prolog(revisi)

77 50 32
                                    


Malam penuh akan ribuan bintang di sebuah naungan penuh dengan suka cita. Rumah bagi dua orang gadis penuh akan tawa namun banyak ribuan duka yang tersembunyi di dalamnya.

Hembusan angin menerpa tirai-tirai, ufuk timur telah memperlihatkan cahayanya. Sepasang netra terbuka menggeliat menatap sebuah arloji di dinding menunjukan pukul 06.43 serentak kedua kaki menapak ke bumi bergegas menuju lemari membawa sehelai kain handuk.

"Stop, jangan bergerak sampai gue hitung sampai tiga," teriak gadis yang baru terbangun dari tidurnya.

Gadis itu melakukan hal yang sama membawa sehelai kain di lemarinya. Begitu hitungan ketiga disebutkan kedua gadis itu berlari menuju kamar mandi.

Salah satu dari mereka berhasil masuk, gadis yang terbangun pertama menguasai kamar mandi sementara di luar ruangan gadis satunya terus menggedor pintu.

"Gi, lo gak adil gue udah kebelet mau buang hajat," ucapnya.

"Siapa suruh badan lo bulat Tania, larinya jadi lama udah terima nasib gue mau mandi," ledek gadis bernama Anggi Ardrilian.

Keseharian mereka tak jauh dari canda dan tawa. Selarasnya Tania hanya sesosok adik bagi Anggi karena sudah satu tahun Anggi menumpang di rumah Tania. Rupanya hanya Tania yang peduli terhadapnya dan menampung dirinya di rumah kecilnya. Tania adalah Pelindung Anggi dari kekejaman kakak Tania sendiri.

Pada awalnya Tania dan Anggi satu sekolah dengan kakak laki-laki Tania. Tania memutuskan pindah karena kakaknya berjanji tidak akan menemui Anggi lagi. Ini terjadi karena sifat kakak laki-laki Tania yang selalu arogan terhadap Anggi bahkan bertindak keras atas kehidupan Tania.

Tania yang tak suka di atur Tania yang menyukai kebebasan layaknya seekor burung yang terbang kemana saja dirinya inginkan.

Kesempatan baik yang diperoleh Tania untuk pindah sekolah karena mendapat keuntungan menembak dua burung dengan satu peluru. Hal pertama adalah janji kakaknya yang tidak akan lagi menggangu Anggi dan yang kedua mencari informasi yang sedang panas di perdebatkan, peristiwa tauran yang memakan korban jiwa.

Dari SMA Harapan Bangsa, Tania mendaftarkan diri ke SMA Bina Marga yang tak lain sekolah yang dianggap musuh bebuyutan SMA Harapan Bangsa. Dua bulan lalu, tepatnya 25 Maret terjadi tauran antara anak kelas 11 SMA Harapan Bangsa dan anak 11 SMA Bina Marga. Puluhan siswa terluka dan satu orang tewas. Perbincangan yang menjadi sorotan siswa di masing-masing sekolah.

"Anggi, buka nanti gue isi kuota lo buat nonton drakor. Gue udah di ujung," bujuk Tania.

Bruk!

Begitu pintu terbuka Tania mengeluarkan Anggi hingga terjatuh ke lantai dan segera Tania mengunci pintu.

Berbicara soal SMA Bina Marga, terdapat most wanted yang banyak di kagumi kaum hawa. Sayangnya sikap mereka keras menurut apa yang Anggi dengar dan berharap agar Tania berhati-hati. Tania sebenarnya sudah mengetahuinya namun rasa penasaran Tania lebih besar terhadap kasus seseorang yang meninggal di lokasi tauran.

"Tania, gue mau ganti baju aja. Males mandi abis mandi lo lama," ujar Anggi melangkah menuju kamar.

Selesai mandi Tania bersiap sementara Anggi menyiapkan makanan. Mereka makan dengan lahap menyantap hidangan yang disajikan Anggi.

"Lumayan, sekarang udah bisa buat nasi basi bermanfaat," cetus Tania.

Mendengar itu Anggi tersedak hingga nasi berhamburan keluar dari mulutnya. Anggi segera mengambil air minum untuk menetralkan tenggorokannya.

"Ya kali gue masak nasi basi, Tan. Kalo ada yang ganteng kayak Lee Jung seok bilang-bilang gue siapa tahu ketiban durian runtuh," tutur Anggi.

"Dih, cari kesempatan aja lo gue aja masih jomblo,"dalih Tania.

Love and enemy (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang