"Jeno apa maksudmu?"Jeno memandang kearah lelaki manis didepannya dengan tatapan sendunya, mensejajarkan tinggi badan mereka.
"Maafkan aku, aku harus pergi sekarang." Lelaki manis tersebut menggelengkan kepalanya dengan air mata yang mengalir.
"Jangan akhiri hubungan kita jeno.."
"Sekali lagi maafkan aku, jaga dirimu baik -baik setelah ini mengerti? I love you haechan."
Jeno melepaskan genggaman tangan mereka dan berjalan menjauh dari haechan dengan menggeret kopernya. Haechan menatap kosong kearah dimana jeno pergi didepannya.
Haechan langsung membuka matanya dan terduduk dengan pipi yang sudah basah, tangannya segera mengelap air mata yang berada dipipinya.
"Mimpi itu lagi."
"Kenapa dia datang lagi kedalam mimpiku."
Ceklek
Haechan mengalihkan pandangannya kearah seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi tersebut.
Lelaki didepannya memandang aneh kearah haechan yang melihat kearahnya tanpa berkedip tersebut.
"Apa masih sakit?"
Sang dominan terkekeh kecil saat melihat ekspresi wajah haechan yang terkejut dengan wajah yang mendadak memerah.
"Hey tatap aku." Pinta dominan tersebut, haechan segera mendongakan kepalanya menatap kearah mata tajam didepannya.
"Mark —euhm."
Haechan melenguh disaat mark mulai mencium bibirnya dengan lembut membawa haechan masuk kembali kedalam kukungannya.
Mark menyecap dan menyesapnya, memasukan lidahnya untuk bermain didalam mulut haechan.
Mark menjauhkan wajahnya menyudahi acara ciuman tersebut, haechan mengatur nafasnya dan memandang mark yang berada diatasnya.
Tangan besar mark ia arahkan kearah kepala haechan mengelusnya dan menyingkirkan anak rambut yang berada didahi haechan.
"Masih sakit?" Ulang mark.
Haechan mengangguk kecil membuat mark mengulas senyumnya, mengecup kening haechan sebentar lalu kedua matanya, hidung beserta bibirnya.
"Maaf, apa aku terlalu kasar semalam?"
Haechan menggelengkan kepalanya dan langsung menyembunyikan wajahnya didada bidang mark.
"Berhentilah membahasnya sialan."
Mark tertawa mendengar umpatan haechan, mendekap haechan dan sesekali mencium pucuk kepala haechan.
"Aku tahu apa yang membuatmu terbangun dari tidurmu."
Haechan hanya diam mendengarkan ucapan mark, nyatanya mark tahu segalanya apa lagi tentang dirinya dan juga semua masa lalunya.
"Tidak usah difikirkan aku baik - baik saja mark." Mark mendengus mendengarnya, dirinya langsung melepaskan pelukan keduanya dan beranjak dari ranjang menuju kearah lemari.
Memakai pakaian kantornya segera dan keluar dari kamar tanpa sepatah kata pun, haechan menghela nafasnya lalu melihat kearah figuran foto terpampang jelas didepannya.
"Kenapa kau sama sekali tidak percaya kepadaku mark? Aku sudah melupakannya percayalah..." Haechan memeluk lututnya dan menangis disana.
"Bahkan untuk menyebut namanya saja aku tidak mau.."
❧❧❧
"DUDE!"
Mark menghentikan langkahnya lalu membalik tubuhnya saat seseorang berteriak memanggilnya.
"Berhentilah berteriak eric."
Eric segera merangkul bahu mark dan berjalan kearah lift berbarengan, "You're two minutes late, eric." Eric merengut dia hanya terlambat dua menit saja sudah disudutkan.
"Ya ya aku tahu, maafkan aku."
Mark sudah duduk dikursi kebesarannya dengan eric yang berada disampingnya, "apakah ada masalah tentang proyek dikanada, eric?" Eric menggeleng singkat.
"Semua berjalan dengan lancar sesuai dengan rencanamu boss."
"good job friend." Eric tersengum sombong mendengar pujian itu. Mark membuka semua kertas - kertas yang menumpuk dimeja kerjanya dengan tatapan fokus.
"Tunggu sepertinya aku melupakan sesuatu." Ucap eric dengan mengerutkan dahinya, memandang kearah mark dan juga berkas ditangannya bergantian.
"Astaga mark!, Kau seharusnya sedang honeymoon kenapa kau malah berada disini?!" Pekik eric saat mengingat temannya ini baru saja menikah dua hari lalu.
"Bisa kecilkan suaramu itu? Kalau tidak biar aku yang mengecilkannya."
Eric langsung beringsut menjauhi mark dengan tatapan ngeri, "oh ayolah mark kau mana tega dengan teman mu ini." Mark menggidikan bahu tidak peduli.
"Jawab pertanyaan ku mark, kenapa kau malah bekerja seharusnya kau tengah berolahraga dengan istrimu itu diranjang." Ucap eric menaik turunkan alisnya menggoda.
"Kau ingin?"
Eric memandang bingung kearah mark, "ingin apa maksudmu?" Tanya eric dan itu membuat mark melebarkan senyumnya.
"Ingin mati ditanganku atau leon kesayanganku?"
Eric melebarkan matanya.
"You are indeed a monster, mark!"
Tbc
Jangan aneh ya kalo kalian nemuin nama eric diceritaku haha apalagi cerita markhyuck, karena udah nyaman ada eric kalo pair nya markhyuck