"Nenek Tua, aku berangkat!"
Fu Hua menghela napas mendengar nama julukannya, perempatan terbentuk di dahi. "Senti, sudah kubilang ja—"
Namun sebelum komplain dapat sepenuhnya terdengar, pintu rumah yang dihuni oleh dua mantan petarung itu sudah ditutup kembali. Sosok Senti telah menghilang, menyisakan Fu Hua sendirian di ruang tengah dengan setumpuk berkas di tangan.
"—ngan pergi lagi...."
Terkadang, Fu Hua bertanya-tanya apakah menginginkan Senti untuk mengambil cuti agar bisa menemaninya adalah sesuatu yang egois. Pasalnya, akhir-akhir ini, Senti berubah menjadi seorang gila kerja. Mulai dari menjaga toko serba ada, menjabat sebagai penjaga pantai senior (Fu Hua tidak paham bagaimana pacarnya itu bisa langsung menjadi senior tanpa mengalami fase junior terlebih dahulu), hingga memunguti telur ayam di sebuah peternakan. Kala ditanya apa alasannya mengambil begitu banyak pekerjaan, ia hanya tertawa sembari berkata, "Aku pengen eksis gitu loh, nggak kayak kamu. Katanya ngambil banyak pekerjaan bisa bikin kita terkenal."
Fu Hua geleng-geleng kepala. Dari mana Senti mendengar hal tersebut, coba?
Sang mantan petarung kembali memfokuskan atensinya pada berkas di atas meja: undangan resmi festival musim semi Saint Freya. Ia duduk berjam-jam untuk menyempurnakan berkas itu, hingga sebuah chat muncul di laman notifikasinya. Ia menekan notifikasi itu, menampilkan foto Senti ber-selfie di pantai, papan seluncur di tangan kiri. Tertera caption yang disematkan pada foto, "Cuacanya sedang bagus untuk berjemur, loh!"
Tepat setelah Fu Hua membaca pesan tersebut, Senti langsung meneleponnya.
"Ada apa, Senti?"
"Nenek Tua! Jangan dingin-dingin gitu, lah. Aku cuma mau nawarin datang ke tempat kerjaku di pantai nanti sore. Sunset di sini indah, jadi siapa tahu kamu mau makan malam—ekhem, romantis—sambil menontonnya."
"Maaf, Senti... tapi aku sudah membuat janji lain."
Terdengar suara Senti tersedak minuman. "L— loh? Ke mana? Karaoke? Bioskop? Sama siapa?"
Fu Hua menghela napas. "Bukan janji seperti itu, Senti. Kamu tahu festival musim seminya Saint Freya? Aku diminta membantu mempersiapkannya." Ia terdiam sejenak, sebelum menambahkan, "Kalau mau, kamu boleh ikut datang, kok."
"Nggh... ya sudah, nggak jadi, deh! Habisnya, teman-teman dari Saint Freya itu sangat berharga bagimu, ya kan? Aku nggak mau ganggu... dan aku nggak bakal datang, oke?! Canggung. Soalnya ya, begitu, kau tahu lah— wuaaah! Ada orang kelelep! Nenek Tua, aku pergi dulu!"
Telepon dimatikan. Fu Hua memandangi layar, sebelum memijat kening. Hatinya merasa bersalah, namun di saat bersamaan, bingung. Bingung kenapa Senti tidak bisa sehari saja tidak bekerja. Bahkan hanya bersantai di rumah pun tidak apa!
Fu Hua... hanya ingin berada dekat dengan belahan jiwanya. Apa itu saja tidak boleh?
***
Tidak seperti biasanya, alun-alun kota dipadati orang, kebanyakannya adalah alumni Saint Freya. Seorang gadis bersurai ungu menghampiri Fu Hua, mengajaknya menuju salah satu stan pameran. "Kami berencana menampilkan kejadian-kejadian penting yang berhubungan dengan Honkai dalam bentuk miniatur seperti ini," jelas Mei sembari menunjuk sebuah kotak miniatur dengan tiga belas figur Flame-chasers kecil. "Stan Era Lampau sudah hampir selesai. Tinggal Project EMBER saja, dan seingatku, Iinchou adalah salah satu anggotanya, 'kan?"
Fu Hua menganggukkan kepala, namun tampak bimbang. "Sayangnya, Mei, ingatanku soal Project EMBER tidaklah terlalu baik." Wajah kecewa Mei membuatnya merasa bersalah, sebelum Fu Hua mengingat sesuatu. "Oh, tapi aku kenal orang yang lebih tahu soal proyek itu."
![](https://img.wattpad.com/cover/310781962-288-k842259.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
When Lament Becomes Carol
FanfictionMenjelang musim semi, alumni Saint Freya ingin menyelenggarakan sebuah festival di mana orang-orang akan mengingat dan mengenang perjuangan umat manusia melawan Honkai. Akan tetapi, di tengah hiruk-pikuk kesibukan, hati Fu Hua yang ia perbolehkan un...