Siapa bilang orang yang jatuh cinta ini akan menjadi bodoh, dan ya Ryujin akui itu.
Akui dirinya memang bodoh menerima tawaran untuk mendekatkan Chaeryeong pada sahabatnya, Yuna.
Walau dari air mukanya, gadis berparas imut nan lembut itu tidak henti-hentinya memancar senyuman manisnya.
Akhirnya, meninggalkan bekas luka secara langsung di hatinya, lekas dia beralih muka begitu Chaeryeong memotret Yuna secara diam.
“Jin, kita perlu bicara,” ujaran itu terdengar dengan nada dingin.
Dia tahu, akhir-akhir ini dia menjadi pendiam. Tidak banyak bercanda dan berbicara dengan sahabat lainnya.
“Ada—”
“Berhenti menjadi orang paling bodoh, Jin,” Yuna menatapnya datar, “untuk apa kamu menjodohkan aku dengannya? Dia cinta pertamamu, harus kamu mendapatkannya bukan menyerah seperti pecundang.”
Ryujin, gadis itu tersenyum tipis sambil melipat bibirnya.
Rasanya sakit, lebih sakit lagi kalimat Yuna baru saja lembar padanya.
“Aku, ingin dia berbahagia, Na.”
Yuna menggeleng tidak percaya lalu berdecak lidah sinis; “dengan mengorbankan cintamu demi dia? Kamu benar-benar bodoh tahap yang paling tinggi.”
Ryujin menunduk, mengigit bibir bawahnya dan ada kalanya kalimatnya memang benar.
Terdengar helaan nafas kasar dari hadapannya, dia segera mendongak, menatap Yuna yang menatapnya.
“Pokoknya ... apapun alasannya, kamu harus menyatakan cintamu padanya, bodoh amat jika ditolak atau diterima.”
Yuna mendekatinya, merentang kedua tangannya lebar dan menarik Ryujin dalam dekapannya, “aku tidak ingin melihat sahabatku yang ceria seperti ini.”
Yuna menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Ryujin, “aku menyayangimu, satu-satunya yang sabar menghadapi sikapku.”
Terasa hangat sekali, pantas saja Yuna disukai Chaeryeong.
Pelukan, kata-kata manis dan tatapan lembut darinya, siapa yang tidak jatuh cinta padanya.
Malam itu juga Ryujin sempat terpikir, apa terjadinya jika dia menyatakan perasaannya seperti disarankan Yuna.
Tapi dia tidak ingin ditolaknya, dia juga tidak ingin merasa perih dalam hatinya.
Dia tidak mau semuanya.
Tetapi menyimpan perasaan ini selama ratusan tahun juga tidak dapat diungkapkan.
Dia takut dua sebab; ditolak dan hatinya sakit hati.
Bagaimanapun, dia akan menuruti saran Yuna. Sahabatnya yang bermulut bar-bar dan acakan.
Begitu juga dialah paling dewasa di antara mereka.Lamunannya harus buyar seketika getaran di sampingnya, dengan gerakan cepat dia melihat siapa yang mengirim pesan padanya.
Kedua sudut bibirnya menarik, mengulas senyuman melihat nama Chaeryeong terpapar di layar kaca teleponnya.
Dengan cepat jari telunjuknya menekan layar itu untuk melihat notifikasi dari Chaeryeong akhirnya meruntuhkan senyumannya.
Bukan apa, dia hanya menanyakan keadaan Yuna yang tiba-tiba keluar mendadak dari kafe sering mereka mampir itu.
Chaeryeong:
Dia kenapa? Apa dia sakit?Tidak, dia tidak sakit, tapi aku, batin Ryujin memandang sayu kearah layarnya.
Dengan berat ibu jarinya menekan beberapa huruf di sana dan kemudiannya mengirim pesan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
senyuman mu • ryuryeong [✔️]
Fanfictionsemua orang pasti luluh melihat senyumnya. © zvywrte ' 2O22.