Chapter 19

58 5 3
                                        

Semoga di umur ke 17 tahun ini, aku benar-benar bisa memantapkan diri dan istkamah menggunakan hijab.

Ayra.

// About Readiness //

Setelah melaksanakan salat Magrib, Ayra segera bersiap-siap. Saat dia membuka lemari, hendak memilih baju yang nanti dikenakannya, tatapannya justru langsung tertuju pada sebuah paper bag yang terletak di bawah di dalam lemari. Ayra tersenyum kemudian berjongkok untuk mengambil paper bag itu.

"Hadiah dari Kak Akhtar," gumam Ayra. Namun, sesaat gadis itu terdiam kemudian memutar ulang kejadian saat di kafe mall, tepatnya di mana saat Akhtar memberikannya hadiah yang belum Ayra ketahui apa isinya.

"Demi apa? Hari ini, kan hari ulang tahun aku! Kok bisa lupa begini?" pekiknya seraya menepuk jidat dengan telapak tangannya. Namun, dalam kurun waktu sedetik raut wajahnya berubah muram. "Tapi, kayaknya nggak ada yang ingat. Mama, papa, Bang Adit, sama Kak Al sama sekali nggak ngucapin apa-apa sama aku, beda sama tahun kemarin," gerutunya seraya mencembibkan bibir.

"Emang cuman Kak Akhtar yang terbaik. Nggak ada duanya!" ujarnya kemudian meletakkan paper bag pemberian Akhtar di atas tempat tidur. Kemudian dia mulai mencari pakaian yang ingin dikenakannya.

"Aku pake baju yang mana, ya?" tanyanya pada diri sendiri seraya mengabsen satu-satu bajunya yang tergantung di dalam lemari. Detik berikutnya tatapannya langsung tertuju pada gamis hitam pemberian Kayla dulu, yang pernah dia kenakan waktu ke pondok pesantren.

"Rasanya pengen pake itu lagi, tapi aku malu," gumamnya seraya memandang baju gamis itu. Malu yang dia rasakan lebih ke merasa tidak percaya diri, walaupun sebelumnya ia pernah menggunakan baju itu.

"Duh, aku pake yang mana, ya?" Ayra menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali lantaran pusing. Padahal ada begitu banyak baju yang berjejer rapi di hadapannya, tetapi ia tetap saja merasa bingung ingin menggunakan baju yang mana.

Dalam sekejap Ayra sudah menutup lemarinya, kemudian berbalik lalu tatapannya kembali tertuju pada paper bag yang sama sekali belum dia ketahui isinya apa. Karena rasa keingin tahuannya tiba-tiba muncul ke permukaan, Ayra segera duduk di atas kasur, lalu mengeluarkan barang yang ada di dalam paper bag pemberian Akhtar.

"Baju?" tanya Ayra setelah mengeluarkan isi paper bag itu.

Ayra membuka plastik yang membungkus barang pemberian Akhtar yang ternyata berupa gamis set dengan hijabnya. Gamisnya terlihat polos dan kalem dengan warna army. Senyum Ayra seketika terbit, lalu dia mengangkat gamis itu tinggi-tinggi.

"Kayaknya Kak Akhtar kepengen banget kalau aku pake hijab. Sampai-sampai dia beliin aku kayak gini," gumam Ayra seraya mencoba baju itu juga dengan jilbabnya.

Ayra berjalan menuju cermin besar yang ada di dalam kamarnya, kemudian mulai memandangi penampilannya. Cantik dan gamis itu cocok di tubuhnya. Ayra memutar dirinya beberapa kali, entah mengapa dia sangat menyukai dirinya yang berpakaian seperti ini, ada rasa bahagia yang amat sangat besar dia rasakan.

"Masya Allah, anak Mama cantik sekali."

Seruan yang terdengar tiba-tiba itu membuat Ayra seketika menoleh dan mendapati persensi Aina yang tengah menatapnya dengan kagum. Melihat tatapan itu membuat Ayra malu, lalu menghampiri mamanya dan menutup mata mamanya dengan sebelah tangan.

About Readiness (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang