Storm

119 10 1
                                    

Kali ini pria mungil bersurai blonde itu sedang membawa beberapa buah buku yang ia dekap di dadanya. Obsidiannya bergerak kesana kemari memperhatikan kelas-kelas yang sedang ia lalui.

Ini memang belum waktunya istirahat, sehingga hanya dirinyalah yang berjalan di koridor. Kelas Jimin sedang tidak ada gurunya jadi, ia berinisiatif pergi ke perpustakaan sekedar untuk menghabiskan waktu dengan membaca.

Setelah meletakan buku di meja pengembalian, Jimin bergegas menyusuri rak mencari buku yang ia inginkan. Setelah menemukannya, ia kembali duduk di meja dekat jendela.

"Jimin," panggil seseorang dari daun pintu ganda tersebut.

"Mingyu?" balas Jimin dengan suara lembutnya.

"Kau tidak masuk kelas?" ujar pemuda bertato di pipi tersebut sambil berjalan menghampiri bangku Jimin.

"Umm. Lee saem tidak masuk, jadi pelajaran pertama kosong kau sendiri?" balas Jimin sambil menatap pemuda yang masih berdiri di hadapannya.

"Oh, aku hanya ingin membolos" jawab Mingyu dengan memperlihatkan cengirannya.

Jimin pun hanya tersenyum maklum mendengar alasan pria itu.

Mingyu pemuda dari kelas Seni yang sudah lama memendam rasa suka pada pria mungil manis yang sedang duduk di hadapannya. Namun tak ada yang bisa ia lakukan. Karena pria mungil itu sudah menjadi milik orang lain. Seseorang yang tak akan pernah bisa ia kalahkan Jeon Jungkook Alhasil, selama ini ia hanya bisa memandang Jimin dari kejauhan.

"Buku apa yang kau baca?" tanya Mingyu basa-basi.

"Ummm hanya novel biasa," jawab Jimin singkat.

"Jimin maaf, ada bulu matamu yang jatuh" Mingyu refleks mengambil bulu mata Jimin yang jatuh itu di pipi pria mungil tersebut.

Dengan jarak yang lumayan dekat, Mingyu bisa melihat dengan detail wajah cantik pria mungil yang sudah lama disukainya. Pipinya yang putih dan selalu nampak merona, bulu matanya yang tebal, hidung mancungnya, bibir merahnya dan mata bulan yang selalu bergerak-gerak dengan cantiknya.

Ah. Sontak pemuda itu merutuki dirinya sendiri yang dengan lancangnya mengamati pria mungil yang duduk tenang disampingnya.

Jimin memang tidak nampak terganggu. Baginya Mingyu adalah salah satu teman yang bersikap baik padanya.

Jimin yang polos tidak tahu bahwa sebenarnya pemuda yang diam-diam sedang mengamatinya itu menyukainya.

Tanpa mereka berdua sadari, ada seseorang yang dengan seringaiannya mengabadikan momen tersebut.

.

.

.

"Nanti malam ada yang menantangmu lagi," ucap seorang pemuda berambut hitam yang sedang bersandar pada tembok dengan tampang malasnya.

"Siapa?" jawab pemuda yang bersangkutan.

"The Fire, dari pinggiran Seoul," imbuh pemuda yang selalu nampak tersenyum.

"Wah! Benarkah? terima saja Kook" sahut pemuda berambut hitam yang berbaring di samping Jungkook.

"Hn, apa dia sehebat itu? Siapa namanya?" tanya Jungkook yang masih asyik berbaring berbantalkan kedua lengannya sambil menghembuskan asap rokoknya.

"Lee Taemin-"

.

.

.

"Jungkookie" panggil Jimin dengan suara lembutnya ketika ia melihat kekasihnya sudah bersender di pintu mobil menatapnya datar.

Tidak ada jawaban yang keluar dari bibir pemuda Jeon itu. Biasanya Jungkook akan menjawab walaupun hanya berupa gumaman semata.

Sorry, I Let You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang