Chapter 2 [Gone]

1.8K 190 6
                                    

Tepat seminggu Aziel tampak uring-uringan karena tidak di beri kabar oleh Arsen yang sibuk promosi single barunya. Nathan dan Biru juga sibuk membujuk anak kesayangan itu agar mau keluar kamarnya.

Seperti pagi ini, Papa dan Mama menyerah membujuk Aziel untuk keluar kamar, katanya mau Arsen. Sedangkan Arsen sendiri benar-benar tidak bisa di ganggu bahkan di telepon pun tidak bisa. Entahlah, kemungkinan ponsel lelaki bucin itu di pegang oleh managernya.

Biru, manusia paling malas bergerak sudah berada di depan kamar Aziel sejak pagi hari tadi karena panggilan Nathan. Katanya, Aziel sudah tidak keluar kamar sejak kemarin sore.

"Zi, ayo dong keluar. Jalan-jalan kita sama Kak Bi." kata Biru memanggil Aziel.

"Aziel lagi kangen Kak Arsen! Gak pengen kemana-mana." seru anak itu dari dalam kamar.

Sudah 30 menit berlalu tetapi Biru dan Nathan masih mendapatkan jawaban yang sama. 'Sialan Arsen, adek gue jadi gini' pikir Nathan menyumpah serampahi Arsen.

"Zi, mau lihat kelinci gak? Kafe Kak Bi sekarang banyak kelincinya lho."

Tak lama, suara pintu terbuka dan menampilkan anak yang dari tadi tidak mau meninggalkan kasurnya. Akhirnya Aziel terpancing juga.

"Serius ada kelinci Kak?" tanya Aziel.

"Serius. Mau lihat gak?"

Aziel mengangguk heboh, seakan lupa kalau ia sedang merindukan Arsen. "Mau!"

"Sana mandi, kita ke Kafe Biru ya." suruh Nathan dan di turuti langsung oleh adiknya itu.

"Dari tadi dong Bi." desah Nathan lelah.

•••

Melihat Aziel bermain bersama kelinci membuat hati Nathan tenang. Kalau boleh jujur, Nathan kesal bukan main dengan Arsen. Setidaknya lelaki itu mengabari adiknya, tetapi ini tidak sama sekali.

"Bi, lo kan satu band sama Arsen kenapa lo masih santai-santai aja padahal Arsen sibuk sampai gak bisa ngabarin Ziel?" tanya Nathan lalu menegak kopi hitamnya, sudah tampak seperti bapak-bapak.

"Gue kan yang di butuhin cuma kemampuannya aja, kalau Arsen kan tampangnya juga di butuhin. Gue sih udah take 3 hari yang lalu jadi sekarang santai." jelas Biru.

"Kasian adek gue dari seminggu lalu keliyengan nyariin Arsen."

"Biasanya emang handphone di pegang manager selama promosi tapi gak seminggu juga sih." kata Biru lalu menatap Aziel di pojokan Kafe.

Sedari tadi Aziel bermain bersama kelinci tapi pikirannya masih pada Arsen. Kejadian seperti ini bukan pertama kali, tapi baru kali ini Arsen benar-benar menghilang selama seminggu.

"Hai Aziel."

Aziel menoleh dan menemukan Brian di sebelahnya. Anak itu tersenyum lebar menyapa Brian.

"Kak Bri!"

Biru terkejut melihat Brian. Jauh-jauh dari kampus ujung-ujungnya tetap bertemu Brian lagi Brian lagi.

"Lo ngapain di sini Bri?" tanya Biru.

Brian tersenyum tipis, sangat-sangat tipis sampai hampir tidak terlihat tapi dapat di tangkap Biru.

"Main aja sih, kebetulan ketemu lo sama Aziel." jawabnya.

Biru mengangguk dan membiarkan Brian bermain bersama Aziel. Aziel sendiri masih sibuk mengelus kelinci-kelinci kecil yang mengelilingi dia.

Backstreet [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang