Pagi ini, kota london cerah sekali, benar-benar suasana yang sangat dirindukan setelah musim salju, ya, musim semi. Suhunya tak berubah, tetap saja dingin, 17°C. Inilah sebabnya orang-orang tak berani keluar terlalu lama saat musim salju karena suhunya yang minus. Namun sekarang, setidaknya sudah terlihat jelas keberadaan sang surya, matahari.
"Ibu, Ayna pergi dulu ya", suara jerit anak perempuan dari lantai atas rumah itu membuyarkan lamunan sang ibu yang tengah menyeduh teh hangat dekat teras. Anak itu kini berlari menuruni tangga, menuju ibunya,"muach", kecupan hangat berhasil mendarat dipipi sang ibu.
Ibu tersenyum, "Iya honey, hati-hati ya"
"Baik, Ibu", jawab gadis itu seraya mengecup dahi ibunya dan berlalu pergi.
***
Gadis berhijab itu kini sudah berada di taman dekat kota, setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit dari rumahnya dengan bis.
'Huh, cuaca di sini masih sangat dingin ya, bahkan bekas-bekas salju pun masih ada', gumamnya seraya memakai mantel dan shal di lehernya. 'Aku harus bergegas', gumamnya lagi.
Lagi-lagi ia berjalan, menyusuri trotoar, sesekali ia terlihat menyebrang jalan saat lampu merah.
***
Ayna tiba di tempat tujuannya. Sebuah gedung besar dengan dekorasi bernuangsa eropa tahun 90-an, namun tetap bergaya modern dan minimalis. Matanya menerawang seisi gedung, melihat-lihat dari segala sisinya, sudah dihias dengan rapi dan sangat indah. Matanya terbelalak, 'Wow', gumamnya. Ia tak percaya bisa memasuki gedung sebesar dan seindah ini.
Kakinya melangkah lebih dalam lagi di depan, terlihat ada panggung dan mimbar yang masih kosong, serta kursi dan meja lainnya yang sudah tertata dengan rapi dibagian atas panggung dan juga bawah, 'apa akan ada pesta disini?, tapi pesta apa?', gumamnya menanyakan segala hal pada dirinya yang sebenarnya tidak tau.
"Ayna!", teriak seseorang dari kejauhan.
Ayna menoleh, ia melihat seseorang wanita dari kejauhan, sepertinya dia yang memanggil dirinya.
"Ayo kemari", teriak orang itu lagi.
Ayna segera menghampiri wanita itu, dan ternyata dia Fera, seorang wanita yang sempat mengundang Ayna untuk datang ke gedung ini. Dia tak menceritakan apa maksud nya, yang jelas katanya, dia sangat tertarik dengan hasil potret dari Ayna.
"Kak Fera?", tanya Ayna pada wanita itu.
"Iya, aku Fera", jawab wanita itu seraya memberikan sebuah kamera ke tangan Ayna. "Pegang ini, hari ini kamu bantu aku memotret suasana di pesta ini ya. Apapun itu, potret saja, terutama pada aktris-aktris yang mendapat penghargaan nantinya. Tolong potret yang bagus ya, aku tau kamu sangat ahli Ayna", ucapnya.
"Tapi, Aktris itu apa?", tanya Ayna polos.
Fera menggeleng tanda tak habis fikir, namun ia ingat kembali kalau Ayna baru 17 tahun, terlebih dia bukan dari kota, melainkan desa, jadi kecil kemungkinan bagi Ayna dapat mengenal dunia entertainment kalau tidak melalui ponselnya yang jadul itu.
Fera terkekeh pelan, "Jadi begini, Ayna. Aktris itu adalah seseorang yang berperan dalam film, tugasnya adalah ber-akting sesuai peran yang diberikan padanya. Misal perannya adalah orang yang bersifat sabar, maka dia akan ber-akting sebagai yang paling sabar dalam film tersebut. Kamu pasti pernah menonton film kan, Ayna?".
"Seingatku pernah kak, film kartun", jawab Ayna.
(Plak)
Fera menepuk jidatnya, dia benar-benar tak habis pikir dengan anak ini, "Ya sudah, kamu jalankan saja tugasmu dulu ya, nanti aku jelaskan lagi padamu tentang aktris""T-tapi bagaimana caranya aku menggunakan alat ini?", tanya Ayna menimpali.
"Oh, maaf aku hampir lupa. Ikut denganku, temanku akan mengajarimu", jawab Fera seraya berjalan menjauh, menyuruh Ayna mengikutinya.
***
20 menit lagi acara dimulai, Ayna yang sudah mempelajari tata cara menggunakan kamera mulai mengambil gambar sudut-sudut ruangan, lumayan sambil melatih kebiasaan dan ketelitian dirinya dalam menekan berbagai tombol kamera yang menurutnya banyak dan patut dihafal masing-masing fungsinya, agar ia tak salah tekan jika memotret nanti.
'Oh, iya tadi Kak Chua bilang yang ini. Eh, salah Ayna, bukan yang itu tapi yang ini!', gumamnya sendiri sambil menerka-nerka ajaran Chua tadi padanya.
"Nah, ini bagus", ucapnya seraya tersenyum, kagum akan hasil jepretannya sendiri yang memuaskan.
Ayna kemudian berjalan keluar gedung, mencoba memotret sudut lainnya yang menurutnya perlu.
'Nah, ini bagus', gumamnya sambil mulai memotret beberapa sudut.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Ain
Teen FictionAyna, seorang gadis eropa yang senang mencari sensasi baru lewat gambar-gambar yang berhasil di potret nya dari alam. Bukan hanya alam, dia juga sedang mengincar salah satu selebriti asia luar yang memiliki paras luar biasa, membuatnya terkagum-kagu...