5: Contemplation

16.7K 1.7K 303
                                    




notes: nah kan fast update kaan... gue emang anaknya gampang disuap wkwkwk. anyways tetep vote dan komen-komen ya bestie





5


Journey masuk kedalam rumahnya dan masih mendapati Mara di ruang makan.

"Maaf pak, saya ga langsung pulang abis jemput Logan." ia mengangkat sepaket burger, "ada anak minta burger terus pas udah beli kita pulang lewat Dominos, dia minta pizza. Jadinya saya makan burgernya, kebetulan belom makan."

"Take your time." Journey melangkah ke dapur.

Mara melanjutkan mengunyah makanannya.

"Mara." panggil Journey, "sini."

Demi langit, bumi dan segala isinya, Journey nih buta kali ya? gue lagi makan juga. umpat Mara dalam hati. "ya..." ia beranjak.

Journey diam saja untuk waktu yang cukup lama, membuat Mara melirik burger yang tergeletak dimeja makan.

"Mar."

"Ya, bapaaak."

"Kamu bisa bantu saya cari info soal seseorang ga?" Tanya Journey.

"Bisa pak..." jawab Mara, "satu orang atau perusahaan?"

"Saya bilang seseorang."

Mara tertegun, kok pake rada emosi nih bapak-bapak. Batinnya, "oh.. oke, background check ya." Jawabnya sabar. "Saya bisa dibagi nama sama info apa aja yang bapak mau tau?"

"Karina Adler."

"Karina?" Seribu pertanyaan muncul, "inimasih soal jam tangan bapak? Bukannya udah ketemu?"

Journey terdiam sebentar, "jadi gini..."

Mara menunggu Journey bicara, ia berjeda agak lama.

"Abis Berlutti party saya... tidur sama Karina."

Mara terdiam, "o - oh... ya gapapa kan? nothing's wrong with that, pak, bapak kan single, gapap—"

"Terus dia hamil."

"OH FUC—" Mara menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

Journey diam saja tapi Mara bisa lihat rahangnya mengeras, jelas bahwa ia panik.

"Terus kamu gimana?"

Lagi-lagi Journey ga menjawab.

"Journey!" Mara mulai masuk mode teman, bukan sekretaris.

"Bingung, Mar... ini ga sesimpel itu... saya punya Logan, kalopun saya mau tanggung jawab, saya harus cari cara buat ngomong sama Logan, belum tentu Logan setuju... ini ga gampang, lagian saya juga ga tau perasaan saya ke Karina gimana, makanya saya butuh tau dia siapa, masa iya saya harus nikah sama orang yang saya ga—" Journey terdiam.

Air muka Mara berubah.

"Mara..." ujar Journey lirih.

"Ya. Saya cariin info—"

"Maaf Mara." Potongnya saat nada bicara Mara berubah sedingin es.

"Ngapain minta maaf? Emang kalo kaya gini kan yang rugi perempuannya kan? Kalian laki-laki mah bisa pergi dan jalanin idup seperti biasa lagi! Kami perempuan yang akan bergelut sama social judgement, kebingungan apakah harus mertahanin atau ga, kalopun engga, kami juga yang harus kesakitan selama proses. Kami juga yang—" ia tercekat, "yang terpaksa kehilangan kesempatan buat punya anak lagi, ya kan??"

"Mara..."

"Apa??" Mara menyalak galak, "bikinnya enak-enakan berdua terus giliran jadi, pake bingung mo tanggung jawab apa ga??"

Metanoia (bluesy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang