Unrequited Love
ditulis oleh Raingarda“Entah kita yang terlalu memaksa atau karena perpisahan memang jalan terakhir yang harus kita lalui. Karena nyatanya perbedaan kita tak akan pernah direstui oleh semesta.”—Cassie.
Seorang gadis muda tampak berlari di tengah-tengah derasnya hujan yang mengguyur daratan Nuvoleo. Ia terus berlari memasuki hutan tanpa menyadari ada sepasang mata yang menatap kepergiannya.
Cassie terhenti saat kedua retinanya menangkap sebuah bangunan klasik yang berdiri kokoh di tengah-tengah hutan, tepat di perbatasan antara wilayah iblis dan manusia. Gadis itu mengetok pintu dan mengucapkan sepatah kata --sandi-- sebelum pintu di hadapannya terbuka dengan sendirinya.
Melepas mantel yang ia kenakan, Cassie berjalan menghampiri sesosok lelaki jangkung yang terduduk membelakanginya.
“Maaf aku terlambat. Situasi pemberontakan akhir-akhir ini semakin tak terkendali, membuatku kesulitan untuk keluar.”
Apollo berdiri, menghampiri Cassie dan memberikan sebuah pelukan hangat pada gadis itu. Laki-laki itu menggenggam sejumput rambut Cassie dan menciumnya. Menghirup aroma cokelat kesukaannya, yang menguar dari rambut gadis itu.
“Pertemuan kita semakin hari kian berkurang. Apa kau benar-benar tak merindukanku sedikitpun, hm?” tanya laki-laki itu dengan suara beratnya. Apollo memundurkan sebuah kursi dan mempersilahkan kekasihnya untuk duduk.
“Bukankah itu dikarenakan acara penobatanmu yang semakin dekat? Aku tentu tak ingin membuatmu merasa semakin terbebani.” Gadis itu memasang tampang masam sembari cemberut.
“Ingin rasanya aku mengikatmu, dan tak ‘kan kubiarkan kamu meninggalkanku sedetikpun.”
Gadis itu hanya terdiam, tak mengiyakan maupun menolak. Membiarkan keheningan kembali mengisi ruang. Diambilnya secangkir cokelat panas yang telah disiapkan Apollo dan disesapnya sedikit demi sedikit.
Cassie mendongak, menatap lelaki tampan di hadapannya tanpa berkedip. Seakan mengagumi indahnya ciptaan Tuhan yang memang sengaja diciptakan hanya untuknya.
“Kenapa menatapi wajahku terus? Kagum?” lanjut laki-laki itu dengan kekehan ringan.
Cassie mengangguk mengiyakan. Sembari tersenyum sendu, gadis itu berujar, “sebentar saja. Aku ingin mengingat-ingat bagaimana rupa wajahmu jika suatu saat kita benar-benar berpisah.”
Raut wajah Apollo berubah sedikit muram. Namun, ia tetap berusaha tuk tersenyum.
“Sebentar lagi hubungan kita menginjak usia yang ke lima tahun. Apa ada yang kamu inginkan?”
Cassie terdiam sejenak. “Bagaimana jika kita menikah?”
Keduanya terdiam. Seakan-akan kalimat yang baru saja diutarakan Cassie adalah hal sakral yang tak boleh sedikitpun diutarakan. Bagaimanapun keduanya memang tak ditakdirkan untuk bersama, apalagi di tengah-tengah kedua bangsa yang saling memiliki rasa kebencian yang kuat.
Apollo Marione Cruz, seorang iblis yang merupakan pangeran mahkota kerajaan Nuvoleo --kerajaan yang memimpin bangsa iblis dan manusia-- tentu tak ‘kan mendapat izin untuk menikahi Cassie de Morge, yang notabene hanyalah seorang manusia dan tawanan akibat pemberontakan sebelumnya.
Meskipun Cassie telah mendapatkan kebebasan dari seorang saudagar kaya, gadis itu tetap tak diperbolehkan untuk menodai garis keturunan bangsa iblis Marione. Bangsa iblis yang disegani oleh banyak ras di daratan Nuvoleo.
“Apa kau sudah menemukan dalang dari pemberontakan manusia akhir-akhir ini?” tanya Cassie mencoba memecahkan keheningan.
“Belum. Ibunda bahkan memintaku untuk menyelesaikan pemberontakan ini sebelum mengangkatku menjadi raja.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Unrequited Love
काल्पनिक"Sampai kapan pun kita tak ditakdirkan tuk bersama." Cessie De Morge, gadis yang menjadi tawanan bangsa iblis ini secara diam-diam memiliki hubungan khusus dengan Apollo Marione Cruz -pangeran mahkota kerajaan Nuvoleo-. Hubungan yang seharusnya tak...