Part 1

0 0 0
                                    

Terdengar teriakan-teriakan dari arah kerumunan gadis-gadis diseberang jalan. Entah apa yang mereka teriaki.

Lina yang melihat dan mendengar saat melewati kerumunan itu merasa terganggu. Ia lekas pergi dari sana menuju halte bus, kalau tidak ia akan terlambat datang ketempat les, bisa gawat jika ibunya tahu ia terlambat.

Untungnya ia tidak terlambat, namun rupanya hari itu ayahnya datang kerumah. Bagi Lina itu bukan kabar baik. Ia tahu jika ayahnya rindu padanya, namun ibunya tidak menerima kehadiran sang ayah.

Lina mendengar teriakan dari sang ibu kepada ayahnya. Entah dari mana semua berawal hingga keluarganya hancur seperti ini.

Air mata berjatuhan dari mata Lina. dadanya sangat sakit. Lina berusaha agar suara tangisnya tak terdengar. Berusaha agar mentalnya tidak merusak fisiknya, namun jika mental sudah sakit, maka fisikpun sakit. Kata orang-orang seperti itu, Lina mengerti hal tersebut, sangat-sangat mengerti. Untunglah ada sahabat disampingnya yang membantunya bertahan dari semua hal yang bisa membuatnya rusak.

***

"Lina."

"Hmm?"

"Kamu... habis nangis ya?"

"...iya. Tadi malam ayahku dateng kerumah"

"...ayo kita anime ini aja," menunjukan layar gawainya yang terlihat sebuah video, "ini animenya lucu loh yuk-yuk," Katanya sambil menarik tangan Lina dan membawanya duduk di gazebo.

Hanya hal seperti itu saja membuat Lina terharu, walaupun terdengar seperti hal sepele, namun bagi Lina itu hal besar.

Ting

Sebuah notifikasi muncul dilayar sahabatnya, disana terlihat thumnail foto seorang lelaki yang bagi Lina

"Artis ya?"

"Hehehe"

"Kok kek aneh gitu" guman Lina

"Hah? Kamu ngomong apa?"

"Eh, tidak-tidak, bukan apa-apa kok"

"Aku mau nonton juga boleh?" Lanjut Lina

"Boleh kok"

Lina yang menonton video tersebut tertawa melihat tingkah dari lelaki tersebut. Ia terkejut saat mengetahui lelaki tersebut adalah seorang Idol.

'Hei, seharusnya dia jadi pelawak saja' batin Lina

Wajahnya cocok untuk Idol, namun kelakuannya... iya...

Mulai dari sana, Lina akhirnya mengikuti informasi kegiatan keartisan lelaki tersebut bersama grubnya disosial media, namun tidak seperti gadis-gadis lain yang melihat mereka dan terpanah oleh ketampanan mereka, Lina justru tertawa hanya melihat wajah mereka, iya, serendah itu humor Lina, padahal mereka hanya diam.

Dari informasi yang di dapat Lina, ternyata kerumunan-kerumunan gadis yang tempo hari ia lewati itu karena lelaki yang ia ikuti informasi kegiatan keartisannya datang ke daerahnya.

'Ah... kebetulan sekali, ya' batin Lina

***

Waktu berlalu hingga tak terasa sudah setahun sejak Lina mengikuti informasi kegiatan keartisan mereka. Akhirnya hari itu Lina bisa mengikuti fansign untuk pertama kalinya, bertemu mereka dengan membawa album yang baru Lina beli.

Hal tersebut bisa terjadi karena ibu Lina pergi dengan waktu yang lama meninggalkan Lina ke luar negeri, tetapi Lina sudah meminta izin dan diperbolehkan datang ke negara sang artis.

Sebelum datang kesana ia terlebih dahulu belajar bahasa negara tersebut agar bisa berkomunikasi dengan mereka.

Tiba giliran Lina mendapatkan tanda tangan artis yang ia lihat dinotifikasi sahabatnya setahun silam.

"Hallo, namaku Lina,"

"Hallo Lina! Jadi kamu mau aku nulis apa di album punyamu?"

"Untuk kawanku virtualku"

"Wah~ gitu~ baiklah. Aku tambahin boleh tidak Lina?"

"Eh, boleh kok"

"Oke"

Semangat kawanku, kamu hebat bisa berdiri menunggu giliranmu dari banyaknya orang didepanmu

"Ini. Kamu keliatan kaya pengen nangis, tapi aku cuma bisa tulis itu, maaf ya"

Kebetulan lainya. Lina baru mendapat telpon dari ayahnya sebelum fansign mulai, bahwa ayahnya sedang sakit.

Ia sudah berusaha untuk tersenyum di depan teman-teman segrub lelaki tersebut, termasuk didepan lelaki itu. Namun, mengapa senyumnya tidak berguna di depan lelaki itu?

Didepan LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang