Seperti biasa, Viola selalu melempar tatapan dingin pada siapa saja yang melihatnya saat ia berjalan seorang diri di koridor lantai satu siang ini. Namun, Viola tidak sedingin itu untuk tidak membalas beberapa sapaan lembut dari beberapa orang yang mengenalnya. Ia tentu saja balas menyapa, sesekali pun melempar senyum tipis meski sebagian besar hampir tak terlihat.
Perihal nomor misterius yang pernah mengirim chat pada Viola beberapa hari lalu, kabarnya belum ada balasan lagi dari nomor itu setelah Viola balas menanyakan soal siapa dan identitas lainnya pada seseorang di balik nomor tersebut. Viola tentu saja gemas sendiri dibuatnya, rasanya tidak tenang jika misteri ini belum terungkap.
Di saat Viola sedang hanyut dalam pemikirannya sendiri, tiba-tiba saja dari arah belakang ada seorang cowok yang berlari cepat ke arahnya, kemudian dengan sengaja sedikit menarik pelan rambut pendek Viola yang terurai sebelum akhirnya menyalip cewek itu dan berlari pelan mendahuluinya.
Sesaat, cowok itu menyempatkan diri untuk mengatakan sesuatu yang jelas tertuju pada Viola.
"Yang di belakang anaknya monyet!" seru cowok itu dengan entengnya.
Viola refleks menengok kanan, kiri dan belakang untuk sekedar memastikan apakah ada orang lain di sekitarnya. Tapi begitu ia menyadari bahwa hanya dirinya lah yang berada di sana, barulah dia mengumpat, "Anak anj!"
Cowok itu adalah Aster Dewangga, teman satu kelas Rangga dari kelas 11 Sastra Indo. Cowok berkulit putih bersih dengan tinggi badan yang rata-rata dari cowok pada umumnya, kerap kali membuat cowok itu dipanggil dengan sebutan 'cebol'.
Meski begitu, tetap saja banyak kaum hawa yang menggilai Aster dikarenakan wajahnya yang tampan sekaligus menggemaskan di mata mereka.
Namun, berbeda dengan Viola. Viola justru sangat amat tidak menyukai Aster, karena cowok itu selalu saja menganggunya dengan berbagai tingkah random yang dia punya. Kadang, ngadepin ketiga buaya di sekitarnya saja sudah bikin pening, apalagi ditambah tuyul satu itu, makin ingin pingsan saja rasanya.
"CEBOLLLLLL!"
Panggilan penuh amarah dari Viola itu berhasil membuat Aster tertawa terbahak-bahak di depan sana. Tetapi tak lama, setelah seseorang dengan tiba-tiba berlari cepat dari arah belakang dan menyalipnya begitu saja.
Itu Viola.
"Nah, elo tuh yang anak monyet! Dasar monyet!" ujar Viola dengan sarkas. Cewek itu menjulurkan lidah ke arah Aster, jelas mengejek.
Akhirnya terjadilah aksi lari-larian dan salip-menyalip antara Viola vs Aster di koridor. Sesekali keduanya juga saling menubrukkan bahu satu sama lain untuk membuat salah satu dari mereka oleng, meski ujung-ujungnya oleng satu oleng semua.
Lelah berlari, Viola lantas memilih untuk kembali berjalan dengan tenang sembari menetralkan deru napasnya yang tersengal-sengal. Aster di belakang Viola juga mulai melakukan hal sama, lalu menyamai langkahnya dengan langkah Viola dan merangkul cewek itu dengan sok akrab seperti biasanya.
"La, gue mau cerita."
Mulai deh, batin Viola mengantisipasi.
"Gue sebenernya tau kalo gue ini ganteng dan sholeh. Tapi tau nggak? Ada suatu kejadian yang bikin gue malu banget," kata Aster pada Viola dengan memasang wajah sok seriusnya.
Viola mengembuskan napas pelan, kemudian melirik saja cowok di sampingnya yang kini sedang sibuk mengoceh sebagai bentuk respon meski terlihat begitu amat terpaksa. Terserah lah, secapeknya dia ngoceh aja, begitu pikirnya.
"Kemarin gue ketemu orang asing. Dia senyum, gue balik ngasih senyum. Terus dia senyum lagi ke gue, makin lebar tuh senyum dari sebelumnya. Gue pikir kenapa," Aster sedikit menjeda ucapannya dan memasang wajah kecewa, "eh, taunya orang gila."
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLA
Teen Fiction"Ada yang ngecrushin gue." Ini tentang Viola yang dicap sebagai ratu galaknya SMA Primadona Bangsa. Sulit ditaklukkan dan terkenal sebagai pawangnya komplotan buaya ciliwung yang terdiri dari Rangga, Bima dan Yonggi. Tapi siapa sangka? Ternyata ada...