MHT 5

58.1K 1.8K 28
                                    

votmen nya mana?

————

Makan malam yang membahas tentang perjodohan semalam berakhir dengan persetujuan. Aksel yang dari awal tidak menolak dengan mudahnya mengangguki semua rencana pernikahan.

Sedangkan Shey, gadis itu baru mau mengiyakan setelah dibujuk beberapa oleh keluarganya. Dengan iming-iming akan dibelikan berbagai macam printilan anime yang diinginkannya. Iya, memang semurah itu harga pernikahan bagi Shey.

Hari ini ia masih bersekolah. Masih berangkat bersama sang kakak tercinta. Shey diturunkan di depan gerbang seperti biasa.

Shey melambaikan tangan kepada sang kakak. Sandy menyempatkan diri menekan klakson menyapa adik-adik OSIS nya yang seperti biasa, bertugas mengecek kelengkapan atribut siswa yang akan masuk lingkungan sekolah.

Tetapi hari ini agak lain. Mata Shey menangkap adanya sosok manusia berkacamata dengan kemeja rapi berdiri di deretan paling ujung. Di sebelah Hisyam.

Kening Shey berkerut. Sedang apa Aksel turut dalam tugas anak OSIS? Setahunya jika guru sedang waktunya piket, tidak sampai ikut dalam operasi. Dan Aksel juga bukanlah guru yang menjadi pembina OSIS.

"Halo dedek Shey. Tumben ga telat lagi. Biasanya jam segini belum dateng." Sapaan khas Hisyam kepada Shey. Laki-laki itu memasang senyum termanisnya untuk memikat Shey.

"Abang ada kelas pagi banget. Jadi berangkatnya engga telat." jawab Shey.

Tanpa sadar, perbincangan keduanya itu tidak terlepas dari pendengaran Aksel. Guru muda itu menyimak dengan baik obrolan siswa laki-laki di sebelahnya dan calon istrinya.

"Bang Sandy nanti ada rencana main ga? Mau abang ajak main uno." ucap Hisyam. Laki-laki itu masih menahan Shey di gerbang untuk berbicara. Bahkan dengan kurang ajar ia menarik Shey agar masuk ke dalam deretannya. Sehingga gadis itu berada di sebelah Aksel tetapi agak di belakang.

"Ya mana aku tau. Tanya abang sendiri aja sana. Lagian, bang Hisyam bisa main uno?" Shey melirik dengan tatapan dan senyum meremehkan ke arah Hisyam.

Hisyam tergelak. "Bisa lah. Gini-gini abang jago main uno. Daripada Samuel lebih jago abang." ucapnya membanggakan diri. Laki-laki itu bahkan menepuk-nepuk dadanya berbangga.

"Bukannya kalah mulu, ya? Kata abang aja, bang Hisyam sering banget kalah trus disuruh traktir kak Samuel." Shey merasa menang telak karena mengetahui rahasia itu.

Hisyam terkejut dan berusaha membungkam mulut gadis di depannya. "Hus! Jangan keras-keras." tegurnya meletakkan jari di depan bibir. "Nanti ada yang denger." Shey tertawa kencang karena ucapan Hisyam.

Well, selama ini kan dirinya selalu menyombong. Akan jatuh harga dirinya jika sampai Shey membongkar itu semua. Apalagi jika sampai terdengar banyak orang.

"Ekhem." Deheman seseorang membuat mereka tersadar jika ada yang menyimak perbincangan keduanya sejak tadi.

"Eh, bapak. Ada apa pak?" tanya Hisyam kikuk dengan tangan menggaruk belakang kepala. Deheman itu berasal dari Aksel.

Aksel menggeleng. "Tidak. Tidak apa-apa."

Shey menyadari situasi ini. Dengan cepat ia kembali berbaris dengan para murid yang akan bersalaman dengan Aksel. Gadis itu terlebih dahulu pamit kepada Hisyam. Karena untuk bersalaman dengan Aksel masih harus mengantre panjang.

"Bang Hisyam, aku duluan ya." Shey melambaikan tangannya dengan gerakan kecil. Hisyam mengangguk mengacungkan jempolnya.

"Pak," panggil Shey saat sudah berada di depan calon suaminya. Tangannya terulur ingin menjabat tangan Aksel.

MY HUSBAND TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang