Pagi menunjukkan pukul 05.30 seorang gadis tengah tertidur pun terbangun oleh suara alarm nya dan gadis itu pun segera beranjak dari tempat tidur nya, dia pun sedikit kaget karena ia hampir terlambat bangun untuk menyiapkan sarapan dan dagangan nya untuk hari ini.
"Astaghfirullah, hampir aja Vani lupa bisa bisa vani di marahin ibu nanti." Ujar gadis bernama Vani itu.
Ya dia Vania clarissta biasa di panggil Vani atau Pani, dia biasa di panggil Vani oleh keluarga nya tapi berbeda halnya dengan sahabat dan adik nya dia kerap memanggil nya dengan nama Pani itu adalah nama panggilan untuk nya
Vania berbeda dengan anak anak lain dia memiliki keluarga yg lengkap tapi tidak dengan kasih sayang yg lengkap, ibu nya yg bernama Miranti clarissta selalu membanding bandingkan nya dengan anak orng lain.
Sakit bukan anak mana yg ingin di banding bandingkan, bukan kah anak memiliki kepribadian tersendiri, tapi beda hal nya dengan Vania
Vania selalu menuruti apa kata ibu nya karena dia tidak ingin ibunya itu marah kepadanya."Hufff,,, akhirnya keburu jg aku buat sarapan pagi sama dagangan ku" ujar Vani pada diri sendiri
Ya Vania berjualan di sklh nya karena dia tidak mau merepotkan orang tuanya, apa lagi ayah Vania, Haryanto Clarissa dia sudah tidak bekerja lagi karena sakit kanker darah yg dia derita." Sudah siap semua Vani!!." Ujar wanita paruh baya sekitar umur 45 tahun itu tapi masih terlihat cantik yg tak lain adalah Miranti.
"Sudah Bu, ya sudah Vani mau pamit pergi sklh dulu ya Bu." Sambil ingin mencium punggung tangan Miranti tapi di tepis oleh Miranti.
"Ya sudah kamu pergi sana, jangan lupa bawa uang yg banyak." Ucap Miranti
Sakit rasanya dengan perilaku ibu nya tapi Vania tetap tersenyum walaupun begitu dia tetap seorang anak jadi dia tidak berani untuk melawan bagaimana pun dia selalu menghargai ibu nya.
"Iya Bu, ya udah Vani pamit ya Bu assalamu'alaikum." Lalu pergi meninggalkan Miranti yg sibuk dengan ponselnya tanpa menghiraukan anak nya yg mengucapkan salam.
Vania mengendarai sepeda menyusuri jalan ibu kota di Jakarta
Jika kalian tanya mengapa Vani tidak naik bus atau angkot karena dia memilih untuk menabung, jadi dia menghemat semuanya untuk kebutuhan keluarga nya dan dirinya
Dan akhirnya Vania pun sampai dia warung kopi yg selalu Vania titip kan dagangan nya di sana untuk di jual."Bi ana, Vani nitip dagangan Vani ya bi." Ujar nya kepada bi ana pemilik warung itu.
"Oh,, iya neng, aduhhh neng emang ga berat bawa banyak gini." Celoteh bi ana kepada vania
Bi ana sudah menganggap Vania itu seperti putrinya sendiri, karena dia tau keluh kesah keluarga Vania terhadap dirinya.
"Ngga bi kan Vani udah biasa, oh iya bi Vani nitip ya pulang sklh Vani ambil
lagi nanti.""Iya neng, ini semuanya biarin di bibi aja ya." Ujar bi ana ke pada Vani
"Eh ga usah bi taro aja yg separuh itu, biarin aku jual di sklh." Ujar Vani kepada bi ana
Vania memang sering berjualan di sklh karena buat tambah2 katanya"Tapi neng,, emng ga malu bawa makanan ke sklh, trs emng udh di izinin sama guru dan kepala sekolah" ujar bi ana kepada Vania.
"Ah,, soal itu Vani udah depet izin kok bi, ya sudah Vani pamit ya takut terlambat bi
Assalamu'alaikum bi." Ujar Vani sambil mencium punggung tangan bi ana"Walikumsalam hati² neng" ujar bi ana dan di balas anggukan oleh Vania.
Dan Vania pun melajukan sepeda nya menuju sklh SMA LENTERA BANGSA yg memiliki murid murid yg modis dan kaya raya
Pasti kalian heran mengapa Vania bisa bersekolah di sklh terhits itu karena Vania memang pintar dan selalu mendapat kan bantuan dari pemerintah yaitu biasiswa dan selama itu Vania bisa bersekolah di SMA LENTERA BANGSA.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN HOME
Teen Fictionbagaimana jadinya jika seorang gadis periang dan ceria harus merasakan pedih nya dunia?? jika semua orang menganggapnya rumah itu adalah tempat untuk kita bercerita beda hal nya denga Vania clarissta semenjak ayah nya yg sakit kini dia di paksa ole...