Bag. 9

9 0 0
                                    

Gelagat Cakra yang tidak setuju dengan pernyataan anak kelasnya memberikan kesan mengerikan bagi siapapun yang melihatnya.

"Gue udah bilang ngga mau
ya ngga mau. Ngga usah paksa gue mulu"

"Kalau bukan lo terus siapa, Kra?"

"Ya siapa kek. Pokoknya gue ngga mau ikut lomba puisi dua suara itu". Tegas Cakra

Pagi itu kelas mereka memang sedang meributkan perkara event Bulan Bahasa yang diadakan oleh anak osis

"Kelas kita cuma punya lo sama Kanaya buat mata lomba itu"

"Daripada kena pajang di lapangan karena kelas kita ngga ikut satu mata lomba sama pak Jaja"












_________________*

"Gue bagian yang sedikit aja"

"Ngga bisa, gue bikinnya sama rata. Semua bait nya enam baris"

"Ck, atur sesuka lo aja deh"

"Kra, lo kenapa sih? Dari awal masuk Napoleon lo udah kayak benci bgt sama gue. Tanpa lo sadari tiga tahun kita sekelas tapi kita ngga pernah ngobrol as a friend. Kayak, gue sehina itu kah sampe anak konglomerat kayak lo ngga mau bergaul sama modelan kayak gue?"

"Ngawur lo". Setelah itu Cakra meninggalkan Kanaya di ruang kelas yang memang hanya tersisa mereka berdua karena mereka mendiskusikan mata lomba yang ingin diikuti ketika bel pulang sekolah dimana anak-anak lain pulang.










__________________*


"Kenapa ya ngga ada yang rasa caramel?"

"I'm sorry, Nay. Gue ngga tau kalo gelato disini ngga ada yang rasa caramel"

"Nope. Kamu ngga perlu minta maaf, Matt. Aku suka vanilla juga kok, like the second flavor i like"

"Okay, oiya denger-denger kamu ikut puisi dua suara? Partner nya siapa?"

"Cakra" jawab Kanaya malas

"Aku tuh sebel banget ya sama dia, kita tiga tahun sekelas mulu tapi dia ngga pernah ngajak aku ngobrol. Kalo aku ngajak dia ngobrol pasti dia ngga bakal buka mulut, dia cuma ngangguk atau ngegelengin kepala". "Aku punya salah apa ya?" Lanjutnya

Matthew hanya tersenyum gemas melihat cara Kanaya bercerita

"Lucu"

Kanaya mematung, tak bergerak sama sekali bahkan mungkin sekarang ia tengah menahan nafasnya, berusaha mencerna apa yang Matthew baru saja ucapkan

"Kamu, cara kamu cerita tadi. Lucu"

Sialan
Matthew malah memperjelas maksud kata yang tadi. Tubuh Kanaya kini benar-benar lemas, pipinya yang tirus mungkin sudah memanas—dan memunculkan warna merah padam

"Salting mah salting aja, sama aku ini"

Damn?
Matthew ini sialan sekali, dia benar-benar tidak kenal ampun untuk menghujam pertahanan Kanaya

"Apaan sih"

"Pipi kamu ngga bisa bohong, Nay". Ucap Matthew lalu diakhiri oleh senyum manis khas kepunyaan pria itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Are Good EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang