Chapter 04

19 0 0
                                    

Ada sebuah pintu yang terbuka didepan kami. Sepertinya menuju ke sebuah perpustakaan.

"Aku akan mencoba masuk kesana."

Hikari menarik tanganku.

"Bukannya kita harus mencari tempat untuk tidur?"

"Ya, siapa tahu kita dapat menemukan suatu peta disini."

Hikari mengangkat alisnya

"Baiklah. Kalau kau mencari ku, aku ada disini memeriksa ruangan lain. Jangan pergi jauh-jauh ya."

Hikari pun meninggalkan ku menjelajahi Perpustakaan ini sendirian.

Aku cukup terkejut dengan luasnya tempat ini dan banyaknya buku terpajang di rak. Semuanya terlihat sudah berdebu, kecuali satu buku yang tergeletak di meja. Aku pun memeriksa buku tersebut. Buku itu terlihat seperti sebuah diary. Sepertinya sudah dibaca berkali-kali. Ada banyak bekas lumpur juga di halaman pembukanya. Di salah satu halaman diary, ada sebuah kalimat.

"Those who enter this house, must be as Quiet as a mouse. For if you even speak one word, and the Silent Witch has heard, your life Will be in his hands. She Listen to No reason, no demands."

Apa maksudnya ini? Apakah ini semacam prank? Lebih baik kubawa saja buku ini, untuk jaga-jaga. Aku selipkan buku harian itu di bawah lenganku dan berjalan keluar. Saat aku baru saja melangkah keluar dari perpustakaan, tiba-tiba ada suara jeritan. Aku pun kaget dan langsung berlari ke arah sumber suara.

(Teriakan itu, aku rasa dari bawah.)

Aku berlari menuruni tangga dengan jantung yang terus berdebar. Langkahku makin melambat ketika aku melihat temanku mengerumuni sesuatu.

Di lantai.... Telah terbaring..... Mayat seseorang.

Monica menangis, Nathalie menutupi mulutnya dengan tangannya, Hikari hanya meratapi mayat tersebut dengan mata terbelalak. Joshua melihat dengan perasaan ngeri.

"Ya Tuhan..... Michael."

Aku berjalan mendekati mayatnya. Aku tak percaya apa yang telah ku lihat. Tubuh Michael terbaring disana. Tak bergerak sama sekali. Aku pun berjongkok dan memegang urat nadi di pergelangan tangannya selama beberapa saat. Tak ada rasa apapun. Dia telah mati. Dia benar-benar telah mati. Aku tak kuat untuk mengatakannya. Aku hanya berdiri perlahan dan menggelengkan kepalaku. Nathalie menjerit.

"Bagaimana bisa ini terjadi!? Dia baik-baik saja beberapa saat yang lalu."

Aku pun bertanya kepada Nathalie.

"Apa yang terjadi? Dia tadi bersama kalian, kan?"

"Aku tidak tahu. Tadi dia cuma merasa panas dan ingin keluar untuk menghirup udara segar. Namun.... Pada saat kita keluar, kami sudah menemukan..... INI!"

Nathalie menitikkan air matanya.

"Ini salahku."

Aku memegang pundaknya dan mencoba menghiburnya.

"Ini bukan salahmu, Nate."

Joshua juga mencoba menghiburnya

"Iya. Ini bukan salah siapapun."

Joshua pun melihat ke sekelilingnya.

"Kuberi tahu kalian. Rumah ini..... Aku punya perasaan aneh semenjak kita masuk kesini. Dan ini adalah buktinya."

Aku pun mengangguk.

"Iya, kita harus keluar dari sini secepat mungkin."

Seperti sebuah respon, Jendela -jendela dirumah ini bergetar dengan badai petir yang keras.

The House Of SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang