Vegas

1K 83 9
                                    

Cha Young terbangun dengan sakit kepala yang berdenyut-denyut. Sambil merintih mengasihi diri, Cha Young mengangkat tangan dan menyentuh kepalanya yang sakit, ia membuka sebelah mata. Sumber nyeri paling parah berasal dari sinar matahari pagi di vegas yang membutakan dan menembus tirai. Ia memejamkan mata lagi, kemudian bergerak perlahan dan menyadari sesuatu yang hangat dan empuk menindihnya. Cha Young membuka tangan dan.... merasakan.

Ia tak butuh kepala jernih atau indra penglihatan ubtuk tahu bahwa ia meraba sebuah tangan.

Cha Young membuka mata dan menyadari seorang pria tertidur dengan merangkul pinggulnya. Dengan perlahan, sangat pelan, ia membalikan badan. Pikiran Cha Young membeku. Begitu juga dengan tubuhnya.

Matanya Cha Young melebar setelah mengetahui siapa yang memeluknya. Kepalanya tersentak begitu cepat hingga terasa sakit. Sedetik kemudian semuanya kembali merasuk kedalam otak Cha Young yang keruh karena tidur. Kepanikan melanda Cha Young membuat ia tersentak dan menendang pria itu dengan keras.

"Astaga!"

Vincenzo tersentak bangun dalam sedetik, kala tubuhnya menghantam lantai yang berlapis permadani tebal itu. Tidak begitu sakit. Pria itu segera duduk sambil mengelus lengannya tanpa melihat kearah Cha Young ia menjawab. "Bisakah kalau membangunkan orang lain dengan lembut?" Vincenzo bangkit dan duduk dipinggiran ranjang, melempar senyum manis. "Begini ya rasanya dibangunkan oleh seorang istri."

Maksudnya....apa? Sejak kapan dia menikahi pria ini?

"Istri?" Jantungnya berdetak sepuluh kali lebih cepat. Cha Young melempar tatapan marah. "Jangan bicara sembarangan ya. Sejak kapan aku menikahi mu." Kata Cha Young berusaha menggali di otaknya yang sakit tentang ke jadian semalam.

Vincenzo membuka laci nakas dan mengeluarkan secarik kertas lalu menyodorkan ke arah Cha Young.

Cha Young menyambar kertas itu dan membaca dengan tak sabar.

Bagaimana bisa aku melakukan hal semacam ini?. Aku pasti sudah gila. Cha Young bertanya-tanya pada diri sendiri.

"Apa bukti itu cukup untuk menyakini mu bahwa kita sudah menikah? Lalu, siapa yang menyematkan cincin manis itu di jemari mu?"

Pria itu manatap tajam padanya. Dari kilatan mengejek di mata gelapnya, pria itu jelas menyadari bahwa Cha Young tidak bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi kemarin malam.

Sangat gelisah dengan pikirannya, Cha young mengerang dan menyembunyikan kepala di bawah selimut.

Vincenzo menarik lembut selimut itu dari wajah Cha Young. "Aku tahu, kita tidak ingat karena sama-sama mabuk parah. Tapi---"

Asam dari lambungnya merambat naik ketenggorokan, membuat perutnya bergolak. Sambil mengerang, Cha Young melemparkan selimut. kemudian ia bangkit dan berderap menuju kamar mandi.

Cha Young terhuyung-huyung melintasi kamar, satu tangan diperut dan satu tangan lagi menangkup mulut saat cairan empedunya naik.

Cha Young merasa tubuhnya panas lalu sedingin es. Untungnya pintu kamar mandi terbuka dan ia menukik tepat waktu untuk menguatkan diri saat makanan terakhirnya naik.

Kakinya goyah sampai-sampai lututnya bertekuk dan hampir tersungkur ke lantai. Tetapi sebuah lengan menahannya, menjaganya tetap tegak dengan kekuatan Vincenzo yang tangguh. Di belakang Cha Young merasakan tubuh pria itu, panas dan kokoh menambatkannya.

Lalu Cha Young berlutut didepan kakus, tepat pada waktunya. Ia merosot, gemetar, dan kelelahan, merasakan kepalanya berdentum.

Dipaksa untuk mendengarkan helaan mual berulang- ulang yang berkumandang dari ruangan berlapis marmer halus itu, Vincenzo mengutuki nuraninya.

BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang