Gadis yang Terpasung

15 0 0
                                    

Di suatu desa, tinggal seorang gadis yang telah terpasung selama bertahun-tahun. Setiap hari dia hanya bisa melihat anak-anak lain bermain dan berlari lewat celah-celah sempit tembok kayu yang sudah reot. Sampai, dia melihat sepasang bola mata seorang anak perempuan mengintip ke arahnya, anak tersebut mengulurkan tangan dan menarik sang gadis keluar dari gubuknya. Dia berkata, "Lihatlah, ternyata selama ini, ujung rantainya tidak terpasang, sekarang kau bisa keluar".

Sang gadis merasa sangat bahagia bisa bertemu dengan anak perempuan tersebut, mereka pun bermain bersama. Ketika sore menjelang dan hari menjadi semakin gelap, mereka masih berlarian dengan kencang, anak perempuan tadi dengan nafas terengah-engah berusaha mengejar sang gadis. Sang gadis berlari kegirangan, dia merasa bahagia dan berharap saat seperti ini bisa terus berlangsung selamanya.

Dia pun berhenti dan menoleh kebelakang, anak perempuan tersebut tiba-tiba menghilang. Dia memanggil dan mencarinya kemana-mana, namun dia tidak bisa menemukan nya. Dia menjadi sangat sedih, sambil menangis terisak dia berjalan pulang menuju gubuk tempat tinggalnya dan tertidur.

Setelah beberapa lama, dia terbangun mendengar suara ledekan sekelompok anak kecil. Namun ada seorang anak yang mengusir sekumpulan bocah itu dan menghibur sang gadis. Sang gadis dan anak tersebut pun pergi menghabiskan waktu bersama. Sang gadis mulai bisa tersenyum lagi dan berharap saat seperti ini tidak akan pernah hilang lagi. Ketika sedang berjalan bersama, sang anak tersebut berkata, "Sepertinya aku menjatuhkan mainanku, aku akan mencarinya, kamu tunggu disini." Sang gadis menunggu dan terus menunggu hingga pagi menjelang, namun sang anak itu tak kunjung kembali. Dia pun menjadi sangat sedih, "Kenapa aku selalu ditinggalkan? Apa karena aku aneh?", ucapnya sambil menangis.

Ketika sedang duduk merenung, dia tak sengaja melihat seorang bocah yang mengintip nya dari jauh, bocah tersebut berteriak, "Apa yang kamu perbuat kepada anak-anak kecil tersebut? Mereka tidak pernah kembali".

"Aku tidak melakukan apapun, mereka tiba-tiba menghilang dan meninggalkan aku." Sahut si gadis. Sang bocah terdiam sejenak, dia kemudian menghampiri perlahan "aku kasihan kepadamu namun aku merasa takut", kata bocah tersebut sambil memberikan sepotong roti untuknya

Sang gadis langsung mengambil roti tersebut dan memakannya dengan lahap, "kalau kau hanya ingin mendekatiku untuk mengejek dan meninggalkanku, lebih baik kamu menjauh."

Sang bocah lantas berbalik dan berjalan pergi.

Malam pun menjelang, ketika sang gadis dengan bajunya yang lusuh sedang terduduk sendu menatap sinar rembulan, sang bocah tadi kembali dan menyapa nya, "maaf aku bersikap kasar kepadamu, aku langsung pergi begitu saja".

"Wajar, semua orang menganggapku aneh, tapi terima kasih atas makanannya." Jawab si gadis. Mereka pun akhirnya mengobrol sepanjang malam. Sang gadis merasa senang dan tertawa bahagia. Hingga suasana menjadi semakin larut dan siulan gagak terdengar makin nyaring, "Aku harus pulang, maaf tidak bisa menawarkanmu tidur di rumahku, kamu tahu bagaimana semua orang menganggapmu, termasuk orang tuaku. Aku hanya bisa memberikan selimut ini, semoga bisa membantumu tidur nyenyak." Sang gadis tersenyum dan berterima kasih, sang bocah pun berjalan pulang menuju rumahnya. Senyum sang gadis dengan cepat berubah menjadi ekspresi kesedihan, menatap bocah tersebut. "Jangan tinggalkan aku", cetus sang gadis di dalam hatinya.

Ditengah malam purnama, datanglah segerombolan warga yang ingin menangkap sang gadis. Mereka menuduhnya sebagai penyihir yang menumbalkan anak-anak kecil. Sang gadis merasa bingung dan terkejut. Para warga meneriaki nya, "Tangkap penyihir itu dan bakar dia!". Sang gadis pun menjadi sangat takut dan menangis semakin kencang, dia terduduk meringkuk sambil menutup kedua telinganya.

"Aku hanya bermain dengan mereka namun setelahnya mereka pergi meninggalkan aku!". Ucap sang gadis.

Gerombolan warga pun semakin mendekat untuk menangkapnya. Sang gadis yang tersudut menjadi panik,

"Aku hanya tidak ingin sendiri! Aku tidak ingin sendiri lagi!", teriak sang gadis

"Tentu, mereka semua akan menemanimu selamanya".

Seketika, suara warga berubah menjadi teriakan histeris dan perlahan menghilang ditelan gelapnya malam.

Ketika sang gadis berhenti menangis dan mengangkat pandangannya, dia tidak melihat seorangpun.

"Kemana mereka semua..."

"Mereka akan selalu berada disisimu selamanya, seperti anak-anak itu dan semua orang yang kamu temui sebelumnya, sesuai permintaanmu yang kukabulkan ketika 1000 gerhana bulan lalu dan seterusnya hingga saat ini, yang kau inginkan hanya agar mereka terus bersamamu bukan." Ucap sosok bayangan hitam

Sang gadis teringat akan kilasan kehidupannya yang sudah lama sekali dia lupakan, setelah ratusan tahun lamanya selalu mengalami hal yang sama.

".......Tapi kenapa? Kenapa aku selalu merasa sendiri, kenapa aku selalu merasa hampa". Ucap sang gadis yang kembali menangis terisak-isak.

"Selama kamu tidak mengerti mengapa kamu merasakan kesepian itu, maka hingga ribuan tahun yang akan datang pun, kamu hanya akan terus terpasung oleh perasaanmu sendiri. Kamu akan selalu berakhir merasakan rasa hampa, dingin dan kesedihan abadi, tak perduli sebanyak apapun cinta kasih yang kamu dapat dari orang-orang disekitarmu."

Sang gadis pun berjalan tersedu-sedu menutupi tubuhnya dengan selimut pemberian sang bocah. Diikuti pekatnya gelap bayangan malam dan suara serak samar dari kumpulan bayangan orang-orang yang saling bertindih dari dalamnya.

"Kesepian adalah kekosongan abadi yang tidak akan pernah terisi, tidakkah engkau mengerti?", sosok bayangan besar tersenyum lebar, tersusup diantara kumpulan bayangan orang-orang yang saling bertindih.

Trilogi LiliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang