3

948 172 8
                                    

Nafas Kayana tercekat kala melihat Mahendra tengah duduk di sofa apartemen nya. Ia menelan ludahnya secara kasar dan meremas seragam nya, Kayana takut dan gugup.

Kayana tau, Mahendra akan menghukumnya jauh lebih sadis dari kemarin. Sebab Kayana beraninya menampakkan diri di hadapan nya saat di umum serta terlambat kembali ke apartemen.

"Abis dari mana lo? Buta lo gak baca pesan gua? Udah gua bilang lo harus nunggu gua, bukan gua yang tunggu lo." ujar Mahendra seraya bangkit dari sofa kemudian berjalan mendekati Kayana.

Kayana mundur perlahan ketika Mahendra semakin mendekati nya.

"Lo abis jual diri kah? Lo rendahan banget, dasar murahan. Senang kan lo tadi jadi pusat perhatian di kantin? Lo pasti sengaja nabrak si Hara biar dapat perhatian kan?" Mahendra dengan cepat langsung menjambak rambut Kayana guna menahan Kayana agar tidak semakin mundur.

Mahendra menampar pipi Kayana dengan keras kemudian menghempaskan tubuh ramping itu ke arah tembok.

Kayana meringis kesakitan sebab di punggung nya masih terdapat luka luka yang bahkan belum mengering.

Mahendra kembali menjambak Kayana hingga beberapa helai rambutnya rontok akibat tarikan kuat dari Mahendra.

"Lo bandel banget ya sama gua? Gak tau diri, murahan, rendahan." maki Mahendra sembari menatap rendah kearah Kayana.

Sakit, selain fisik nya Kayana juga merasakan sakit hati. Dirinya begitu direndahkan oleh Mahendra, namun apa daya dia tidak bisa berbuat apa apa.

Karena disini Mahendra yang menguasai semuanya, bahkan hidup nya pun dalam kendali Mahendra.

"Lo tunggu disini." ujar Mahendra yang kemudian pergi ke arah dapur.

Tiba tiba saja dirinya kembali dengan membawa cuka serta air lemon. "Balik badan lo dan singkap baju lo ke atas." perintahnya.

Kayana yang segugukkan hanya bisa mengangguk kemudian menuruti perintah dari Mahendra.

Mahendra mendorong punggung Kayana agar sedikit menunduk kemudian tanpa rasa kasihan sedikit pun dirinya menuangkan cuka serta air lemon itu ke arah luka luka di punggung Kayana yang belum sembuh.

Dirinya tidak peduli akan teriakan Kayana. "Teriak semampu lo, gak akan ada yang nolong karena lo itu gak berharga. Cuma gua yang mau nerima lo di dunia ini jadi lo harusnya tau diri."

Setelah puas menyiksa Kayana, Mahendra duduk di sofa apartemen itu kemudian memerintahkan Kayana untuk membasuh kakinya.

Dengan air mata yang belum mengering, Kayana membasuh kaki Mahendra secara perlahan, dengan telaten dirinya mengusap dan membilas kaki itu.

"Lo yang bener dikit dong goblok! Pijat kaki gua, jangan cuma lo elus elus aja bego."

Kayana mengangguk lalu memijat kaki Mahendra, sejujurnya dia lelah dan ingin berbaring dikasurnya saja.

Seharian ini dirinya hanya makan roti, belum lagi kelas nya dengan kelas Mahendra sangat jauh jadi dirinya harus berlari, apalagi saat pulang sekolah ia harus berjalan kaki ditengah terik matahari.

Dan terakhir, ia menghabiskan sisa tenaga nya untuk menangis dan menjerit saat Mahendra menghukumnya tadi.

Lebam merah begitu kontras diantara kulit putih dan mulusnya, selain itu juga beberapa bekas luka serta memar tersebar acak di penjuru tubuhnya.

Siapa lagi kalau bukan Mahendra Nagendra pelaku nya?

Entahlah, mengapa dulu Kayana mau sama menerima Mahendra dengan segala syarat nya yang aneh.

Mahendra itu baik, namun entah mengapa makin kesini justru dirinya semakin tidak peduli dan merendahkan Kayana.

Kayana itu sebatang kara, dirinya bertemu Mahendra di kafe tempat ia bekerja dulu. Mahendra menolong nya dan sekarang setiap minggu Mahendra akan selalu mengirimkan uang untuknya.

Kayana ingin pergi dari situasi ini makin tidak bisa, semakin ia berusaha pergi semakin mengerikan pula sikap Mahendra pada nya.

Sejujurnya Kayana ingin menanyakan sesuatu pada Mahendra namun dia takut, takut Mahendra akan tersinggung kemudian menyiksanya lagi.

Akan tetapi pertanyaan itu terus terusan berputar di kepala Kayana, namun apa boleh buat dirinya bahkan tidak ada hak berbicara kepada Mahendra.

Seminggu berlalu, untung saja klub basket Mahendra akan mengikuti lomba jadi Mahendra sekarang tengah sibuk melatih diri sehingga Kayana dapat bernafas lega untuk sesaat.

Entah bagaimana bisa namun Kayana kembali bertemu dengan Hara saat dirinya berada di taman sekolah.

Pemuda itu langsung duduk di sebelah Kayana kemudian tiba tiba saja menggenggam tangan mungil itu.

"Lo kenapa selalu ngehindar setiap nemuin gua?" tanya Hara tanpa aba aba sedikit pun.

Kayana takut, ia khawatir apabila Mahendra tau dirinya tengah berduaan dengan Hara bisa bisa bukan hanya dia tapi Hara pun akan dibantai oleh Mahendra.

Dengan cepat Kayana menghempaskan tangan Hara, "a-anu kak. Maaf saya gak bermaksud t-tapi saya hanya takut." balas Kayana terbata-bata yang kemudian menunduk.

Hara menarik dagu Kayana lalu menatap kedua manik indah itu, "takut kenapa? Gua menyeramkan kah?"

Kayana hanya diam menunduk tanpa berani membalas pertanyaan Hara. Entah inisiatif dari mana, Hara mengusap surai halus milik Kayana.

"Lo kayak gugup gitu, santai aja gak usah panik. Gua gak makan orang kok." ujar Hara.

Tanpa dirinya sadari, seseorang tengah memantau aktivitas mereka.

"Benar benar gak tau diri."

▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄
TO BE CONTINUE

▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄TO  BE CONTINUE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I'm shockkk buttt thanks!

School CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang