Kalian tahu, aku sekarang sedang dikelilingi pemuja Kafi berkedok orang yang ingin kenalan dengan siswa baru. Ini rasanya agak menyakitkan. Niatku pindah ke sini hidup damai tanpa memikirkan Kafi dan menganggap tak pernah kenal dengan lelaki itu, tetapi mulutku tak merestui itu.
Awalnya memang mendapat pertanyaan pribadi tentangku, seperti "Kenapa pindah sekolah?" atau, "Sekolah kamu sebelumnya dimana?" dan lain-lain. Tapi mungkin karena aku ditempatkan bersebelahan dengan Kafi, mereka perlahan mulai menanyai hal tentang Kafi. Aku hanya tersenyum sambil menggeleng. Saat satu anak cowok yang kuketahui namanya itu adalah Farel menanyakan apakah aku siswa baru atau bukan, aku mengangguk, tapi mata dan wajahku mengarah ke anak perempuan dengan surai sebahu yang berada di sampingku berbarengan bertanya apakah aku pernah menjalin hubungan dengan dia atau tidak. Dan, boom! Kesalahpahaman terjadi. Aku berusaha menjelaskan sebisa mungkin kalau aku mengangguk menjawab pertanyaan dari Farel, dan mereka juga mengiyakan. Tapi tetap saja, mereka sepertinya menaruh rasa curiga yang besar tentang masa laluku dan Kafi.
Seharian ini, aku benar-benar enggak mendapat jatah istirahat pertamaku sebagai siswa baru di sekolah bergengsi ini.
"Nih,"
Uluran tangan dengan satu kotak minuman berperisa strawberi itu menghalangi pandanganku yang tertuju pada buku novel. Aku mengambil minuman itu, berniat ingin memberitahu orang yang memberikan minuman dengan rasa yang sangat aku benci itu—tapi ketika aku menoleh,
"Kafi!"
Aku mencoba untuk menahan emosi yang sudah hampir meledak karena penggemar Kafi sangat menyeramkan bagiku yang di mata mereka hanya seorang siswa pindahan biasa jalur orang dalam ini (aku tahu karena sewaktu aku pergi ke toilet mereka berbisik perihal itu di belakangku). Aku menghela napas pasrah. Oh, ayolah, ini hari pertamaku, jangan sampai Kafi merusak citraku juga di sekolah ini. Cukup Miwa kecil saja yang sering diejek pembantu Kafi karena kala itu aku selalu menuruti perintah dia dan mengekorinya kemana-mana.
"Sama-sama, Miwa," katanya, sambil mengedipkan satu matanya kepadaku. Menurut instingku, Kafi sengaja bertingkah begitu kepadaku agar citra dia di sekolah ini semakin tinggi, ditambah selama istirahat kedua ini, aku lihat-lihat banyak perempuan yang mengintili Kafi—ia sepertinya ingin mendapat pujian dari penggemarnya.
"Ya makasih," ucapku pada Kafi, tapi sepertinya yang aku ucapkan tak terdengar jelas oleh cowok itu. Bahkan aku sendiripun hampir tak bisa mendengarnya, karena yang bergerak hanyalah bibirku, pita suaraku tak ikut-ikutan karena tau aku benci anak itu.
Kafi menggeser kursi kosong yang berada di satu barisan horizontalku. Terus terang saja, aku sedang menahan kesal saat ini. Pensil baru yang mama belikan untuk aku menuntut ilmu sepertinya akan lenyap pada beberapa hari ke depan. Aku menggenggamnya terlalu erat.
Terdengar beberapa obrolan yang aku dengar dari luar kelas. Perkataan itu tentang pujian untuk Kafi, dan cemoohan untuk diriku karena tak berterima kasih kepada Kafi. Jujur sejujur-jujurnya dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku sangat ingin sekali melakban mulut mereka. Sangat berisik.
"How's life, Miwa?"
Dia tiba-tiba bertanya ketika aku memutuskan untuk melanjutkan membaca novel lagi. Aku tak menjawab karena kalau kalian lihat mukaku ketika bersebelahan dengan Kafi, kalian akan melihat dengan jelas kalau aku menyimpan dendam kesumat pada orang itu.
Kafi membawa tubuhnya lebih dekat padaku, menggeser kursi besi yang kalau diseret suaranya berderit membuat telinga siapa saja terasa pengak.
"Berisik, Kafi! Jangan geser-geser kursi!"
Aku benar-benar tak sengaja membentak Kafi karena aku sedang membaca bagian novel dimana si antagonis menyiksa pemeran utama tanpa ampun.
Kafi mendelik, mendengus sebal karena aku memerintahnya, kalau aku lihat dari ekspresi wajahnya. Kafi tau kalau berdebat soal perintah sekarang, aku bisa menang dengan mengungkit masa lalu diriku dan Kafi yang memerankan antagonis, dan penggemarnya sepertinya akan tahu itu. Jadi Kafi memilih untuk diam, entah melakukan apa, sepertinya dia membiarkanku hidup dengan tenang hari ini.
Tiba saatnya siswa-siswi sekolah bergengsi ini pulang. Dan sampai saat itu juga, aku belum menemukan manusia yang mengajakku berteman, satu orang pun. Aku bertanya-tanya, apakah penampilanku kurang cocok dengan sekolah ini? Atau pakaianku bau karena aku menggunakan parfum aneh milik ayah yang ditaruh sembarang dekat lemari tv? Oh, kalau karena itu, maafkan aku. Aku tadi hampir kesiangan karena mama membangunkanku setengah jam sebelum bel masuk dan dia bilang kalau aku akan terlambat. Jadi aku buru-buru untuk bersiap karena mobil milik ayah pun sudah berada di luar rumah.
Aku menghapus pikiran-pikiran tentang pandangan negatif orang terhadapku. Mengeluarkan ponselku karena sebentar lagi menapakan kaki di tempat penjemputan siswa.
Langkahku terarah menuju atap enam—tempat menunggu yang hanya diisi oleh satu anak laki-laki. Awalnya aku memang heran, kenapa atap tunggu itu tak diisi oleh kebanyakan orang, padahal atap-atap lain penuh, hanya atap itu saja yang diisi oleh satu orang. Tetapi, ketika aku mendekat dan menemui kalau lelaki yang duduk di atap 6 itu adalah Kafi, aku sudah tak heran lagi. Itu mungkin bisa dimaklumi.
Aku menyengaja duduk di ujung kursi sebelah kiri—karena Kafi duduk di ujung kursi sebelah kanan. Lelaki itu terlihat sedang memainkan sebuah permainan. Aku jadi ingat bagaimana kita berebut tab milikku saat masih SD. Lupakan. Yang sekarang harus aku lakukan adalah menelepon ayahku karena aku muak melihat wajah Kafi ada dimana-mana.
"Halo, iya, kok gitu? Yaudah deh terserah mama,"
piiip!
Sambungan telepon diputuskan olehku. Aku berniat menelepon ayah, tapi malah mama yang mengangkat telepon, dan menyuruhku untuk pulang naik taksi saja. Tapi yang penting uangku aman, karena taksinya sudah dipesan dan dibayar oleh temannya mama, kata mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAFI! | HAECHAN NCT
Fanfiction"Ketemu Kafi adalah hal yang paling buruk yang pernah terjadi di hidup gue!" Itu kata Miwa sebelum nempel-nempel dan akhirnya nyaman sama gue, -Kafi Haechan as Kafi Kalandra Oc as Miwa Zahira Disclaimer; fiction. Started : May, 11-2022