1

377 25 4
                                    


Tring.. tring.. tring.

Alarm berbunyi. Sukses membangunkannya. Mematikannya. Keluar kamar guna mengambil wudhu, dan setelahnya menjalankan Sholat Subuh.

Namun berbeda dengan adiknya, beberapa kali alarm mencoba membangunkannya, namun udara dingin terlalu meninabobokan.

"Naagitoooo!" Teriakan seorang perempuan terdengar sembari mengetuk pintu kamarnya. "Nagito bangun!" Teriaknya kembali, alarm ini sukses membangunkannya kali ini.

Nagito sukses terbangun akibat teriakan kakak perempuannya. Melihat jam di handphonenya.

"Astaghfirullah. Aku belum sholat subuh." Ucapnya terkejut ketika jam hampir menunjukkan pukul enam.

Nagito buru-buru keluar kamar. "Ka Mel, kenapa sih ga bangunin aku dari tadi." Cerocosnya seraya menuju kamar mandi.

"Lah adaan?" Terkejutnya melihat pintu kamar mandi yang terkunci.

Tok.. tokk.
"Bang OKI, buruaan dong. Gue belom solat ini" teriaknya.

"Ckkk percuma, nunggu mandi bang OKI yang kaya princess." Ledeknya menjauh dari kamar mandi, dan berjalan ke arah dapur.

Senyumnya terukir. Giginya berderet. "Hehehehe. Ka Mel.. aku mauu wudhuu." Ucapnya di buat semanja mungkin.

"Kebiasaan." Komentar Melody menyingkirkan sayuran yang di letakkan ya di depan washtafel.

Dengan cepat Nagito mengambil wudhu di washtafel, mengangkat kaki mencuci kaki pada gerakan akhir wudhunya. Melody hanya bisa menggeleng dengan kelakuan ajaib adik bungsunya.

"Makanya bangun tuh subuh." Komentar Melody setelah Nagito selesai berwudhu.

"Hehehe." Ucapnya cengengesan. Dan segera kembali ke kamarnya.

**
"Pagiiii semuaaaa" dengan penuh keceriaan Nagito menyapa semua keluarga yang sudah menyantap makannya bahkan nyaris selesai.

"Kebiasaan nih anak." Komentar Melody sembari mengatasi nasi goreng untuk Nagito. "Nih makan dulu." Melody memberikan makanan pada adik bungsunya.

"Makasih Ka Mel cantiiik." Nagito, "tapi masih cantikan pacar aku laah." 

"Nyari duit sendiri aja belom bisa, udah pacaran." Komentar Melody.

"Gpp Mel, bentar lagi dia lulus. Jadi dia bisa belajar bertanggungjawab." Terang Dyo suami Melody. Dan Nagito mengangguk semangat.

Tiga Prasetya bersaudara ini sudah hidup bertiga tanpa orang tua. Ibu meninggal ketika melahirkan Nagito. Sedangkan ayah mengalami kecelakaan kerja 9 tahun lalu. Bahkan ketika Melody menikah dengan Dyo 5 tahun lalu, Naoki lah yang menjadi wali Nikah. Bagi kedua lelaki Prasetya, Melody adalah segalanya. Tentunya kakak iparnya juga sangat luar biasa, karena bisa menerima keberadaan dua lelaki Prasetya ini.

"Aku berangkat dulu Ka," pamit Naoki.

***

Naoki memacu kendaraan roda duanya menuju tempat kerjanya. Naoki berprofesi sebagai arsitek, kini sedang menangani proyek bangunan apartemen. Tentunya keberadaannya di proyek untuk memantau kegiatan pembangunan.

Naoki kaget ketika seorang tiba-tiba, berlari ke tengah jalan, membuatnya terpaksa membelokkan sekaligus motornya. Terjatuh.

"Aw." Ringis Naoki segera bangun dari jatuhnya dan membenarkan motornya. Naoki membuka helmnya.

"Maaf om, maaf." Gadis muda itu menghampirinya.

"Om? Apa aku setua itu?" Pikir Naoki di hati.

"Kamu tau ga, apa yang kamu lakukan itu membahayakan kamu dan pengguna jalan lainnya" cerocos Naoki.

"Maaf om, aku hanya menolong anak kucing ini, tadi terserempet pengendara motor." Terangnya sembari mengais anak kucing yang tak berdaya dan terluka.

Naoki hendak yang hendak marah meluntur dengan kebaikan gadis kecil ini. Polos. Pikirnya saat itu.

"Biar aku bawa kucingnya ke klinik hewan." Tawar Naoki, namun gadis itu menggeleng.

"Aku ingin memastikan sendiri bahwa kucing ini selamat." Terangnya keras kepala. "Kali aja nanti om buang." Komentar negatif di lontarkan ya.

Naoki memutar bola matanya malas. "Ya udah ayo ikut." Naoki mengenakan helmnya. "Buruan naik." Ajak Naoki. Dengan ragu gadis itu naik kendaraan bersama orang yang tak dikenalnya.

Naoki melajukan kendaraannya. "Nanti aku buang kamu sekalian." Komentar jahat Naoki.

"Aaaarghh." Jerit Naoki yang mendapatkan cubitan di bagian perutnya. "Duuh lepesain, aku cuman becanda doank."

"Om jangan macem-macem yaa sama aku." Ancamnya.

Naoki memilih tak lagi membalas ucapan gadis kecil itu. Dan segera melajukan kendaraannya menuju dokter hewan.

Anak kucing itu pun segera mendapatkan penangan. Gadis itu menunggu dengan cemas seakan tengah menunggu sanak saudaranya. Dan Naoki mengurus administrasi kucing itu.

Naoki menghampiri gadis itu, "Nama mungkin harus di rawat dulu di sini beberapa hari. Baru bisa di bawa pulang."

"Nama?"

"Iya aku kasih nama kucingnya Nama." Jawab Naoki.

"Ga kreatif banget sih om. Kasih nama  tuh yang unyu unyu kek. keliatan banget tuanya." Komentar gadis itu.

"Sabar Ki, sabar." Naoki mencoba menenangkan diri sendiri.

"Tapi makasih banyak ya Om, udah Anter Nama kesini." Ucap gadis itu.

"Ya elaah dipanggil Nama juga akhirnya." Naoki berkomentar di hati.

Naoki mengecek jamnya, "kaya nya aku pergi duluan deh. Udah jam 8 soalnya."

Gadis itu pun ikut mengecek jam nya, "yaa ampuuun. Kuliaaah." Menyimpan hpnya. "Om Anter aku ke kampus." Ucapnya membuat Naoki bengong dan gadis itu langsung menarik Naoki tanpa persetujuan.

"Hey, aku juga harus masuk kerja." Komentarku.

"Tapi om aku lebih penting. Aku ini generasi muda yang kelak akan membawa perubahan pada negara. Jadi yaaa aku ga boleh terlambat di tambah lagi dosen aku killer." Saut gadis itu.

"Dimana kampusnya?"

"Di  Tarumanagara Om." Jawabnya

"Sekampus sama Nagito ternyata. Apa kenal sama Gito? Ga mungkin." Pikir Naoki.

"Untung kita satu arah." Komentar Naoki. "Kalo enggak, beneran aku buang."

Gadis itu mengenakan helm yang diberikan Naoki dan naik. "Heh Om, jadi laki-laki itu harus bertanggungjawab, udah bawa ke sini berarti harus dibawa kembali ke tujuan selanjutnya." Tembal gadis itu.

"Tapi kan kamu yang maksa yaaa, bukan aku." Tembal Naoki. "Lagi pula nanti itu kucing mau aku adopsi ya."

"Aku yang adopsi!" 

Naoki lebih memilih mengalah, Lagi pula gadis itu sangat perhatian pada anak kucing itu.

Mereka pun sampai.

"Makasih om. Aku sangat terbantu hari ini." Ucapnya memberikan helm pada Naoki. Dan pergi.

"Marshaaaa!" Seruan terdengar dari arah lain menghampiri gadis itu.

Naoki tersenyum.
"Marsha." Lirihnya pelan.







Tbc

(Bukan) CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang