7. Genting

56 17 4
                                    




Devan menegakan tubuhnya setelah bersandar terlalu lama di dalam mobil, menunggu kehadiran Kenzy. Matanya menyisir seluruh tempat yang kini kian sepi karena semua tamu berada di dalam. Ia melirik jam di pergelangan tangannya, sudah jam 4 sore. Ia berjanji pada supir pemilik mobil yang sudah ia sogok makan di warteg itu untuk kembali sebelum petang.

Jujur saja, sebenarnya ia tidak ingin melakukan hal sejauh ini. Namun, entah mengapa perasaan nya tidak enak jika meninggalkan Kenzy pergi sendiri. Mengingat Kenzy yang menangis pada malam itu, membuat Devan yakin bahwa Kenzy sedang tidak baik-baik saja. Dia tak bisa mengantar Kenzy menggunakan mobilnya karena dia sedang dalam fase hukuman, dia juga tak tega membawa Kenzy yang sudah berpenampilan rapi menggunakan motor Rio. Oleh karena itu, ide menyogok supir yang akan menjemput Kenzy tercetus dalam otaknya.

Namun, entah hanya perasaan nya saja atau bagaimana. Kenzy tampak tidak terlihat senang sama sekali saat datang ke tempat ini. Devan menyandarkan kembali tubuhnya. Baru saja ingin menutup matanya, tiba-tiba suara gedoran di pintu mobil membuat Tubuhnya terjingkat kaget.

"Astaghfirulloh!"

"Woii! Buka pintunya!"

Devan mengerutkan keningnya, ia tidak salah lihatkan? Kenapa Kenzy keluar, dan menghampirinya.

"Kenzy? Ada apa?"

"Udah, buruan buka!"

Buru-buru Devan membuka pintu mobilnya dan membiarkan Kenzy masuk dengan nafas ngos-ngosan.

"Ada apa sih?"

Kenzy menangkap bahu Devan, kemudian menatapnya lekat. "Devan, lo adalah sahabat gue satu-satunya sekarang."

"Apaan sih?!" Devan bergidik menatap sorot mata dramatis Kenzy.

"Gue minta maaf karena nyusahin lo mulu. Tapi please! bantu gue sekali lagi."

"Hah? Iya deh. Bantu apaan?"

Wajah Kenzy sumringah, ia melepas cengkramannya. Devan menatap Kenzy serius, sambil meminum air mineral di sampingnya, ia menanti jawaban Kenzy.

"Lo harus jadi pacar gue!"

Byurrrrbb!

Wajah Kenzy basah kuyup. Tak disangkanya dia akan mendapat semburan air dari mulut Devan. Namun bibirnya masih mengulum senyum. Jika bukan karena keadaan genting, Devan mungkin sudah di UGD.

"Apa?!! lo ngomong apa barusan?"

"Lo, harus jadi pacar gue!"

"HAH?! LO-"

"Dev! Sumpah ini tu genting banget! Gue juga gak tau kalo suasananya akan segenting ini."

"Ah, ada Derren?"

Kenzy menggeleng. "Ini lebih genting dari ketemu Derren."

"Terus?"

"Lo harus ikut gue sekarang dan bantu selesaikan masalah gue."

"Sekarang?" Mata Devan mulai melotot.

Kenzy mengangguk mantap.

"Dev! Percaya sama gue, setelah ini gue bakal traktir Lo apapun yang lo mau. Dan kalo kali ini sukses, gue bakal bantuin lo biar masa hukuman lo selesai."

Tatapan Devan kali ini berubah, matanya berbinar penuh tekad. "Baiklah, aku mau jadi pacar mu saudara Kenzy." Ujarnya dengan dramatis.

"Bagus!" Kedua tangan mereka saling mengepal.

"Btw gue pake baju begini?" Tanya Devan membuyarkan adegan dramatis mereka.

"Gue udah pesenin lo baju online dari endors, jadi lo santai aja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Its Me Kenzy ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang