Pengakuan

482 43 15
                                    

Cha Young berkedip, melangkah maju sebelum dia memikirkan untuk menahan diri. Itu tidak tidak mungkin dia. Pria itu sudah menghilang dari hidupnya sejak  setahun lalu. Tapi kali ini ... dia bisa bersumpah kalau itu memang dia.

Apakah seharusnya dia menyapanya? Menjabat tangannya? Mengatakan padanya bahwa selama ini dirinya masih mengharapkan sebuah penjelasan mengapa dia meninggalkan dirinya begitu saja.

Dia pasti tinggal di dekat-dekat sini. Meskipun, dari caranya yang suka bepergian, mungkin dia hanya sekadar lewat. Tapi apa pun itu, Cha Young sudah nyaris menyentuhnya ketika dia berkata, "Katakan saja,
Mi Na Ya, bagaimana menurutmu cokelat dengan selai kacang dan marshmallow?"

Cha Young berhenti, terlalu bingung untuk memahami dengan logis kata-kata yang baru saja didengarnya.

Hanya saja, kemudian pria itu berpaling menatapnya dan melepaskan tawa kaget sambil mundur ke belakang dengan cepat. "Oh, maafkan aku. Tadi kukira....." dia merasa beku tiba-tiba ketika melihat wajah Cha Young.

Dengan jantung berdegup cepat, Cha Young merasakan derai tawa merambah naik di dadanya. Apakah ia harus gembira karena pria itu masih mengingat dirinya?

Tepat pada saat itu, seorang wanita muncul di sudut, dengan satu tangan mengelus perutnya yang  membuncit sambil memperhatikan daftar belanjaannya. "Sayang, tidak ada marshmallow, tapi aku mau selai kacang."

Sayang? Entah kenapa terasa sakit mendengar panggilan itu.

Seon-u mengangguk padanya dan menjulurkan tangan ke arah lemari dan mengambil sebuah kotak karton yang lain. Dia menaruhnya di kereta belanjanya dan kemudian memandang ke arah Cha young.

Dan Cha Young pun memandanginya. Melihatnya sungguh membuat hati Cha Young terluka.

Wanita itu menoleh, melihat ke arah Cha Young. Tatapannya menelusuri Cha Young dari atas kepala hingga ke kaki menyiratkan rasa penasaran dan...perasaan lain. Wanita itu kembali menghadapa ke arah Seon-u. "Kau kenal wanita ini, sayang?"

Perhatian Seon-u kembali ke wanita itu, dia tersenyum. "Sayang, mungkin kau membutuhkan lebih banyak perlengkapan bayi. Pergilah, nanti aku menyusul. Aku harus menyelesaikan sesuatu."

Kerutan tampak di dahi wanita hamil itu. Bergantian memandang Seon-u dan Cha Young. Tatapannya penuh keheranan.

"Aku akan menjelaskannya nanti." Seon-u menggapai tangan wanita itu dan menepuk lembut memberi pengertian. "Aku mohon."

Dengan enggan, wanita itu mengangguk dan berlalu meninggalkan Cha young dan Seon-u.

Pria itu berjalan menuju sudut ruangan, dan Cha Young secara otomatis mengikutinya.

"Oppa." Dengan sangat tenang Cha Young menyapa.

"Lama tidak bertemu Cha Young ssi."

Cha Young menatap. "Setelah sekian lama..."

"Aku perlu bicara." Pria itu menyela.

"Aku mendengarkan." Suaranya serak.

Seon-u terlihat menghela napas, lalu menatap Cha Young kembali.
"Aku minta maaf karena meninggalkanmu tanpa penjelasan."

"Ya, aku tahu." Balas Cha Young ketus. "Wanita tadi istri mu? Diakah alasannya?"

"Dengar, aku suka...bersamamu. selama dua tahun lebih kita bersenang-senang..."

"Lalu?"

"Cha Younga." Seon -u berjalan mendekat. "Aku...peduli padamu. Sangat...tapi aku tidak bisa."

Cha Young menahan kemarahannya dan menarik napas untuk menenangkan diri. "Kenapa tidak?"

"Entahlah."

BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang