Sebelum lanjut baca, bisa cek sedikit deskripsi tentang Jerdian Abisena di vidio atas ya🖤
***
17. Perdebatan Hebat Jerdian & Juandra
***
Sore ini, sepulangnya murid senop, segerombol murid yang dikenal dengan sebutan Eden itu, sedang berkumpul di warung dekat sekolah, meninggalkan motor mereka yang masih terparkir rapi di parkiran sekolah. Mereka tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mirza dan Rayan, sibuk mengambil ciki yang menggantung. Lalu, ada Hardian yang kesusahan membawa beberapa botol minuman, sedangkan sisanya hanya duduk sambil bercanda ria.
"Bantuin lah, setan. Dimana kepekaan lo semua!" Hardian mencak-mencak sendirian, mengumpati temannya.
"Oh, ada yang butuh bantuan toh, gue nggak liat," timpal Zelo yang sontak membuat cowok yang sedang berdiri itu mencebik kesal. "Nyenyenye."
Satu meja berukuran sedang itu sudah di kelilingi oleh enam orang berbeda karakter yang sedang mengobrol asik. Di atas meja sudah tertata makanan, minuman, sebungkus rokok serta korek gas yang mereka miliki masing-masing, kecuali Mirza, karena cowok itu memang bukan perokok. Sepintar-pintarnya Juandra, Hardian, Zelo, Rayan, dan Pragas, mereka tetaplah murid laki-laki yang bisa terseret pergaulan. Namun, bedanya, Juandra tak seaktif keempat temannya yang lain. Hanya sesekali, ketika ia merasa penat dan tak ada obat ampuh yang bisa mengurangi kepenatannya.
"Lo nggak mau coba, Za?" Mirza menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Pragas.
"Payah lo," timpal Pragas. Mirza hanya terkekeh mendengar penuturan cowok berkacamata itu. "Yang penting paru-paru gue nggak payah. Masih kuat kalo mau adu fisik mah."
"Mampus, Gas. Gue nggak ikut-ikutan ya, kalo tiba-tiba lo dapet bogeman mentah dari Mirza," timpal Zelo, membuat Pragas tersenyum masam. Apa-apaan, dia kan hanya bercanda, kenapa jadi di anggap serius seperti ini.
"Oh iya, Ju, gimana seleksi lo tadi?"
"Ya udah pasti lolos lah, itu kan bidangnya."
"Yang gue tanya tuh Juandra, bukan Junaedi," sungut Rayan yang membuat Pragas memekik tidak terima. "Nama gue Pragas, bukan Junaedi! Jangan sampe pita suara lo, gue sentil ya."
Rayan dan Pragas adalah perpaduan yang apik untuk membangkitkan suasana ketika berkumpul. Saat sedang sepi dan tidak ada bahan obrolan, keduanya pasti selalu mendebatkan hal-hal kecil yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk diributkan.
"Gue lolos, beberapa hari ke depan kayaknya gue bakal stres banget hapalan," jawab Juandra yang langsung di angguki beberapa temannya. Mereka setuju dengan pernyataan cowok itu, dan Hardian bisa jamin jika Juandra akan mematikan hampir seluruh sosial medianya, termasuk ia tidak akan membalas pesan apapun yang berasa dari temannya, jika tidak penting-penting amat.
"Lo udah tahu, tim lo siapa aja? Setahu gue, olim sekarang tuh nggak individu." Pertanyaan Zelo seketika mengingatkannya kembali ke nama-nama yang tadi di sebutkan saat di aula. "Seinget gue, ada dua orang lagi tadi yang di sebut. Selina sama Delora. Gue nggak tahu dia anak kelas mana, nggak sempet liat mukanya."
Ditengah obrolan keenam manusia itu, tiba-tiba netra Hardian menangkap keberadaan Jerdian, memperhatikan penampilan kembaran dari sahabatnya. Baju seragamnya kini sudah keluar sebelah, dua kancing teratasnya dibiarkan terbuka, dasinya terlepas, namun masih menggantung di leher, tas nya hanya di sampirkan di sebelah bahu, benar-benar terlihat seperti orang yang tidak berniat sekolah. Bukannya mengejek atau bagaimana, namun Hardian akui, bahwa penampilan dirinya saat ini juga sebelas dua belas dengan Jerdian. Hardian menyikut lengan Juandra yang duduk di sampingnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Sisi (Sudah Terbit)
Teen FictionJerdian dan Juandra, si kembar yang berlomba-lomba untuk menutupi lukanya masing-masing. Terlihat saling ingin menjatuhkan, padahal mereka saling sayang. Mereka hanya tak tau bagaimana caranya menunjukkan rasa sayang seperti orang pada umumnya. Mamp...