Chapter 1

672 74 7
                                    

Omong kosong apa yang baru saja dia dengar dari seorang wanita asing, tiba-tiba muncul di depan pintu apartemen malam ini lalu bertamu, memperkenalkan diri dengan singkat.

"Celine Irvandita Gemilang..." Arina menyebutkan nama lengkap wanita itu. Dengan tangan gemetar, Arina meraih ponsel yang berada di atas meja. Dia hendak menelepon Jevin. Minta penjelasan, namun urung.

Arina menunduk, air matanya terus mengalir hingga jatuh ke atas punggung tangannya.

Memejamkan mata sejenak, setiap bait dari kalimat yang Celine ucapkan tadi masih hangat di telinga. Terus terulang.

Wanita itu calon istri dari Jevin, orang tua mereka menjodohkan.

"Saya tahu Anda, Arina. Arina Dewanti, pegawai baru yang kemudian naik jabatan menjadi asisten pribadi Jevin karena cinta Jevin pada Anda. Saya juga tahu jika Anda menjalin hubungan dengan Jevin. Dan di sini, saya ingin meminta Anda dengan baik-baik. Bisakah Anda melepaskan Jevin? Karena kekasih Anda itu adalah calon suami saya," terang Celine panjang lebar tadi.

Tak hanya ucapan, tapi tatapan mendominasi wanita itu selaras dengan ucapan tanpa basa-basi. Hati wanita mana yang tidak merasa tersisih juga sakit hati?

"Maaf jika ucapan saya terlalu kasar. Tapi, Jevin butuh sosok pendamping yang benar-benar kuat dan layak mendampinginya. Ia tidak bisa bersama sembarangan orang yang hanya akan semakin mempersulitnya di masa depan. Apa Anda bisa mengerti itu?"

Mata Arina terasa memanas. "Maaf, tapi saya dan Jevin saling mencintai. Kami-"

"Saya tahu. Tapi bukankah Anda egois jika tetap keras kepala bertahan sementara tahu keberadaan Anda di sini adalah beban, dari orang yang menjadi alasan Anda bertahan itu?" potong Celine.

"Sekali lagi maaf. Tapi sepertinya saya memang perlu menyadarkan Anda. Anda dan Jevin berasal dari dunia yang berbeda. Tidak kah Anda sadar dengan itu? Anda dan Jevin sangat mustahil bisa benar-benar bersama. Dan tolong, jangan merasa diri Anda istimewa. Sejak dulu, Jevin memang sudah gemar bermain wanita dan tak pernah serius dengan cinta. Anda hanyalah salah satu dari mainannya saja. Jadi berhentilah merasa seistimewa itu bagi Jevin!" pungkas Celine, sebelum ia bangkit dan berjalan menuju pintu utama.

Tepat saat wanita itu hendak membuka pintu, ia kembali melirik ke arah Arina.

"Saya harap Anda bisa merenungkan ucapan saya dengan sebaik-baiknya, dan membuat keputusan secepat mungkin. Tenang saja. Saya akan memberi Anda hadiah jika Anda mau mempermudah jalan saya. Demi kebaikan kita semua, agar Anda juga tidak terus-terusan berharap pada sesuatu yang benar-benar tidak mungkin dapat Anda miliki." Dan setelah itu, sosok Celine benar-benar menghilang dari balik pintu.

Celine secara jelas meminta Arina melepaskan Jevin, pergi selamanya dari hidup Jevin. Wanita itu juga membuat Arina sadar di mana posisinya. Ada perbedaan antara mereka.

"Oh, Tuhan.. apa yang harus aku lalukan?" Bisiknya lirih setelah beberapa waktu bergeming. Tangisnya kian pecah. Kacau. Mencintai seseorang buat Arina buta. Kini terlihat jelas jurang hubungan mereka.

Terutama ketika lagi menggali ingatan, sikap Jevin berbeda. Bahkan, setiap ada orang tua dari kekasihnya, Jevin seolah memberi isyarat agar Arina pergi dari hadapannya. Enggan memperkenalkan Arina. Awalnya Arina tidak terlalu ambil hati sikap sang kekasih, tapi, sekarang semakin jelas alasan dibalik sikapnya.

Entah berapa lama Arina menangis, dia tetap menunggu Jevin pulang ke apartemen. Dibanding menelepon, lalu meledak. Arina ingin bicara langsung dengan Jevin. Dia beranjak dari sana, membasuh wajah. Arina memakai baju tidur satin berwarna hitam. Berbaring, hampir tengah malam Jevin tidak juga pulang. Sampai dia tertidur.

Affair With My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang