2. Aula Sekolah

5 2 2
                                    

Tetap tertidur untuk melanjutkan mimpi, atau bangun untuk mewujudkan mimpi?
***

Bel berbunyi dengan nyaring terdengar instruksi dari kakak kelas untuk memasuki aula sekolah.
Saat masuk dalam ruangan yang luas itu aku kebingungan akan duduk di kursi yang mana karna semuanya sudah mulai terisi, aku sedikit segan untuk duduk bersama yang lainnya.

Saat menoleh ke arah kanan, ku lihat Daresya melambaikan tangan nya ke arah ku, aku bernafas lega setidaknya tidak duduk bersama orang baru lagi.

Hari ini hanya berisi pengumuman untuk acara mos yang sebenarnya.
kami mendapat arahan untuk membawa papan nama dari kertas Asturo (bahkan aku baru pertama kali mendengar nama kertas itu) yang berisikan nama, tanggal lahir, asal sekolah dan moto hidup.
Bagi murid laki-laki memakai topi kerucut yang di buat dari kertas karton dan bagi murid perempuan mengikat rambut dua dan di hias dengan pita berwarna merah.

"Kalian wajib menggunakan itu semua selama MOS bahkan saat ke kantin ataupun toilet dan bagi murid yang tidak menggunakan akan di kenakan sangsi."

Salah satu kakak kelas yang ku rasa adalah ketua OSIS itu berbicara secara tegas dan sangat berwibawa di tambah dengan wajah sangarnya.

Setelah pulang sekolah dan berganti pakaian. Daresya mengajak ku untuk membeli perlengkapan yang kami butuh kan untuk MOS.
Kebetulan Kakak kelas yang tinggal di asrama mulai berdatangan kami pun bisa menanyakan di mana toko perlengkapan yang dekat dengan asrama.

***

Jangan malu meminta tolong.
***

Hari berlalu dan pagi ini kami para siswa baru akan memulai MOS, jantung ku memompa dengan cepat karna hari ini seluruh murid masuk sekolah mulai dari kelas 7 sampai kelas 12.
Angkatan baru saja sudah banyak apalagi di campur angkatan lain.

Aku kesulitan mengikat rambut ku tapi aku malu untuk meminta tolong, kulihat teman-teman ku yang lain meminta tolong kepada kakak kelas dan aku disini masih berusaha sendiri.

"Mau kakak ikatin dek rambutnya?" Tanya kakak kelas yang sedang duduk di kasur Kakak kelas yang ada di bawah ku, kalau tidak salah kamar nya di ruangan paling ujung.

Aku mengangguk dan turun ke bawah, dia mengikat rambut ku sambil bertanya tanya tentang ku.

"Nama kamu mirip dengan nama kakak kalau kamu Evani kalau kakak Aveni."

Aku tersenyum sambil sedikit terkekeh.

"Lain kali kalau butuh apa-apa minta tolong aja, jangan segan walaupun di kamar ini semua Kakak kelas nya terkenal garang tapi lama-lama kamu bisa kok beradaptasi dengan mereka."  Ujar nya sambil melirik ke arah teman nya dengan ekspresi mengejek.

Bahkan setelah kakak kelas tiba, kami semua di dalam kamar ini jarang berinteraksi bahkan aku pun jarang mendengar kakak kelas di kamar ku ini saling mengobrol mereka hanya berbasa basi kemudian kembali pada kasur mereka masing-masing.

"Udah selesai."

"Makasih kak Veni." Jawab ku dengan tulus.

Aku berjalan keluar, seperti nya Theresia dan yang lain sudah berangkat.
Sambil ku lihat jam di tangan ku akhirnya aku memilih pergi ke kantin untuk mengisi perut karna aku tidak sempat memasak.

Saat tiba di kantin, aku sedikit terkejut karna suasananya sangat ramai.

"Kenapa rame banget sih, padahal kan ini masih pagi belum jam istirahat." Monolog ku dalam hati.
Ingin balik tapi perut ku sudah merengek meminta makan.
Jika ingin makan aku harus ikutan mengantri di antara puluhan siswa yang sedang
sarapan dan semua kantin yang ada terlihat ramai namun, karna perut ku sudah keroncongan ya sudah aku nekat sarapan walaupun dengan mental sekecil kacang hijau.

 JALAN Bagaimana Caranya Agar Kau Mencintaiku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang