time

776 99 0
                                    

Renjun terbangun dari tidurnya. Tubuhnya terselimuti oleh selimut tebal. Tidak ada Jaemin di sisinya. Kejadian semalam, tidak sepenuhnya terlaksanakan. Karena, Jaemin yang tersadar akan ucapan mertua dan kedua orang tuanya dan Renjun yang semakin ketakutan kala Jaemin mencobanya.

Renjun terduduk, mengusap gusar wajahnya. Waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. Sedangkan ulangan dilaksakan pada pukul 7.30. tanpa pikir panjang, Renjun melangkah ke kamar mandi untuk segera bersiap.

20 menit berlalu, Renjun sudah siap dengan segalanya. Termasuk beberapa buku yang harus dia baca, sesuai dengan jadwal ulangan hari ini. Saat kakinya sampai di bawah, dia sudah melihat meja makan yang terisi dengan sarapan.

"Silahkan tuan muda. Tuan Jaemin meminta saya untuk menemani anda makan."

Maid yang baru saja berbicara hanya di lirik oleh Renjun. Wanita di depannya ini, cukup cantik. Dan sepertinya, berasal dari keluarga bangsawan.

"Gak usah, nanti bisa sarapan di sekolah. Udah terlambat."

"T-tapi tuan..."

"Jaemin enggak akan marahin Lo. Kalau dia ngamuk, ngadu aja ke gue." Jawab Renjun berlalu begitu saja.

Sedangkan sang maid hanya terdiam dan membungkuk memberi hormat pada sang istri dari tuan rumahnya.

"Bahkan, mereka memperkerjakan seorang bangsawan sebagai babu? Oh ayolah... Gue juga nanti jadi babu si Jaemin... Tinggal nunggu lulus aja. Istri rasa babu."

Renjun melangkah, didepan sana, sudah ada mobil yang terparkir, dengan seorang sopir. Yang sepertinya akan menjadi sopir pribadinya.

"Bahkan, gue engga bisa main motor lagi. Emang anjing si Jaemin."

Renjun masuk kedalam mobil, setelah sang sopir membukakannya. Dan berangkat menuju sekolah.

"Pak, ke mansion Zhong ya."

"Baik tuan."

Tak sampai 20 menit, mereka sampai di kediaman Zhong. Chenle sudah menunggu di teras, saat dia melihat mobil berhenti di depan gerbang, Chenle berlari dan memasuki mobil tersebut.

"Nih, dari nyokap."

Renjun membuka kotak bekal dengan senyum sumringah. Sudah lama dia tidak mencicipi makanan yang dibuat oleh Irene. Dan sekarang adalah kesempatannya.

Walau hanya makanan sederhana, tapi rasanya tidak main-main. Memang seenak itu masakan Irene.

Sesampainya mereka di sekolah, mereka menduduki tempat masing-masing. Terfokus pada ujian yang diawali dengan bahasa Inggris.

.

.

.

Waktu berlalu cepat, sudah waktunya pulang sekolah. Chenle dan Renjun selalu saja menjadi pusat perhatian. Apalagi, Renjun. Anak itu selalu terlihat tampan dan manis secara bersamaan. Tidak sedikit dari kaum siswi ataupun siswa yang mengaguminya, bahkan ada yang pernah sampai menyatakan cinta secara terang-terangan.

Chenle akan pulang bersama Jisung. Dan Renjun akan menunggu jemputan. Karena, motornya disita oleh Wendy, sang ibu. Dan berakhir dia harus menunggu antar jemput sopir yang sudah disiapkan Jaemin.

Renjun terdiam, kala yang datang malah mobil berwarna hitam, bukan silver seperti tadi pagi. Kaca mobil itu terbuka, menampilkan seorang pria dengan baju santai dan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya, memberi kesan menawan.

"Masuk."

Renjun yang sudah terlanjur lelah, karena otak yang terkuras oleh pelajaran, mulai dari bahasa Inggris sampai matematika. Hanya menurut saja. Dia juga lelah, entah kenapa rasanya seperti selesai melakukan suatu hal yang berat.

Mobil melaju, namun bukan kearah rumah kediaman Jaemin dan dirinya.

"Mau kemana?" Tanya Renjun heran.

Jaemin tidak menjawab, hanya tersenyum saja.

Renjun merogoh sakunya, menggenggam Vape yang dia bawa tadi. Namun, belum sempat dia gunakan. Jaemin tahu, hanya saja lebih memilih fokus pada jalan didepannya.

Jaemin sampai didepan mansion miliknya. Dan Renjun menatap Jaemin tidak percaya.

"Lo? Lo cuma mau ngajak gue keliling doang?"

Jaemin hanya terkekeh.

Renjun dan Jaemin turun secara bersamaan. Renjun mengeluarkan Vape, dan hendak menghisapnya. Namun, hal itu terhenti. Karena Jaemin mengambilnya dari Renjun, lalu masuk kerumah dengan tenang.

Renjun yang kesal mengejernya, "balikin woy, itu punya gue. Kan Lo punya sendiri."

Renjun berjinjit untuk mengambil Vape ditangan Jaemin yang dia angkat tinggi-tinggi. Membuatnya harus berhadapan halnhsung dengan wajah Jaemin. Wajah mereka sangat dekat, sampai Jaemin bisa merasakan harum dari rambut Renjun. Jaemin memejamkan matanya, membiarkan Renjun terus mendekatinya, mundur secara perlahan.

Hingga Renjun kehilangan keseimbangannya, dan terjatuh bersama disofa ruang tamu.

Lama mereka saling tatap, hingga Jaemin tersenyum pada Renjun yang hanya bisa terdiam sejak tadi.

"Kenapa? Ganteng ya?"

Renjun segera bangkit dari acara menindih Jaemin. Menatap Jaemin dengan kesal.

Tanpa tahu malu, Jaemin mengangkat Renjun seperti karung beras. Membawanya ke kamar. Membiarkan Renjun yang masih memberontak.

Renjun dilempar kearah kasur. Tanpa melepas terlebih dahulu sepatu yang Renjun kenakan. Jaemin merangkak mendekati Renjun. Dengan takut, Renjun mundur terus, sampai tubuhnya berbenturan dengan kepala ranjang.

Jaemin menyeringai, menarik kaki Renjun. Membuat Renjun kini di kungkung oleh tubuh Jaemin.

"Jangan ngevape mulu. Ngerokok sekali-sekali."

Renjun mengerjap.

Tangan Jaemin mengambil sesuatu dilaci nakas, sebungkus rokok. Memberikan sebatang pada Renjun.  Karena Renjun sudah tidak tahan, dia memilih mengambilnya, dan meminjam pantik pada Jaemin.

Jaemin melakukan hal yang sama. Dia juga merokok, saling berbagi sesaknya ruangan dengan dipenuhi asap rokok.

"Tumben udah pulang?"

"Kantor diurus sama bang jae. Gue ambil cuti dua hari."

"Kenapa?"

"Cape, pengen istirahat."

Renjun hanya mengangguk.

Renjun mengambil ponsel, lalu memilih untuk bermain game online. Jaemin duduk dibelakang Renjun, melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Renjun, membiarkan kakinya memagar tubuh Renjun.

"Kapan-kapan Mabar yok."

Renjun menoleh sekilas, lalu mengangguk. Rokok Renjun sudah habis beberapa waktu tadi, Jaemin menyodorkan rokok miliknya, yang langsung di tanggapi oleh Renjun.

"Dari pada Vape lebih suka rokok."

"Terus kenapa lebih sering ngevape, waktu fitting juga Lo malah ngevape."

"Waktu itu, rokok lagi engga ada gue. Makanya pake Vape."

Jaemin hanya mengangguk. Jaemin menelusup kan wajahnya di perpotongan leher Renjun. Menghirup harumnya, dan Renjun selagi dia tidak terganggu memilih diam. Lagi pula, status mereka kan sudah sah.

"Gue mau balap malam ini. Lo ikut?"

Renjun menoleh ke Jaemin yang masih asik akan kegiatan menghirup Renjun.

"Loh? Kok gue engga dapat kabar dari bang Tae?"

"Sengaja, biar gue yang kasih tau Lo. Bosen juga kalau cuma dirumah doang."

"Tapi, besok gue masih ulangan."

Matchmaking? [Jaemren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang