.
Taeyong seharusnya paham, bahwa hidupnya tidak akan lagi menjadi tenang semenjak dia mengenal bocah itu, saat dia sedang sibuk dengan berlembar-lembar berkas pekerjaan di mejanya, ponselnya berdering terus menerus dengan keras kepala, apalagi saat dia tahu apa yang membuat dirinya dihubungi seperti itu, bukan sama sekali soal pekerjaan, tentu saja, dia menyimpan semua urusan pekerjaan di nomornya yang lain, dia seharusnya mulai berfikir jernih bahwa membiarkan Ten memiliki nomor pribadinya adalah sebuah kesalahan.
"Apa benar ini dengan tuan Lee Taeyong? wali dari Ten Lee?"
Well tentu saja anak itu tidak akan membiarkanya sendiri dalam ketenangan.
Suara wanita di seberang sana berkata bahwa adiknya yang satu itu membuat masalah sehingga walinya harus diberitahu karena dia memukuli salah satu seniornya di kampus sampai pingsan, dan berhubung wanita itu menyebalkan, Ten menyebalkan, dan ketatnya salah satu institusi pendidikkan itu menyebalkan, dia harus menyerah dengan mengiyakan permintaan mereka untuk datang, segera.
Sialan.
Dengan sangat, sangat, sangat terpaksa dan hati jengkel luar biasa, dia beranjak, meraih jasnya di sandaran kursi, mengambil kunci mobil, lalu menitipkan beberapa klip data dari pekerjaan yang seharusnya dia selesaikan secepatnya sesuai target, atau mereka akan semakin menumpuk seperti teror yang bisa memecahkan kepalanya kapanpun.
Dia bertanya-tanya kenapa dirinya mau-mau saja dimanfaatkan sedemikian rupa oleh bocah itu.
"Doyoung-ah, aku minta maaf, tapi ini benar-benar mendesak, bisakah kau melakukannya untukku?"
"Well, tidak terlalu sulit, tapi kasus klien kali ini menarik, aku mungkin tidak akan melakukan sebaik kau, tapi ya, akan kucoba sebisaku"
"Bagus, hanya beberapa jam ke depan, setelah urusanku selesai aku akan langsung kembali ke sini"
"Chill, lagipula masih ada Yuri, kau tahu si sekertaris super seksi itu akan dengan senang hati meninggalkan pekerjaannya untuk membantumu, aku bisa meminta bantuannya juga" Doyoung menaikturunkan alisnya dengan jenaka.
"uh.. terimakasih tapi itu terdengar seperti ide yang buruk"
"Kenapa? Karena sugar babymu akan marah?"
"Come on"
"Yeah, kita semua tahu anak berandal manis yang menemuimu waktu itu di depan perusahaan, jadi yang seperti itu selera Lee Taeyong" Jungwoo, pemuda semampai yang satu team dengannya itu menimpali setelah hanya mendengar percakapan dua rekannya tadi.
"Dia adikku"
"Right, sejak kapan kau punya adik" gumam Doyoung lagi, rekannya yang terlihat seperti tidak berdedikasi tapi selalu bisa diandalkan itu.
Taeyong akhirnya menghiraukan keduanya, dan mengangkat satu lengannya sebagai tanda pamit.
Dia dengan praktis melewati beberapa orang yang menyapa, melewati beberapa ruangan, lalu lobi utama, lalu mengendarai mobilnya sampai di gedung kampus dimana dia melihat Ten sedang duduk dengan kepala terantuk-antuk di atas kursi panjang di depan sebuah ruangan yang akhirnya dia temukan setelah melewati beberapa lorong dan puluhan ruangan yang monoton dan menyusahkan.
Ten menyambutnya dengan senyum riang dan innocent seolah dia melihat superhero dan seolah dia tidak baru saja membuatnya meninggalkan pekerjaan yang sangat penting.
Dia melewati Ten begitu saja dan langsung masuk ke ruangan didepannya, otomatis melunturkan senyum di wajah yang lebih muda.
Dia memasang wajah cemberut dan melipat kedua tangan di depan dada lalu kembali dengan acara terkantuk-kantuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Darling (Taeten)
FanfictionHe looked over him again with a naked eye, but the boy is 22 ...