3

2 0 0
                                    

"Gileee gabut banget gue." Teriak Embun lalu mengebrak meja, saking kencangnya membuat semua teman sekelasnya menatapnya horor.

"Apa lu lihat-lihat mau gua colok mata lu satu-satu." Ujar Embun lagi pada teman-teman sekelasnya, lalu pergi begitu saja keluar kelas setelah itu.

Teman-teman sekelasnya pun hanya menggelengkan kepalanya, sudah biasa. Batin mereka.

*****

Saat ini jam istirahat Embun pun berkeliling untuk menghilangkan gabutnya, katanya. Tiba-tiba pandangannya melihat satu sosok jangkung yang dikenal nya sedang berbicara dengan seseorang.

"Iya pah aku nge--"

"Ekhm E--embun kamu ngapain di sini?" Tanya orang itu saat tak sengaja matanya menoleh ke samping.

"Hah? Pah?" Linglung Embun.

"Jadi itu pa--"

"Ngga." Balas orang itu cepat, kelihatan panik seperti berusah menyembunyikan sesuatu.

"Kalo bukan ke--"

"Ini aku tadi aku tadi itu apa ehmm cuma ke inget, iya ke inget papah aku yang aku rindukan karna belum pernah ketemu sampe sekarang makanya refleks nyebut 'Pah'." Jawab orang itu menahan panik.

Embun pun hanya manggut-manggut paham seolah percaya dengan orang yang itu katakan, padahal berbanding terbalik dengan apa yang ada di isi hatinya yang merasa curiga dengan tingkah orang di depannya.

Sang kepala sekolah yang menjadi perdebatan objek perdebatan mereka pun hanya mesem-mesem gajelas liat sepasang orang yang bertengkar itu, lalu pergi tanpa sepengetahuan mereka.

"Yaudah aku-- loh?" Orang itu pun bingung tidak melihat kepala sekolah mereka padahal jelas-jelas tadi sempat mereka mengobrol, apa sudah pergi ya?

"Embun ka-- loh?" Orang itu pun bingung, setelah menghilangnya kepseknya tadi kenapa embun ikut menghilang juga, aneh pikirnya. lalu ia pun melihat sekelilingnya lagi. Angin berhembus menyapa kulit putihnya dengan lembut hingga membuat rambutnya bergoyang kesana kemari, hoa hoe, bcnda. Sepi, itu yang ia rasakan di tambah di sampingnya ada pohon beringin yang di gosipkan ada penunggunya, si Kunti tukang caper yang suka muncul tiba-tiba dan godain budak ganteng kaya dia, huh jadi merinding dia.

Orang yang sempat berbicara dengan kepsek dan Embun tadi mengusap tengkuknya yang tiba-tiba terasa dingin seperti ada  yang memberi hembusan di bagian itu, ia pun meneguk ludahnya susah payah sesekali masih mengusap tengkuk.

Ia tersenyum, lalu tak lama kemudian melotot dan lari secepatnya ketika ada sebuah tangan yang menepuk pundaknya, sialan horor sekali siang-siang bolong gini.

Embun pun hanya bisa tertegun melihat orang itu lari terbirit-birit dengan wajah sedikit memucat? Ada apa dengan orang itu, padahal dia hanya menjahilinya dengan meniup-niup lembut bagian tengkuknya dan memegang pundak, huhh.

Embun pun nengok ke samping dan bom tepat di sebelahnya ada pohon beringin jangan lupakan senyum manis si Kunti dengan darah yang mengalir dari mulutnya, sialan.

*****

13.30 WIB

UKS
Embun pun membuka matanya yang terasa berat hingga kedua netranya melihat sebuah ruangan dengan nuansa putih, ah dimana dirinya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Girl [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang