.
Tidak peduli apakah anak itu berasal dari keluarga baik-baik ataupun bukan, itu tidak akan berguna apapun saat kau mengetahui bagaimana watak dia sebenarnya.
Seorang pemuda brengsek kelebihan hormon yang mengganggu paginya.
Awalnya Taeyong merasa bahwa itu hanya mimpi, akhir-akhir ini dia sering sekali memimpikan tidur dengan Ten setelah melalui penyatuan panas dengan pemuda itu tiga hari lalu di toilet kampus, tapi yang satu ini terlalu nyata untuk bisa disebut mimpi, dia mengerang dan membuka mata, merasa nafasnya hampir habis dan tubuh tidak ringan yang menduduki perutnya.
".... Kau mau membunuhku?"
Ten nyengir tanpa rasa bersalah, tangannya naik dari atas dada Taeyong ke arah lehernya, diikuti dengan badannya dan berakhir tengkurap diatasnya.
"Morning routine?" Ten mengedip "Ngomong-ngomong aku merindukanmu, ahjussi"
"Dan siapa yang pergi begitu saja? Tanpa kabar-"
"Aku tidak pergi begitu saja, ahjussi. Aku selalu mengirimimu pesan saat tiga hari diperkemahan, pagi siang dan malam, dan ahjussi tidak satupun membalasnya, menjengkelkan!"
Taeyong memutar bola mata, tangannya bergerak menyingkirkan Ten dari atas tubuhnya, meskipun pemuda itu keras kepala, tetap saja dia kalah dan sisi badannya jatuh menimpa kasur.
"Terlalu sibuk hanya untuk membalas pesanmu"
"Seperti biasa, Taeyong hyung yang sombong, itu terdengar sangat panas"
"... kau mengatakan hal seperti itu pagi-pagi?"
"Kenapa? Tidakkah hyung merindukanku?"
Ten merengut saat Taeyong tidak merespon, pria itu sibuk di depan cermin, mungkin menikmati keindahan dirinya sendiri di pagi hari, dan mengabaikannya.
Mereka terdiam untuk sesaat, hingga Taeyong menyadari pantulan Ten dari cermin yang memperlihatkan wajah pucatnya, jaket tebal yang masih terpasang, dan kaos kaki, seolah Ten terburu-buru dan melewatkan datang kerumahnya sendiri, hanya untuk segera menemuinya.
Menyadari tatapan intens Taeyong, Ten mengangkat satu sudut bibir "Ya, aku datang terburu-buru kesini hanya untuk menemui hyung, rasanya rindu sekali"
Taeyong mendengus, entah kenapa dia merasa berat untuk sekedar berbalik dan melihat seorang pemuda rupawan dengan menggemaskannya mencoba menggodanya dari atas tempat tidurnya sendiri, dia menepis rasanya yang berdebar karena Ten sangat imut. Dia bertanya-tanya apakah Ten memang terbiasa membangunkan orang yang tidur dengannya dengan cara menciumnya? Taeyong menjilat bibir bawahnya sendiri, merasakan sisa lumatan, wangi Ten dan wangi mouthwash-nya.
Terlalu memikirkan hal-hal yang tidak perlu, dia tidak menyadari Ten yang berjalan -berjingkat- seperti pencuri dibelakangnya, sebelum dia bisa merasakan sepasang lengan mengalung melewati bahunya, saat dia hampir terdorong ke depan karena Ten memeluknya dengan kuat, mengaitkan masing-masing kaki dan tangan ditubuhnya seperti koala.
"Astaga, Ten"
"Dasar kau, ahjussi jual mahal"
"Jangan meminta macam-macam, aku harus bersiap dan pergi kekantorku pagi-pagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Darling (Taeten)
FanfictionHe looked over him again with a naked eye, but the boy is 22 ...