Chapter One.

17 3 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Langkah kecil itu membelah genangan air disepanjang jalan yang di lewati seorang gadis. Hujan turun dengan deras, namun langkah itu tak henti. Gadis itu terus berjalan dengan tergesa gesa, tangan kirinya sibuk memegang tas belanjaan, sementara tangan kanannya sibuk memegang payung.

Shoya mengeluh kesal, sekarang jam yang menempel dipergelangan tangannya menunjukan pukul 10 malam. Harusnya dia sudah berada di rumah sejak 3 jam yang lalu, tapi karena beberapa tugas sekolah yang tidak bisa ditunda membuat shoya mengurungkan niat untuk pulang lebih cepat.

Belum lagi dia harus mampir dulu kemini market untuk membeli sesuatu dan lagi shoya sangat khawatir dengan junyung, adiknya yang sudah pasti sedang menunggunya pulang.

"Apa dia sudah makan? Pasti junyung ketakutan dengan hujan badai ini, aku harus segera pulang" Shoya bergumam.

Langkah kakinya baru sampai di perempatan jalan.

Terdengar suara bergemuruh, spontan shoya berhenti lalu mengalihkan payung untuk melihat kearah datangnya suara gemuruh tersebut. Dia menggerakkan payungnya perlahan, lalu shoya mendongak.

Dan di sana.

Tepat diatas kepalanya, cabang pohon berukuran besar itu bergerak dengan dasyat akan menimpah shoya yang berdiri mematung.

Shoya membelalak, kakinya ingin berlari. Namun, entah kenapa dia merasa kehabisan tenaga. Bahkan untuk berteriak saja tenggorokannya terasa tecekat, ini semua terjadi tanpa terduga.

"Eomma!" pikiknya dalam hati.

"Awas!" seseorang berteriak, mendorong tubuh mungil shoya sehingga gadis itu terpental jauh. Tepat pada saat cabang pohon itu jatuh ketanah.

Shoya meringis, tubuhnya terpental ke aspal. Namun dia merasa baik baik saja, karna seseorang mendekap tubuhnya dengan sigap.

"Apa kau baik baik saja?"

Suara itu seakan membangunkan shoya dari koma, kedua matanya terbuka dan pada saat itu pula tatapan mereka bertemu, mata coklat itu begitu memikat. tubuh shoya tengah berada didekap seseorang.

Shoya menelan ludah, keduanya bertatapan begitu lama.

"Hei, kau baik baik saja?" tanya pria itu, terlihat dari wajahnya begitu cemas. Surai rambutnya yang lebat nampak basah karena rintikan air hujan.

"Aku,, aku baik baik saja"

Pria itu melepaskan dekapannya, lalu dia membantu shoya untuk duduk.

Shoya mengedarkan tatapannya kesekeliling dengan bingung.

Tampak cabang pohon berserakan di atas trotoar dan sebagian jalan. Tas belanjaannya berantakan tak karuan, semua isi didalam tas berceceran keluar. Sementara payungnya, entah terbang kemana.

𝐃𝐢𝐬𝐭𝐢𝐧𝐜𝐭 || 𝙴𝙽𝙷𝚈𝙿𝙴𝙽 𝙱𝙾𝚈𝚂 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang