2

121 9 0
                                    

Soonyeong mengangguk dan menerima uluran tangan Wonwoo untuk berdiri. Soonyeong yang hendak berjalan keluar dari ruangan itu seketika ditahan oleh Wonwoo. Sang penahan menggeleng menyuruh Soonyeong untuk diam disana, tidak lupa ia memberi alasan kenapa ia tidak mau keluar.

"karena aku tidak kuat dengan panasnya sinar matahari"

Soonyeong mengerti lalu tersenyum manis sampai matanya tertutup, "ooh mungkin kulitmu terlalu sensitif ya. Ngomong ngomong apa rumahmu disekitar sini?"

Wonwoo mengangguk, "iya, cukup dekat sekitar beberapa meter dari sini. Namun sinar terik membuatku harus lemas."

Soonyeong mengangguk anggukan kepalanya dan ia menoleh mendapati selembar papan untuk langit rumah dan mengangkatnya diatas Wonwoo. "karena aku tidak punya payung, kita seperti ini saja untuk jalan ke tempat tinggalmu"

Wonwoo tersenyum dan terkekeh menerima ide Soonyeong dengan gembira hati, ia mengangguk dan berjalan bersama kawannya itu. Setelah sekian langkah melewati beberapa bangunan tua nan angker, akhirnya Wonwoo menunjukkan sebuah pintu kayu tebal disisi kanan mereka. Soonyeong melihat rupa bangunan itu, tembok biru pudar yang mengelupas dan penuh sarang laba laba seperti bangunan sebelumnya. Wonwoo mengusap bahu Soonyeong,"jangan takut. ada aku"

Soonyeong mengangguk dan menelan sesuatu yang mengganjal pada lehernya. Ia mengikuti Wonwoo memasuki bangunan itu dan menaruh papan tersebut bersenderan ditembok depan. Memasukinya Soonyeong sudah merasakan bulu kuduknya berdiri, hawa hawa tidak enak mengelilinginya bahkan kesan angker begitu memeras rasanya menjadi takut.

Melihat langkah soonyeong yang terpapah lambat karena ketakutan, Wonwoo terkekeh dan kembali menuruni tangga kayu tua itu untuk membantu Soonyeong. "Ayo, jangan takut. Aku ada disini." Wonwoo meraih tangan Soonyeong dan hendak membawanya keatas namun sang empu menggeleng ketakutan. Kisah yang pernah ia dengar terkait wilayah ini adalah kisah yang sangat teoritis, banyak atraksi teroris dan markas mereka juga disini. Semakin waktu tempat ini sangat angker yang jelas jelas membuatnya semakin ketakutan.

Wonwoo mengerti, dengan enteng ia menggendong tubuh Soonyeong yang terlonjak kaget dan meronta untuk turun. "YAK! TURUNKAN AKU!"

Wonwoo diam dan malah memberi skakmat, "kau lambat padahal tadi ingin kerumahku"

"TAPI AKU KETAKUTAN!"

"diamlah"

Wonwoo membawa Soonyeong menuju lantai teratas. Tidak tahu terasuki apa namun Soonyeong malah nyaman dalam gendongan bridal style Wonwoo. Mungkin karena rasa takut membuatnya nyaman nan waspada dengan Wonwoo. Mereka memasuki ruangan usang tempat Wonwoo beristirahat dimalam hari, ia menurunkan Soonyeong diatas karpet penuh noda yang membuat sang Empu reflek berdiri kembali.

Wonwoo yang baru saja duduk dibawah menatapnya penuh tanya, "kenapa?"

Soonyeong menepuk nepuk celananya, "penuh debu, bisa membuat kulitku iritasi"

Wonwoo tidak mengerti sehingga suasana keduanya diam tidak bersuara, namun Soonyeong merogoh isi tasnya dan meraih sebuah kain didalam lalu mengamparkannya diatas karpet kotor itu.

"aku duduk disini saja, oh ya kenapa rumahmu... apa kau tidak gatal?"

Wonwoo menggeleng.

"lalu bagaiman kau makan? apa kau tidak lenas atau diare tanpa makan dan hidup ditempat seperti ini?!"

Wonwoo menggeleng lagi.

Soonyeong menghela nafas lalu meraih tasnya dan mengeluarkan sekantung plastik cemilan dan makanan. "Kebetulan aku mempunyai sisa uang sekolah jadi kubelikan ini untuk kita berbincang."

Melihat sejumlah cemilan disana tidak dapat menaikkan nafsu Wonwoo karena ia memang tidak makan dan tidak minum. "aku tidak pernah makan dan minum sama sekali.."

Soonyeong menatap Wonwoo terkejut penuh tanya, namun entah wajah itu begitu menggemaskan bagi Wonwoo. Berbincang sambil menikmati snack yang lebih tepatnya hanya Soonyeong. Sehingga langit perlahan gelap karena sejumlah awan kumulus menutupi matahari, mengeluarkan petir dan gemuruh yang dapat mengagetkan semua orang termasuk Soonyeong yang kini memeluk Wonwoo ketakutan.

Wonwoo terkekeh lagi mendapati kelakuan Soonyeong, ia memeluk pria manis itu dan memberikannya ketenangan ditengah suara guyuran hujan. Soonyeong mendongak menatap wajah Wonwoo, "aku takut suara berisik"

Wonwoo mengangguk dan ia melepaskan pelukan dan berdiri, "ayo keruang bawah, disana lebih sunyi." ucapnya lalu berjalan diikuti Soonyeong yang berlari berusaha menyetarakan kecepatan langkahnya. Menuruni tangga kayu tua yang berbunyi setiap mereka pijaki. Kesan angker semakin mendominasi beriringan suara hujan. Sesampai dilantai terbawah Wonwoo berjalan menuju pintu dipenghujung ruangan luas dan kotor itu.

Soonyeong menatap Wonwoo penuh tanya, "kau ini sebenarnya apa? kenapa orang orang tidak dapat melihatmu?"

Wonwoo menoleh dan tersenyum miring, "sudah kubilang aku bukan seperti dirimu, aku berbeda"

"jadi, kau makhluk apa?"

"halus, aku adalah hantu, soon"


deg!

Soonyeong merasakan tubuhnya lemas seketika namun tak dapat bergerak sedikitpun dari tempat. Mendengar pernyataan Wonwoo jelas jelas ketakutan dalam dirinya muncul tiga perempat mati. Dirinya ingin kabur namun ia takut. Takut takut dan takut yang ada dalam dirinya.

Wonwoo tahu bahwa Soonyeong benar benar sypk membuatnya berlari memeluk dan menenangkannya. "jangan takut.. aku hantu namun aku hidup seperti ini dimatamu bukan untuk menakutimu, soon"

"A apa hidupmu tidak pernah dipenuhi rasa takut?"

Wonwoo menggeleng, "tidak, lapar dan hauspun tidak. Aku hanya makhluk halus yang dapat kau lihat, aku bisa menggodamu dan memberimu nafsu" Ucap Wonwoo dengan smirk khasnya terbentuk tepat didepan wajah Soonyeong.

Sang empu terpaku, bahkan dirinya tidak bisa apa apa disaat bibir tipis itu melumat bibir tebalnya dengan basah seperti sedang melumat agar agar manis berukuran kecil. Lumatan itu semakin waktu semakin intens, ia dapat merasakan dirinya menghangat, lumatan Wonwoo jelas jelas memancing gairahnya. Namun sadar Soonyeong memiliki harga diri, ia mendorong tubuh Wonwoo namun sepertinya percuma karena tenaga hantu didepannya ini lebih kuat.

"nggahh! lepas! lepaskan aku!"

Wonwoo melepaskan lumatan lalu terkekeh dan mengangkat tubuh itu enteng seperti mengangkat seekor hamster.

Sang empu tetap berteriak, "JANGAN MAIN MAIN DENGANKU, JEON WONWOO! AKU ADALAH SEEKOR HARIMAU YANG DAPAT MENGUNYAHMU HIDUP HIDUP, RAR!"

Wonwoo tersenyum gemas mendengarnya, ia tetap membawa Soonyeonv kesebuah ruangan dan membaringkan tubuh itu diatas ranjang usang. Soonyeong tidak menyukai kekotoran ini, sejumlah debu yang akan membuat kulitnya gatal gatal dan iritasi. Lebih parahnya lagi Wonwoo membuka kancing seragam Soonyeong perlahan dari bawah.

Soonyeong berusahaenahan tangan Wonwoo tapi entah kenapa seketika tangannya tembus kedalam. Wonwoo terkekeh sedangkan Soonyeong panik ketakutan, mata sipitnya kini membulat menatap wajah emo diatasnya, "kumohon jangan.."

Wonwoo mengacuhkan permohonan itu, ia menarik paksa dasi dari kerah seragam Soonyeong dan mengikatnya di kepala untuk menutupi mata sipit menggemaskan itu. Wonwoo terkekeh jahil dan melepas ikat pinggang Soonyeong untuk ia pakai mengikat kedua tangan putih itu. "mari kita lihat berapa lama kau akan menahan godaan ku."

Dan seketika dunia segalanya gelap dengan sisa suara mendengung bagi Soonyeong.



Hidden Ghost - SoonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang