Betrayal

97 8 4
                                    

Jimin terbangun saat jam dinding menunjukkan pukul satu dini hari. Hazelnya terlihat sendu kala ia tidak menemukan sosok yang dikasihinya berada di sebelahnya. Jungkook pasti sedang bersama teman-temannya dan bersenang-senang di club malam atau balapan di jalanan liar.

Jungkook selalu melakukan itu setiap kali sedang terjadi sedikit masalah dengannya. Perlahan ia duduk. Entah sudah berapa lama ia tertidur hingga perutnya terasa sangat lapar. Setelah mengenakan baju seadanya, pria mungil itu akhirnya keluar menuju dapur. Sekedar mencari sesuatu untuk mengganjal perutnya.

Mansion megah ini terlihat begitu sepi. Semua pelayan tentu saja sudah bergelung nyaman diperaduan mereka.

Setelah membuat teh hangat dan ramyeon kesukaannya, Jimin duduk termenung didepan meja. Pikiranya kembali pada kejadian siang tadi. Saat Jungkook terlihat kalap karena sebuah kesalahpahaman. Jungkook memang sangat tidak suka apabila melihatnya berdekatan dengan pria lain. Itulah sebabnya, Jimin tidak pernah sekalipun berada di arena balap liar maupun club malam. Dua tempat yang menjadi favorit kekasihnya.

Jimin tersenyum, semua sikap Jungkook yang terlihat sangat arogan padanya semata-mata karena pemuda itu sangat menyayangi dan melindunginya.

Setelah menghabiskan makan malamnya, Jimin bergegas kembali naik keatas. Sebelum melanjutkan tidurnya, ia memutuskan untuk mandi sekedar untuk menghilangkan bekas keringat yang telah mengering.

.

.

Seringaian kemenangan terus tersungging dari bibir pemuda bermarga Lee itu. Kemenangan telah ada di genggamannya. Sedangkan pemuda yang menjadi lawannya terlihat menatapnya tajam dengan tangan yang terus terkepal erat menahan kekesalannya.

Jungkook tidak menyangka bahwa ia akan kalah dari pemuda itu. Keberuntungan sedang tidak memihaknya kali ini. Mobil yang ia gunakan tiba-tiba saja tak dapat dikendalikan saat pertandingan hampir mendekati finis. Alhasil mobilnya sempat menabrak pagar pembatas jalan. Walaupun begitu, ia terus melajukan mobilnya hingga finis walau ia harus didahului pemuda bersurai coklat itu.

Perlahan, Taemin berjalan mendekati Jungkook yang masih berdiri mematung di depan mobilnya yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Demikian juga dengan pemuda itu. Pelipisnya berdarah.

"Bagaimana Jeon? Apa aku bisa mengambil hadiahku sekarang juga?" bisik Taemin tepat di telinga Jungkook.

"Ambilah aku juga sudah bosan." Oh tidak.. Apa yang ada di dalam kepala Jungkook saat bibir tipisnya mengatakan kalimat seperti itu.

Taemin kembali menyeringai. "Baiklah aku akan membawanya jauh darimu" Ada jeda sejenak
sebelum Taemin melanjutkan ucapannya. "dan kau tidak akan pernah melihatnya lagi."

.

.

To Be Continue...

maafkan aku yang lama updatenya 😭😭

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sorry, I Let You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang