I. Awal

196 165 144
                                    

Jangan lupa vote and komen

Happy reading...

🐱🐱🐱

Sebuah mobil Tesla warna hitam memasuki SMA Nusantara, salah satu sekolah elite di kawasan ibukota. Tentu saja, dengan para siswa-siswi kalangan kelas atas.

Para siswa-siswi langsung mengarahkan atensinya kepada seseorang yang keluar dari  mobil Tesla hitam tersebut. Kebanyakan para siswi yang memandang kagum seorang Axellio Parviz Melviano. Ya, remaja lelaki pemilik wajah tampan bak devil face angel. Sebutan itu sangatlah sesuai dengan dirinya.

Kenapa begitu?

Sttt...

"Kakak, Kakak? Kenalan dong, siapa namanya?" Seru seorang siswi dari sekian banyak siswi yang menggerombol pada Axel hanya untuk melihat lebih dekat wajah tampan itu.

Axel tidak peduli, dia terus melangkahkan kakinya menuju ke ruang kepsek dengan langkah tegap gagahnya, rahang yang terukir jelas dan tegas, kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya, serta tas yang dia sandang di bahu kanannya yang terlihat kokoh itu. Jangan tanyakan bentuk tubuh atletis di balik kaos dan kemeja hitam yang dia kenakan, beuhh...

"Ganteng banget anjirr,"

"Mau dong jadi pacarnya,"

"Masa depan gue masyaallah banget,"

"Pengin elus jakunnya boleh ngga Kak,"

"Avv keren banget calon imam gue,"

"One night stand juga gue mau loh kalo Kakak yang lakuin," Itulah beberapa kalimat dari sekian banyak kalimat puja-puji terhadap Axel yang dilontarkan oleh para siswi.

"Kak itu tangannya agak kotor, sini-sini aku bersiin," Tawar seorang siswi yang lainnya.

Axel tetap diam, bungkam tak peduli. Dia sedang dalam mood yang tidak baik pagi ini. Bukan berarti saat mood-nya baik ia pun akan melayani para siswi tersebut, buang-buang waktu saja. Langkah kakinya mengarahkan dia ke toilet. Para siswi yang bisa dikatakan fans fanatik Axel tadi? Ah, tenang saja, mereka sudah diurus oleh kawanan Axel yang ternyata lebih dulu datang ke sekolah tadi.

Di dalam salah satu bilik kamar mandi, Axel memandangi tangannya yang memang masih tertinggal bercak darah yang mulai mengering di sana. Dia mendecih mengingat hal yang baru saja ia alami.

Flash Back On

"Ck, membosankan," Axel. Menatap kucing jalanan yang kini sudah tak bernyawa di depannya. Di sebuah gang sempit ia mencari mangsanya tersebut. Axel beranggapan, 'ya hanya untuk bersenang-senang saja.'

Dasar, cat haters.

Lantas, Axel berjongkok di depan kucing mati tersebut yang terdapat luka sayatan dalam di bagian lehernya. Lalu ia tusuk-tusukkan pisau lipat yang ia gunakan untuk membunuh kucing tersebut ke bagian perutnya, darah pun keluar dari sana.

Setelah tangan kanannya puas menancap keluarkan pisau lipatnya itu, kini giliran tangan kirinya yang ikut ambil giliran. Axel kuliti kucing itu dengan serius, fokus, senang hati, dan tanpa belas kasihan tentunya.

Why? Ini sangat menyenangkan, cobalah.

Disaat matanya berbinar melihat apa yang ia inginkan terpampang jelas di depan matanya, disaat ia akan meraihnya, lengannya dicakar oleh kucing dengan warna senada dengan kucing yang ia bunuh, namun tampak lebih muda, mungkin itu anaknya.

"Sialan!" Kesal Axel, menendang kucing itu hingga terbentur oleh dinding gang dengan cukup kuat. Lantas dengan cepat kembali beralih mengambil hak yang seharusnya jadi miliknya, yaitu jantung dan hati kucing tersebut, setelahnya ia masukkan ke dalam kantong plastik hitam, menyimpannya di dalam tas yang ia bawa, lalu melajukan mobilnya untuk ke sekolah.

Flash Back Off

Axel pun keluar dari toilet tersebut setelah membersihkan tangan dan luka cakaran yang tertanggal, bebarengan dengan datangnya seorang siswi yang nampak buru-buru masuk ke dalam area toilet dengan nafas terengah-engah, rambut panjang sebahu yang terlihat lepek oleh keringat yang bercucuran membasahi pelipis dan lehernya.

Terduduk menatap Axel sambil mengatur nafasnya, karena hampir saja bertubrukan dengan keluarnya Axel dari toilet tersebut. Tentu saja Axel langsung mendorong tubuh mungil siswi tersebut yang terlihat tingginya hanya sebatas dada Axel saja apabila berdiri.

Axel pun sama menatapnya pada siswi yang kini juga tengah menatapnya, dengan tatapan datar tak minat di balik kacamata hitam yang dikenakannya. Jika kalian pikir Axel akan menopang tubuh siswi itu lantas terkunci dalam pandang memandang seperti adegan-adegan yang ada di drama-drama agar tidak terjatuh ke lantai, 'ck, tak sudi.'

Lalu setelahnya melenggang pergi begitu saja meninggalkan siswi tersebut yang menatap punggung Axel menjauh dari pandangan matanya dengan dumelan khasnya yang keluar dari bibir tipis mungil sewarna buah peach.

Lagi pula Axel hanya menahannya agar tidak masuk ke area toilet cowo, kenapa siswi itu malah masuk ke sana? Apakah ia hendak cuci mata dengan mengintip nunut yang keluar dari sarangnya karena pengin pipis?

Liodra Vallerine G

Nama yang tertera di nametag siswi tersebut yang sempat Axel baca tadi di saat siswi tersebut sedang mengatur nafas dan terlihat dadanya yang naik turun.

Axel pun menyunggingkan senyumnya di bibir tak terlalu tebal nan seksi sewarna cheryy itu.

Axel pun menyunggingkan senyumnya di bibir tak terlalu tebal nan seksi sewarna cheryy itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Axellio Parviz Melviano

See you next chapter👋




KawayyAxelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang