1

9 3 0
                                    


"Agatha, dicariin Hyunjin."

Cewek bermata runcing itu mengernyit. Kenapa cowok itu mencarinya pagi-pagi begini?

"Ngapain?" tanya Agatha malah bertanya pada Sally.

Sally menghela napas, "ya, mana gue tau!" sahutnya tak peduli kemudian beranjak.

Agatha mendecak kemudian bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan menuju keluar kelas.

Hyunjin, cowok yang sama memiliki mata runcing sepertinya itu tengah bersandar di tembok. Merasa sok ganteng karena sedari tadi disapa cewek-cewek yang lewat.

"Lo nyari gue?"

"Hm.'

"Ada apa?"

Hyunjin menghela napas, menatap Agatha tanpa minat. "Gue kasihan sama diri gue sebenernya," ucapnya membuat Agatha mendelik kesal karena cowok di depannya ini terlalu bertele-tele.

"Buruan, waktu gue terbuang sia-sia nih," kata Agatha sudah tak tahan.

Hyunjin menghela napasnya, mulai berdiri tegak menghadap ke arah Agatha. "Lo belum tau?"

"Hyunjin, kalau lo cuma ngerjain gue lebih baik lo enyah. Beneran buang-buang waktu tau nggak?"

Agatha mau beranjak tapi Hyunjin menahan tangan cewek itu. "Nggak usah pegang-pegang!" kata Agatha galak menepis kasar tangan Hyunjin.

"Lo belum tau?" tanya cowok itu lagi. Agatha naik pitam, Hyunjin membuatnya hilang kesabaran. "Tau apa? Gue nggak tau. Lo-"

Tubuh Agatha menegang saat Hyunjin maju, menipiskan jarak lalu berbisik. "Kita dijodohin."

Hyunjin kemudian memberi jarak, garis wajah Agatha berubah, menatap Hyunjin tajam. "Lo jangan  asal ngomong ya," katanya memperingati karena tak percaya dengan omongan Hyunjin barusan. Nggak masuk akal banget.

Hyunjin mendengus, menyunggingkan senyum sinis. "Gue nggak asal."

"Lo tau dari siapa emang? Keluarga kita bahkan belum pernah ketemu buat bahas ini kaya di sinetron-sinetron," kata Agatha sedikit panik. "Gue nggak mau ya kalau kita bener-bener dijodohin."

"Lo pikir gue mau?" sinis Hyunjin. "Pelanin suara lo kalau nggak mau orang lain denger."

Agatha menatap Hyunjin sengit. "Lo tau dari mana?" tanya Agatha lagi karena tadi belum dijawab.

"Mama gue."

"Mama lo?"

"Hm. Dia nunjukin foto lo ke gue, dia bilang lo calon gue. Hiss najis banget nyebut lo calon gue," decaknya merasa miris pada dirinya sendiri.

"Heh dower! Nggak usah sok ganteng lu," cela Agatha tak mau kalah. "Btw, pertemuan keluarga kita kapan buat bahas perjodohan?"

"Sok-sokan nggak mau, lihat lo sekarang udah nggak sabar mau pertemuan keluarga," cibir Hyunjin.

Agatha ternganga tak percaya. "Heh Hyunjin, nggak usah kepedean. Gue tanya karena kita harus susun rencana," jelas Agatha merasa gemas, kesal sendiri mengahadapi Hyunjin.

"Rencana apaan?"

"Otak lo bawa nggak sih sebenernya?"

"Langsung aja deh," omel cowok itu tak sabaran.

"Tadi aja lo bertele-tele ngasih taunya. Hisss..." Agatha gantian mencibir. "Kita susun rencana supaya perjodohan kita gagal. Gue nggak mau dijodohin sama lo," kata Agatha panjang.

"Oke."

"Gitu doang?"

"Ya lo mau gue jawab apa?" Hyunjin jadi kesal. "Ya kali gue jawab enggak. Yang ada lo makin ngamuk."

"Tau ah. Capek ngomong sama lo."

"Ya udah."

"Ya udah."

"Ya udah gue cabut. Bye!"

"Pergi yang jauh. Bikin eneg muka lo!"

Hyunjin mengumpat di depan Agatha kemudian beranjak.

"Anjir, batin gue berperang ini," monolog cewek itu memegangi dadanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Agatha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang