Rintihan dan semilir angin rindu

1 0 0
                                    

Lomba pun telah usai...
Aku tetap menikmati semilir angin yang membawa rindu pada langitku.
Rupanya langit sedang berlukiskan awan yang menggambarkan rindu pada suatu masa.
Dari kejauhan angin terasa sangat dingin membuatku menengok kebelakang, tak sengaja di belakangku ternyata langit sedang duduk dan menatap ke arahku.
Aku langsung terbujur kaku, dan pipiku memerah seperti bapao yang sedang di kukus hehehe
Tidak, maksudnya seperti bunga yang baru saja mekar...
Aku tertunduk malu dan langsung berbalik arah seakan tidak terjadi apa-apa, rupanya dari tadi dia sengaja di belakangku. Ntah kenapa rasanya seperti aku sudah mengenal lama tatapan itu, apakah dulu dia diam-diam menatapku juga?
Ah mungkin hanya perasaanku saja!
Tapi tatapan itu terbayang-bayang sampai aku pulang ke rumah, rupanya langitku membuat rindu lagi dan lagi.
Namun rintihan rindu tak bisa ku ucapkan pada langit, aku hanya bisa berbisik pada semilir angin bahwa rinduku milik langit.
Haiii angin bisakah kau sampaikan rintihan rindu kepada dia langitku? (Ucapku)
Semilir angin pun seakan mengerti dan langsung berhembus seraya mengantarkan rindu yang kuucapkan untuk langitku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langitku dikala senja 🙌🏻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang