Mati || Bagian 1

74 9 6
                                    

"Haechan mana sih! Jam nya mati apa gimana deh!" Itu adalah ungkapan kekesalan Renjun yang ke sekian kali.

Alasannya karena keterlambatan Haechan. Salah satu teman mereka yang sampai saat ini belum terlihat batang hidungnya.

Entah ada dimana dan sedang berbuat apa.

Mungkin benar kata Renjun. Jam Haechan mati, sehingga ngaretnya bikin darah tinggi.

Beberapa hari lalu, mereka—Renjun dan kawan-kawan memutuskan untuk berkumpul di pondokan dekat rumah Sanha. Waktu yang dijanjikan adalah jam 9. Semuanya, kecuali Haechan sudah sampai. Wajar. Jam saja sudah menunjukkan pukul setengah 11 kurang sedikit.

"5 menit lagi gak ada kabar, kita tinggalin aja itu anak!" Lagi-lagi ungkapan kekesalan itu keluar dari mulut Renjun.

×××

"Aduh, bang! Masih lama gak sih benerin ban nya? Saya bisa digoreng sama temen saya ini mah!"

Itu Haechan. Daritadi dia gak berhenti menyerukan keluhan dengan kesal. Matanya sedari tadi bolak balik memandang jam tangannya. Hanya untuk menerima kenyataan bahwa dia sudah telat hampir 2 jam.

Tadi dia pergi naik ojek, tapi belum sampe lima menit, ban nya pecah. Dia udah di bengkel, tapi antriannya rame, ada kalik sepuluh motor, sekarang sisa tiga lagi.

"Sabar dong dek, itu gak kasian apa sama mas-mas bengkelnya?!" Abang ojek nya ikutan kesel kayaknya. Soalnya daritadi Haechan nggak berhenti ngomel.

"Saya juga kasian atuh, bang! Udah telat banyak nih!"

"Yaudah sana cari tumpangan lain aja, capek saya dengerin kamu ngomel!"

Haechan merengut. "Yaudah deh, saya cari yang lain aja!" Haechan pinter, kenapa gak daritadi aja kamu cari yang lain.

"Ongkosnya mana?"

Haechan yang hendak melangkahkan kakinya, menoleh dan menatap tajam abang ojek yang sedang mengadahkan tangan kanan ke arahnya. "Enak aja minta ongkos, jalan aja belum sampe lima menit. Aturan saya nih yang minta ongkos, karena udah nemenin abang ganti ban. Sejam loh saya nunggu!"

Abang ojek pun terdiam.

×××

"Darimana aja sih lo, untung nggak kita tinggal!" Semprot Renjun, saat Haechan baru aja turun dari motor matic hitam milik Sanha.

Tadi saat Haechan pergi meninggalkan abang ojek di bengkel, Haechan memutuskan untuk memesan ojek online lain melalui aplikasi. Namun, setelah hampir 10 menit mencari, tidak ada satupun driver yang tersangkut permintaannya.

Akhirnya, ia menelepon Sanha. Meminta temannya itu untuk menjemputnya.

"Apasih, orang baru sampe udah diomelin aja!"

Renjun pengen banget nendang pantat Haechan saat mendengar nada bicaranya yang nge-gas itu. Hm, dia gak sadar dia juga ngomongnya nge-gas.

"Udah, emosinya simpen buat nanti," ucap Jeno. Matanya dari tadi emang ngawasin Renjun sama Haechan. Takut si Renjun meledak dan beneran nendang pantat Haechan. Bisa-bisa mereka gak jadi liburan.

Soalnya Haechan itu pendendam orangnya. Jadi gak bakalan selesai.

"Junkyu, bangun. Ayo berangkat." Jisung menepuk pantat Junkyu, soalnya si Junkyu tidur.

MATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang