Pagi itu januar berencana untuk lari pagi dan mencari makanan yang bisa dibawanya pulang untuk sarapan bersama sang anak. Januar nara jingga, itulah nama ayah leo.
Sudah hampir 20 menit lamanya janu berlari kecil namun belum juga menemukan gerobak bubur yang biasanya di belinya. Janu pun berhenti sejenak dan memilih duduk di trotoar jalan sambil meluruskan kakinya.
"Takdir... Takdir apanya, ini hanya sebuah lelucon yang dilemparkan tuhan kepada saya. Apa kamu tau? Hati manusia itu sangat rentan berpindah hati dan oleh karena itu manusia harus membawa otak dalam urusan cinta"
Aneh, benar-benar aneh. Baru sebentar janu menjatuhkan bokongnya sudah ada saja manusia langkah seperti seseorang berkacamata di sebelah nya itu.
"Hei.. Matamu indah, bahkan keindahannya bertambah karena tahi lalat mu itu. Boleh tidak saya tau siapa nama dari manusia bermata indah ini?" Ujar lelaki berkacamata di sebelah januar.
Januar hanya melirik sekilas ke arah lelaki itu dan tidak mengindahkan nya, menurut januar laki-laki itu adalah laki-laki ajaib yang sialnya bertemu dengan dirinya disaat ia tengah kelaparan.
"Anesha Mandara, Itu nama saya dan kamu bisa panggil saya mandra. Sepertinya kamu lapar, sangat terlihat jelas dari mood kamu yang jelek itu. Mau makan bubur bersama saya? Tak jauh dari sini ada gerobak bubur ayam langganan saya.. Bubur nya enak dan ayamnya juga banyak"
Dengan tak sopannya, lelaki bernama mandra menarik lengan januar dan menuntunnya ke tempat makan yang dibicarakan nya tadi. Baru di pertengahan jalan, januar berhenti tiba-tiba dan menarik lengannya dari tangan mandra yang pada akhirnya sia-sia karena mandra mencengkram lengannya dengan kuat.
"Sudah saya bilang temani saya makan bubur, itu tidak membuatmu rugi kan? Kamu juga sedang lapar jadi jangan menolak dan maaf kalau cengkraman saya menyakitkan, ini karena Kamu berusaha lari padahal sekarang saya sedang berusaha berbuat baik"
Belum sempat mandra menarik lagi lengan januar, januar lebih dulu menarik rambut mandra dan menyumpahi lelaki itu.
"Brengsek!! Berbuat baik mata lo buta?! anjing lo!! Udah gue bilang gue nggak mau!! Ini udah waktunya anak gue bangun dan lo nyuruh gue buat makan bareng lo?! Nggak! Makan aja sana sendiri!" Teriak januar menggebu-gebu kemudian meninggalkan mandra yang sedang mencari kacamata nya.
Setelah mendapatkan kaca matanya mandra kemudian memandang sejenak tempat januar berdiri tadi dan bergumam
"Kalo memang kamu nggak mau makan bubur sama saya gara-gara anak kamu bangun... Berarti kalau anak mu tidur , kamu akan punya waktu untuk makan bersama saya kan?" Mandra kemudian tersenyum tipis kemudian merogoh sakunya untuk mengambil hp nya.
"Hm.. Tidak sampai setengah jam dari sini.. Kalau saya bawakan oleh-oleh untuk anaknya, dia pasti akan senang bukan?" Mandra pun berjalan kembali ke dalam mobilnya.
"Hpmm!! Hppphmm..!"
Terdengar suara aneh dari jok belakang mobil mandra. Mandra yang mendengar itu kesal dan melemparkan botol minum yang berada di sampingnya itu ke belakang.
Brakk!
"Diamlah haikal! Sebentar lagi kau akan punya teman jadi diam! Oh.. Kau juga akan menjadi baby sitter.. Kau suka anak-anak bukan?" Tanya mandra sambil melirik lelaki manis yang tengah terikat di jok belakang mobilnya itu.
"Oke.. Sekarang kita akan menuju rumah teman barumu itu, tersenyum haikal! Kau akan segera bertemu dengan iparmu"
End