaki ini sangat terluka.
menggeleng pelan dan memandangi lurus-lurus mata kelam itu mencoba menatap lebih dalam.
Mencoba meyakinkan diri Sunghoon untuk percaya ada Scyla ada di sampingnya memapahnya untuk kembali berdiri lagi."Gak kak. Kak Sunghoon ga salah. Semua ini terjadi karena takdir. Semuanya udah di gariskan bahkan saat kita belum lahir. Jadi jangan pernah kakak nyalahin diri sendiri kaya gini."
Dengan tatapan teduh itu membuat Sunghoon berfikir.
"Lo bener Scyla. Gue jadi ngerasa bodoh sekarang." Sunghoon bergumam dan terkekeh. Sedangkan gadis itu langsung mengusap bekas air matanya.
Entah dari mana keberanian Scyla berasal dia yang masih menyentuh pipi lelaki itu menurunkan tangannya menuju rahang Sunghoon lalu menariknya. Menyatukan bibir mereka. Hanya saling menempel tanpa lumatan. Mata gadis itu terpejam dengan debaran jantung yang menggila merasakan bibir Sunghoon yang dingin di atas bibirnya yang hangat.
Scyla menarik wajahnya yang memerah. Malu ketika mata mereka berserobok. Di bantu oleh Sunghoon Scyla kembali ketempatnya semula.
Scyla menatap keluar jendela ketika mobil kembali berjalan. Dia tidak menyadari ada Sunghoon yang tersenyum tipis di sebelahnya.
Namun dari itu semua Scyla bersyukur setidaknya Sunghoon tidak merasa terlalu larut dalam kesedihannya dan menyalahkan dirinya sendiri lagi.
☂️
Akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan. Sebuah rumah megah yang berada di tengah-tengah hutan. Sunghoon turun terlebih dulu menggunakan payung di ikuti Scyla yang sedikit kebingungan kenapa di tengah hari seperti ini pria itu menggunakan payung? apa dia takut kulitnya jadi hitam, pikir scyla.
"Ayo."
Scyla tak sempat bertanya karena Sunghoon terlihat buru-buru untuk segara masuk kedalam. Di dalam sana ternyata sudah ada beberapa orang. Ada Kaira, Sunoo, dan beberapa tamu yang tidak Scyla kenal.
Mereka semua mengitari sebuah peti mati yang di dalamnya ada ibu Sunghoon. Kaira yang awalnya berada di pelukan seorang pria dewasa yang tak lain adalah ayahnya melihat kedatangan Sunghoon, Kaira langsung menghamburkan tubuhnya kedekapan sang kakak.
"Kak..."
Sunghoon memejamkan matanya melihat jasad ibunya. Tubuhnya pucat dan dalam waktu beberapa hari ibunya akan berubah menjadi abu dengan sendirinya. Selain tikaman di jantung, Vampir juga bisa tewas dengan sebuah racun. Tak banyak Vampir yang bisa mendapatkan racun ini dan hanya Vampir-vampir yang paling kuat yang bisa dengan mudah mendapatkannya.
Pada malam harinya, Scyla, Kaira dan Sunghoon memutuskan untuk menginap. Sedangkan Sunoo memilih pulang. Lagi pula besok mereka masuk sekolah dan Sunoo akan membuat surat izin untuk mereka. Sunghoon dan Kaira tidak peduli dengan sekolah sebenernya, tapi disini ada Scyla yang kalian tau sendiri bagaimana dia di sekolah. Dia sangat menjaga nilai dan tak ingin ada alpa di apesnya.
"Gak apa-apa pah. Aku ngerti." Sunghoon tidak mau membawa emosi dalam percakapan mereka. Ucapan Scyla tadi masih membekas untuknya. Dia mencoba memahami apa yang ayah lakukan selama ini, menyembunyikan keadaan Kenn yang sakit parah.
"Terus musuh ayah gimana? apa aku harus balas dendam ke dia?"
Hann menggeleng pelan. "Menurut ayah kalau pun kita membalas dendam akan percuma. permasalahan ini tidak akan pernah selesai dan kekuatan kita sebanding."
"Gak mungkin. Emang sekuat apa musuh ayah itu?"
"Nak, jangan lupa racun ini sangat sulit di dapatkan. Dan Heeseung dengan mudah mendapatkannya."
Sunghoon terdiam mendengar ucapannya ayahnya. "Heeseung? Maksud ayah bukan Heeseung teman ku kan?"
Hann mengerutkan alis, "Bukanya temanmu hanya Ni-ki dan Sunoo?"
"Iya. Tapi ada Heeseung juga. Pernah aku kenalkan di telepon waktu itu."
"Ada fotonya?"
Sunghoon menggeleng, "Enggak ada yah." dia melirik Kaira dan Scyla yang berada di dapur. "Mungkin Kaira ada."
"Kaira kesini sebentar."
"Kenapa yah?"
"Kamu punya foto Heeseung?"
"Kak Hee?" Tanya Kaira takut salah orang. ada apa juga ayahnya bertanya Heeseung, tapi ternyata benar ketika Sunghoon mengangguk.
"Aku kayaknya ada."
Gadis itu mengambil ponselnya di meja dapur dan mencari foto bersamanya dengan Heeseung kalau tidak salah dia punya banyak. Tapi saat membuka ponselnya foto yang dia cari-cari tidak ketemu. Dia lupa sudah menghapusnya karena pacarnya itu tak mau ada foto pria lain di ponsel Kaira.
"Gimana? ada ga?"
"Ga ada yah."
"emangnya ada apa?"
"Gak apa-apa. gih sana kamu bantuin Scyla kayaknya dia udah kerepotan."
Dua gadis itu memang sedang memasak sesuatu yang cukup banyak untuk makan malam beberapa tamu yang masih terus berdatangan. Tentunya yang datang adalah seorang bangsa Vampir.
"Kalo iya dia musuh ayah harusnya wajahnya seumuran ayah kan?"
Hann tersenyum tipis, anaknya ini mukanya saja yang dingin tapi kenapa pikirannya polos sekali.
"Ya, kebanyakan Vampir akan berakhir perubahan wajahnya di umur 35 tahun. Seperti ayah dan mungkin kamu juga. Tapi yang seperti ayah bilang musuh ayah itu sangat kuat dia bisa menentukan penampilan bahkan seperti seumur anak sekolahan."
"Prilakunya juga ga mencurigakan jadi aku ga sadar dia musuh ayah."
"Bisa aja kan namanya sama."
Tapi kalau di pikir-pikir sedari tadi dia tidak melihat Heeseung datang kesini dan Ni-ki pun tidak terlihat batang hidungnya.
"Aku coba minta ke Sunoo."
Sama saja. Sunoo juga tidak penyimpan foto Heeseung. Pria itu juga tidak punya media sosial sama sekali.
"Mungkin emang namanya sama. lagi pula dia ga pernah nyakitin kamu kan?"
"Enggak."
Hann menyesap kopinya. Sedangkan Sunghoon hanya bisa menelan ludah. Seperti dia sedikit haus sekarang.
"Ngomong-ngomong itu Scyla yang kamu omongin kemarin?"
"Iya yah."
"Dia manusia pertama yang masuk kerumah ini. Dan dia memiliki darah dengan wangi persis seperti darahmu. kamu udah jatuh cinta sama dia?"
"Emangnya darahnya tercium?"
"Nak akhir-akhir ini kamu seperti tidak tahu apa-apa. Bahkan kamu repot-repot menggunakan mobil padahal bisa berteleportasi. Apa mungkin..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Given: Love and Blood
FanfictionHidup Scyla benar-benar berubah ketika ia tak sengaja berurusan dengan Sunghoon, Prince sekolah yang ternyata seorang Vampir berdarah dingin. "Harus lo inget, gue ngehisap darah lo tujuh kali sehari." Dan dengan berat hati, Scyla harus menerima keny...