Mendengar jawaban dari Abu Bakar, Ali seakan tersadar. Ia merasa mendapatkan semangat baru. Ali pun memberanikan diri untuk datang menemui Rasulullah.
Sesampai dirumah Rasul, Ali ditanya perihal kedatangannya. Namun Ali tak berani menjawab. Rasul pun kembali mempertegas pertanyaanya, “ Apakah kedatanganmu untuk melamar Fatimah?”
Ali kemudian menjawab “ Iya.”
Beliau lantas mengatakan, " Apakah engkau memiliki suatu bekal mas kawin?." Dengan penuh ketulusan Ali pun menjawab, " Demi Allah, engkau sendiri mengetahui bagaimana keadaanku ya Rasulullah. Tak ada sesuatu tentang diriku yang tak engkau ketahui. Aku tidak memiliki apa-apa selain sebuah baju besi, sebilah pedang dan seekor unta."
Mendengar jawaban Ali, Rasulullah pun tersenyum lantas mengatakan, " Tentang pedangmu, engkau tetap memerlukannya untuk meneruskan perjuangan di jalan Allah. Dan untamu, engkau tetap memerlukannya untuk mengambil air bagi keluargamu juga bagi dirimu sendiri. Engkau tentunya memerlukannya untuk melakukan perjalanan jauh. Oleh karena itu, aku hendak menikahkanmu dengan mas kawin baju besi milikmu. Aku bahagia menerima barang itu darimu Ali. Engkau wajib bergembira sebab Allah lah sebenarnya yang Maha Tahu lebih dulu. Allah lah yang telah menikahkanmu di langit lebih dulu sebelum aku menikahkanmu di bumi." (HR. Ummu Salamah)
Ali dan Fatimah sudah saling mencintai. Namun tak ada satu pun dari mereka yang mengumbar tentang perasaaanya. Mereka sama-sama saling mencintai dalam doa.
Bagi Ali, butuh usaha bertahun-tahun untuk memantaskan diri. Agar ia pantas untuk Fatimah. Beberapa halangan juga sempat Ali lalui. Namun, Ali tak pernah menyerah untuk dapat melamar Fatimah.
Begitupun Fatimah, ia mencintai Ali juga dalam doa. Bersama memantaskan diri. Sehingga kisah cinta mereka begitu mulia disisi Allah SWT.
Maka menikahlah Ali dengan Fatimah Pernikahan mereka penuh hikmah walau di arungi di tengah kemiskinan Bahkan di sebutkan oleh Rasulullah sangat terharu melihat tangan Fatimah yang kasar karena harus menepung gandum untuk membantu suaminya
Dan malam harinya setelah dihalalkan oleh Allah SWT, terjadilah dialog yang sangat menggetarkan. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah, Fatimah berkata kepada Ali,
“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta kepada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”,
Ali pun bertanya mengapa ia tak mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya.
Sambil tersenyum Fatimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu.”
Subhanallah, itu adalah pujian terbaik dari seorang istri yang bisa membahagiakan hati suaminya.
Ali dan Fatimah saling mencintai karna Allah mereka mencintai dalam diam,menjaga cintanya dan Allah satukan dalam ikatan suci pernikahan. Semoga kita dapat mentauladani perikehidupan anak dan menantu Rasulullah SAW ini.
Semoga banyak pelajaran yang dapat diambil dari kisah cinta Ali dan Fatimah ini. Dan tentunya dapat menjadi inspirasi untuk agar terus memantaskan diri
KAMU SEDANG MEMBACA
PERAN WANITA MUSLIMAH DALAM PERADABAN ISLAM
Fiction Historique"Islam menaikkan derajat wanita dari dasar bumi hingga pada akhirnya surga diletakkan di bawah kakinya." - Dr. Maulana Ansari