02 : Daily Life of Ayden

14 2 0
                                    

"Den, psst!"

Ayden menoleh, tapi tetap diam.

"Nomer 5 dong! Susah nih," bisik Vero.

Mereka sekarang tengah melaksanakan UHM atau Ulangan Harian Mendadak oleh guru Matematika minat. Hal ini sengaja dilakukan karena untuk menguji kemampuan para siswa.

Pak Hilmi, selalu guru matematika minat mengacak tempat duduk dengan memanggil absen secara random. Prinsipnya, dilarang duduk bersama bestie.

Ayden yang biasanya duduk bersama Vero, kini di tukar dengan Reza, si paling ambis kalo urusan matematika.

Sebenarnya, Ayden pun nggak pinter banget di pelajaran hitungan. Tapi, dia tekun belajar. Bang Beno pernah cerita kalo Kak Reno itu langganan juara olimpiade Matematika dan Kimia sejak SMP.

Karenanya, Ayden bertekad tak mau mempermalukan nama kakaknya. Walaupun Matematika membuat kepalanya pening.

Ayden menulis cara cepat yang dia pelajari selama ini di kertas sobekan, lalu digulung kecil dan disalurkan ke belakang secara diam-diam.

Vero menerimanya dengan gembira, namun senyumnya berubah masam ketika membuka gulungan kertas dari Ayden.

"Sialan, gue minta jawaban napa malah dikasih rumus. Kalo gini gue ngerjainnya gimana?" gerutunya seraya menatap selembar kertas dengan 10 soal Bab Logaritma.

•••

Ayden, Vero, Jeff tengah menyantap semangkuk bakso di kantin. Eum, lebih tepatnya Ayden dan Jeff saja sih. Karena Vero sedari tadi sibuk melontarkan isi hatinya karena banyak menjawab UH dengan asal.

"Udahlah, Ver. Yang penting ada isinya, kan?" kata Jeff berusaha melerai. Dia jadi ikutan kesal, kan.

Vero menggeleng tak setuju, "Nggak gitu, bro. Kalo nilai UH gue banyak yang ancur, uang saku jadi taruhan. Ntar Bunda gue nyuruh bawa bekal sampe nilai gue naik. Gila aja."

"Bagus dong. Elu ga perlu repot mikir mau makan apa, hargain masakan Bunda elu. Dia udah susah payah belanja sama masak, lho. Hormatin dikit, kek," Giliran Ayden yang membuka suara.

Vero langsung kicep. Tipe-tipe orang kayak Raden Ayub Chandra itu diam diam nyelekit. Emang jarang ngomong, sekalinya mangap bikin mingkem atau nggak bisa berkata-kata.

Persis kayak kakaknya.

"Eh, besok sabtu nonton kuy?" seru Jeff mencoba memecahkan kecanggungan diantara mereka bertiga.

Ayden nampak berpikir, selama ini yang dia lakukan saat weekend adalah menyambangi makam kedua orang tuanya bersama Bang Beno.

Hm, sekali-kali tidak apa mungkin. Batin Ayden.

"Ayo aja, gabut juga dirumah," kata Ayden menyetujui.

Melihat lengkungan senyum di wajah temannya, Vero merasa lega. "Gas. Tapi jemput gue, lagi jadi tahanan rumah."

Tak terasa, hari sudah berganti menjadi malam minggu. Ayden sebelumnya sudah bilang ke Bang Beno, dan dia mengizinkan asal pulang diantar oleh supir mereka.

Kak Reno? Entahlah. Setiap si bungsu mengirimkan pesan atau kabar, pesannya hanya sampai pada centang dua abu-abu. Kalo tidak urgent, tak akan pernah jadi centang biru.

Ayden telah siap dengan kaos putih dibalut dengan jaket jeans pemberian ayahnya. Saat akan berjalan menuju pintu utama, ia berpapasan dengan Reno yang baru saja pulang dari rumah sakit.

"Kak, baru pulang?" sapa Ayden seraya menyalimi tangan kakak sulungnya yang berprofesi sebagai dokter spesialis THT.

Reno tak merespon, ia berlalu dan berteriak memanggil Bi Marni untuk menyiapkan air hangat sementara dirinya akan makan malam terlebih dahulu.

Melihat itu, hati Ayden terasa nyeri. Sebegitu tidak berharga kah dirinya di depan kakak pertamanya?

Tanpa mau berlama-lama, ia segera menemui Pak Ahmad yang sedari tadi menunggunya di luar. Sesuai janjinya, Ayden menjemput Jeff dan Vero agar kedua anak itu tak usah memakai kendaraan pribadi.

Vero dan Jeff tentu saja memekik girang, mereka bisa mengirit uang parkir.

***

"Gila, sampe sekarang gue masih merinding liat badarawuhi nya," tutur Varo.

Jeff mengangguk setuju, "Tapi cantik juga nggak sih? Jarang banget di indo ada setan secantik siluman ular. Paling terkenal mah si Mami Kunti."

Ayden hanya tertawa mendengar komentar teman-temannya, jujur saja Badarawuhi dan sebagainya tidak ada apa-apa nya dibanding Reno Aditya Chandra jika sudah naik pitam.

Mungkin para makhluk astral itu akan insecure jika disandingkan dengan kakaknya yang sangat dingin dan pemarah itu.

"Btw, main yuk. Abis itu kita makan di hokben. Kangen banget gue makan disana," ajak Jeff kemudian. Kedua temannya tentu mengangguk setuju. Terlebih Varo, akhirnya ia bebas sehari dari pekerjaan rumah dan Bundanya.

TBC

Lanjut ga nih? 🦧

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CALL ME HYUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang