_SATU_

4 3 0
                                    

Prangggggggggg suara lemparan benda terdengar mengisi keheningan

"Bundaaaaaaaaa!!!!!!!" Aruna segera berlari mencari sumber suara dengan tergesa gesa akhirnya aruna sampai di dapur terlihat ibunya yang sedang memeluk diri dengan ketakutan aruna segera memeluk tubuh ibunya.

"Runa jangan pergi kemana mana lagi runa ibu takut" katanya sambil memeluk erat tubuh anaknya

"Iya bun runa gabakalan keman mana sekarang kita ke kamar ya"

Aruna membantu ibunya berdiri dan menuju ke kamar dan memberi beberapa obat tak lama setelah itu bundanya tertidur.

Aruna membersihkan diri dan pergi kedapur untuk memasak mie guna mengisi perutnya yang sedari tadi berbunyi. Langkah aruna terhenti mendengar suara jejak kaki, aruna segera menghampiri suara itu , terlihat seorang laki laki yang berbeda tiga tahun dengannya datang dengan kondisi basah kuyup.

"kamu dari mana aja kak hah? ga liat tadi bunda sendiri ketakutan !!!!" Aruna meluapkan amarahnya kepada sang kakak

"Gua baru dateng basah kuyup gini lo malah marah marah gak jelas" Aslan berbicara dengan nada yang agak tinggi

"Gak jelas kakak bilang ? emang aku ga pantas marah kak setelah tadi aku liat bunda sendirian ketakutan gak ada yang jagain?"

"Lo tau urusan gua juga bukan Cuma jagain bunda" bentak Aslan

"Oh gitu perasaan kewajiban aku juga banyak sekolah , jagain bunda, kerja juga. Kakak ngapain kuliah ga bener?kumpul sama temen temen gak jelas kakak itu? hambur hamburin uang apalagi coba apaa?" Aruna meluapkan amarahnya dengan kesal

"yaudah masukin aja bunda ke rumah sakit jiwa beres kan?" Aslan berbicara sambil berjalan melewati adiknya dengan kesal

"jaga mulut kamu yah kak bunda gak gila kakak yang gila!!!" aruna berteriak kepada kakanya yang sudah membanting pintu kamarnya.

Tangisan Aruna pecah untuk kedua kalinya dihari itu.

🦋🦋🦋

Pukul 06.20 WIB Aruna sudah siap dengan seragam SMAnya setelah beres beres dan menyiapkan sarapan untuk bundanya ia bergegas pergi kesekolah, karena takut bundanya seperti kemarin Aruna meminta salah seorang tetangga yang selalu baik dan menawarkan bantuan kepadanya untuk menitipkan bundanya. Setelah merasa semua akan baik baik saja Aruna segera pergi kesekolah.

Aruna sampai disekolah dengan segera ia menuju ke dalam kelas, Ia memasang sebuah senyuman yang sering ia jadikan topeng .

"Hai runa jangan lupa loh hari ini ada acara kecil kecilan ngerayain ulang tahun aku jangan lupa dateng ya nanti sore" Nadiva mengingatkan sahabatnya itu agar datang

"yah div kayanya aku gabisa dateng deh tapi bentar" aruna mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya

"ini dia" ucapnya sambil menunjukan sebuah lolipop bundar yang kemarin ia beli sebelum pulang

"aaaaaaaaa Runaa tau aja yang lagi aku mau" Nadiva tersenyum bahagia

"maaf ya Cuma bisa ngasih itu kalo nanti punya uang aku beli yang lebih deh"

"dih apaan aku bahagia tau"Nadiva menunjukan senum lebar kepada aruna.

🦋🦋🦋

Setelah jam istirahat seluruh siswa berbondong bondong pergi kelapangan guna menyaksikan pemberian penghargaan kepada seorang siswa yang telah memenangkan olimpiade matematika tingkat nasional , tidak ketinggalan Aruna dan Nadiva segera menuju kelapangan.

"Selamat kepada ananda Sastra Arkatama yang telah mengharumkan nama sekolah di olimpiade matematika tingkat nasional untuk itu kepada ananda dipersilahkan untuk kedepan"

Tak lama setelah itu seorang laki laki dengan penampilan rapi maju kedepan dan menerima hadiah dari kepala sekolah

Banyak teriakan dan omongan dari para siswi termasuk sahabatnya

"gila keren banget ganteng banget " kagum Nadiva

Terlintas dalam benak Aruna sosok Aksara yang bisa dibilang sempurna itu mungkin sangat bahagia menjadi dia terlebih ini bukan sekali dua kali Aksara mendapatkan penghargaan.

"aaaa aksara tipe perempuanmu seperti apa ? ingin memantaskan diri" Teriak seorang siswi kencang

"beruntung banget orang yang bisa dapetin hati Aksara suatu saat nanti ya kan Na?" tanya Nadiva namun tak ada respon Nadiva sedikit memukul tangan Aruna

"Aww sakit" ucap Aruna yang kaget

"Habisnya malah bengong, kenapa tersepona ya?" ejek Nadiva

"TERPESONA" jelas Aruna

"iya deh itu yakan yakan" ejek Nadiva lagi

"Enggak lah dia terlalu sempurna buat aku" Aruna langsung menundukan kepala ia mengulang kata kata itu kembali kepada dirinya

Dia terlalu sempurna

Aruna tersenyum tipis dan kembali melihat sosok luar biasa itu diantara sorak riuh para siswi

KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang