Adelia Faranisa Aznii dan Gavin Aldevaro selalu dipertemukan dalam segala hal. Mereka adalah musuh bebuyutan yang nggak pernah bisa akur, entah itu di rumah karena tetanggaan, atau di sekolah karena satu kelas dan satu sekolah. Setiap kali bertemu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di rumahnya, Aznii masih duduk di sofa dengan wajah penuh kebingungan dan frustasi. Dia memikirkan ulang percakapan tadi dengan Gavin. "Gue nggak ngerti, kenapa sih dia selalu ngeles?" pikirnya, semakin kesal. "Tadi si jerapah jelek bilang bukan dia yang ngasih nomor gue ke orang itu, tapi siapa lagi yang bisa? Kalau bukan dia, pasti ada yang lebih deket sama gue yang ngasihnya."
Dia melangkah mondar-mandir, berusaha mencari jawaban yang logis. Setiap kemungkinan yang muncul di pikirannya terasa membingungkan. "Gue yakin banget cuma dia yang punya alasan buat ngelakuin itu," gumamnya, namun ada keraguan yang perlahan muncul.
Tiba-tiba, pikirannya teralihkan ke kejadian-kejadian sebelumnya. "Tapi kenapa dia nggak ngaku? Apa dia bener-bener nggak tau? Atau dia sengaja nutupin?" Aznii bertanya-tanya lagi, merasa marah dan kecewa.
"Udahlah, biarin aja, mungkin orang itu cuma iseng," gumam Aznii dengan kesal, berusaha menenangkan diri. "Tapi kalau beneran si jerapah jelek yang ngasih nomor gue ke orang itu, awas aja dia!" ujarnya dengan nada penuh ancaman, menandakan bahwa dia tidak akan membiarkan hal ini begitu saja.
Tak lama setelah itu, terdengar suara lembut bundanya memanggil, "Kak, ayo bantu bunda buat kue."
"Iya, Bun," jawab Aznii singkat, mencoba menenangkan pikirannya. Dengan segera, ia turun dari kasurnya dan bergegas keluar menuju dapur, berusaha mengalihkan perhatian dari kegelisahan yang masih mengganjal di pikirannya.
Sesampainya di dapur, Aznii melihat ibunya sedang menyiapkan bahan-bahan untuk membuat kue. "Mau buat kue apa, Bun?" tanya Aznii dengan antusias, matanya berbinar-binar.
"Bunda mau buat brownies," jawab bundanya sambil tersenyum hangat.
"Wah, itu kan kesukaanku!" ujar Aznii penuh semangat, wajahnya langsung cerah. "Aku seneng banget deh, Bun, udah lama banget kita nggak bikin brownies bareng."
Bunda Aznii tertawa kecil, senang melihat semangat anaknya. "Iya, sudah lama. Makanya, hari ini kita buat yang spesial," kata Bunda dengan senyum lembut.
Aznii pun semakin bersemangat dan mulai membantu ibunya dengan penuh perhatian. "Ayo, Bun, kita mulai! Aku nggak sabar pengen nyobain nanti," ujar Aznii dengan wajah penuh kegembiraan.
Ibu dan anaknya pun sibuk bergelut dengan adonan brownies, penuh fokus dan kebersamaan. Setelah sekitar 30 menit, aroma brownies yang baru dipanggang mulai memenuhi dapur. Dengan penuh kebanggaan, mereka mengeluarkan brownies yang telah matang dan menyusunnya dengan rapi di piring. Mereka membawanya ke ruang tamu untuk dinikmati bersama.
Setelah meletakkan piring brownies di atas meja, Aznii memberikan sepotong kepada sang ayah yang langsung memuji, "Wah, browniesnya benar-benar lezat. Ini yang buat siapa?" Arka mengunyah dengan lahap, menunjukkan betapa nikmatnya kue tersebut.