Sorot sinar matahari yang mengenai seorang cowok yang bernama Farellino. Sinar itu sukses membuatnya keren dimata orang yang melihatnya. Cowok tampan nan dingin yang banyak dikagumi oleh kaum hawa. Hanya saja dia sering insecure dengan dirinya. Memang tidak tahu diri, udah ganteng malah insecure.
Farel menyusuri sekolah yang masih sepi. Wajar saja ini masih sangat pagi untuk berangkat ke sekolah, bahkan gerbang saja baru dibuka dua puluh menit yang lalu. Cowok itu sengaja berangkat lebih awal untuk menghindari omelan ibunya. Saat SMP dulu, Farel sering banget terlambat bahkan gurunya BK sampai bosan melihatnya dihukum mulu.
Dia berjalan diantara lorong di sekolahnya. Di telinganya terpasang earphone yang selalu dia bawa kemanapun. Sesekali dia bersenandung saat reff dari lagu keluar. Sedikit info aja, cowok satu ini merupakan k-popers. Fans dari boy grup yang beranggotakan 23 bujang dan kemungkinan bertambah. Namun, hanya Farellino dan Tuhan saja yang tahu. Teman-temannya tidak pernah menyangka kalo dia adalah sijeuni.
Cowok dingin itu sangat menikmati alunan musik yang didengarnya. Sampai tidak memperhatikan ada cewek didepannya yang mendekap banyak buku. Alhasil benturan pun tak terelakkan. Bokong Farel dengan sempurna mendarat di lantai sekolah. Sedangkan si cewe masih berdiri, hanya buku ditangannya saja yang berjatuhan.
"Saranghae-! Auw," pekiknya. Rasa kaget sekaligus sakit langsung dirasakan oleh Farel. Bokongnya yang nyeri ditambah kakinya yang kejatuhan buku yang cukup tebal, perpaduan rasa sakit yang sangat pas.
Farel langsung melepaskan earphone di telinganya. Mau memarahi bahkan sumpah serapah sudah tertahan di tenggorokannya, tapi dia urungkan. Saat tahu yang dia tabrak adalah seorang cewek yang memasang wajah terkejut.
Sontak cewe berambut panjang itu terkejut mendengar kata 'saranghae' dari cowok didepannya. Karena jarang sekali cowok yang mau mengucapkan kata itu. Namun, rasa terkejutnya hanya sebentar. Gadis itu langsung mengulurkan tangannya dan berkata," sorry, sorry. Aku enggak sengaja menabrak kaka. "
Dengan cepat gadis itu mengambil buku-buku yang berserakan dilantai. Namun, gerakannya terhenti ketika tangan Farel juga ikut membantu. Suasana berubah menjadi sedikit canggung. Farel yang tanpa banyak omong langsung membantu. Sukses membuat gadis itu sedikit tersipu. Tatapan mata mereka bertemu. Gadis itu hanya diam tak berkutip ketika Farel menatapnya. Padahal cowok itu hanya ingin memastikan suara yang memanggilnya adalah kawannya.
“Farel!”
Farel langsung berdiri ketika tidak ada lagi buku di lantai. Begitu juga cewek tersebut. Sontak hal itu membuat mereka saling terbentur untuk kedua kalinya. Teman-teman Farel yang melihat pemandangan tak terduga itu hanya senyam-senyum dan sesekali meledek.
"Cie, cie ngapain tuh," celetuk Rian, teman Farel.
"Ekhem, ada yang lagi pdkt nih, uhuuyy," sahutnya yang lagi.
Farel hanya mendengus malas ketika teman-teman meledeknya seperti itu. Namun, tidak bagi si cewe. Rasa malu sekaligus salting langsung tercetak jelas di gelagatnya. Dia menghempaskan rambutnya bermaksud untuk merapikan, tapi nyatanya malah terkena wajah Farel. Saat mengetahui itu, dia langsung pergi meninggalkan Farel bersama kawan-kawannya. Sembari merutuki kecerobohannya.
“Cantik banget, Rel. Lo kenal?” ucap Rian penasaran.
“Apaan sih, gua aja kagak tahu dia siapa?” sungut Farel.
“Dih, malah sewot. Udah ah, mending kita kekelas.”
Mereka melangkah ke kelas yang untungnya tidak jauh dari mereka berdiri. Setiap langkah yang mereka lewati pasti ada candaan yang keluar. Kadang menertawakan tingkah konyol mereka sampai guru mereka pun ada di dalam topik perckapan itu. Sampai tidak sadar kalo mereka sudah sampai didepan kelas.
“Tadi siapa Rel?” tanya Rian lagi. Dia bener-benar penasaran dengan cewek tadi. Jarang-jarang Farel bisa dekat dengan seorang cewe.
“Kaga tahu, enggal kenal. Baru ketemu tadi,” ucap Farel dengan sedikit nada tinggi karena kesal di tanya dengan pertanyaan yang sama.
"Lo, engga ngajak kenalan dia? Atau minta nomer wa atau sosmednya dia gitu?" ujar Rian.
"Engga," ucap Farel singkat, jelas dan padat.
Rian hanya cengo mendengar ucapan Farel. Bisa-bisanya temannya itu menolak kenalan sama cewek. "Iya, ya, hati lo kan susah banget diluluhin sama cewek. Padahal lo udah ganteng, jadi incaran banyak cewek, apa coba yang kurang. Manfaatin dikit ke kegantengan lo," geram Rian.
“ Gua insecure, bego!” ujar Farel. Mereka sudah duduk di kursi masing-masing. Yang kebetulan mereka sebangku.
"Njir, lo yang ganteng aja insecure. Terus yang buluk sebutnya apa?" gumam Rian walaupun masih bisa didengar sedikit sama Farel. "Kalo gitu lawan lah, lo potensi buat lawannya. Bahkan potensi lo lebih besar daripada insecure lo," lanjutnya
Farel membuang nafas dengan kasar. Omongan Rian emnag tidak salah, tapi menurutnya itu belum cukup untuk menghilangkan rasa kurang percaya dirinya. "Itu engga cukup. Gue belum bisa nerima apalagi bahagiain diri sendiri. Kalo diri sendiri aja belum bisa, gimana bisa gue nerima orang lain di hidup gue."
"Ya, terserah lo dah. Kalo lo engga mau minta, mending gua aja yang minta. Itupun kalo.ketemu lagi," ucap Rian. Kayanya nasihatnya tidak berguna, jika orang yang di nasihatinnya engga ada niatan untuk berubah.
Tanpa sadar kelas mulai ramai oleh siswa yang datang. Percakapan mereka berakhir beberapa detik yang lalu. Rian yang memilih bermain game di ponselnya. Sedangkan Farel memilih tidur dengan bantalan tangannya. Padahal kelasnya sudah mirip dengan kapal pecah. Yang membuat siapa saja yang melihatnya akan pusing. Namun begitu, teman sekelasnya juga tidak ada yang peduli dengan kondisi kelas yang memperhatinkan itu.
Sekejap kelas sudah dipenuhi oleh para siswa. Farel tidak sedikit pun terganggu dengan suasana seperti ini. Teman dikelasnya juga tidak ada yang berani mengganggu tidurnya. Malah ini menjadi kesempatan emas untuk para siswi karena bisa dengan bebas memandangi wajah Farel yang menawan.
Rasa bosan menyerang Rian. Game ditangan nya terlihat sudah tidak semenarik tadi. Sedangkan teman sebangkunya sudah pergi ke alam mimpi. Akhirnya dia hanya diam tanpa tahu harus melakukan apa. Ide cemerlang hadir di kepalanya. Rian tersenyum mencurigakan ke arah Farel.
Rian bangun dari bangkunya. Dia berjalan ke belakang kelas. Mengambil salah satu sapu yang teronggok di sudut ruangan. Rian kembali ke bangkunya bersama sapu tersebut. Rian memulai aksinya, dia menggelitiki kuping Farel menggunakan serabut sapu yang dia cabut. Sedangkan sapunya dia taruh begitu aja.
Rian terus melanjutkan aksinya. Sampai si Korban terganggu. Sesekali tangan Farel menghalau serabut dari kupingnya, tapi matanya masih tertutup rapat. Cowok jail itu tak hanya menggelitiki kuping Farel. Lubang hidung Farel juga jadi korban kejailan Rian. Sontak hal itu mengundang tawa seisi kelas.
"Hacimm!”
Suara bersin dari Pangeran Kodok sukses membuat gelak tawa teman sekelasnya bahkan sampai ada yang terbahak-bahak. Di kelas Farel mendapat julukan Pangeran Kodok. Yang alasannya pun engga jelas. Namun, Farel tidak ambil pusing tentang hal itu.
"Lo lagi ngapain sih, Ian. Gua jadi malu, anjir," bisiknya yang masih bisa di dengar oleh Rian. Satu pukulan mendarat di kepala Rian. Anggap aja itu balasan dari Farel karena udah mengganggu waktu tidurnya.
Rian mengusap kepalanya yang sedikit nyeri. Dia hanya cengengesan sambil menampilkan wajah yang tidak berdosa.
Namun, tidak ada yang menertawakan kegiatan itu. Para cewek semakin tidak karuan ketika melihat wajah Farel yang baru bangun. Mereka semakin terpanah melihat mata manis Farel yang masih berat untuk dibuka. Ditambah suara berat Farel yang berdekhem, sukses membuat mereka meleleh begitu saja. Walaupun wajah Rian juga tidak kalah ganteng, tapi tidak ada yang bisa menolak pesona Farel.
Bel masuk berbunyi. Anak-anak langsung bergegas masuk dan duduk di meja masing-masing. Mereka langsung tertib begitu bel terdengar. Tidak ada anak yang dilapangan bahkan di kantin. Percakapan pun tidak terdengar lagi. Mereka semua duduk dengan benar, menunggu guru mereka datang, termasuk Farel dan Rian.
Kelas tersebut memiliki semboyan.
“Kami tidak akan meninggalkan pelajaran satu pun dan kami akan bersikap baik di hadapan guru. Karena ilmu itu mahal.”
Cukup jarang ada anak muda yang disiplin ilmu seperti ini. Biasanya anak muda seperti mereka selalu ingin melanggar peraturan yang ada. Namun, itu semua tidak berlaku pada kelas Farel. Mereka semua menjunjung tinggi peraturan yang ada. Bahkan, sangat kecil sekali mereka mau melanggar.
Terlihat kaku padahal tidak sama sekali. Mereka masih bisa bersosialisasi bahkan bercanda jika diluar jam yang disepakati. Namun, jika sudah masuk jam belajar atau jam yang menyuruh mereka fokus. Kalian akan melihat sisi mereka yang sangat ambis.
Guru datang dengan beberapa buku di tangannya. Dia juga tidak sendiri, dibelakangnya ada seorang gadis yang cantik. Yang sepertinya siswa baru. Wajahnya yang tidak seperti masyarakat Indonesia ditambah dia mempunyai rambut berwarna pirang. Membuat seisi kelas bertanya siapa gadis itu?
"Anak-anak kalian memiliki teman baru. Dia baru saja pindah dari luar negeri, silakan Clara perkenalkan diri."
Sorak-sorai meramaikan kelas. Ada yang memuji cantik, yang pasti ini didominasi oleh siswa cowok. Ada juga yang kagum karena Clara adalah orang bule. Ada juga yang kaget seperti Rian dan Farel. Mereka engga menyangka kalo cewek yang tadi mereka temui itu anak baru di kelasnya.
"Hallo, nama ku Clara Ariana. Panggil saja Clara. I'm born in California, America. Ibuku memang orang sana sedangkan ayahku asli Indonesia. Mohon kerjasamanya dan Thank you." ujarnya
"Bentar, itu cewe yang tadi pagi kan?" tanya Rian.
"Iya," jawab Farel singkat. Terkesan tidak peduli tapi dia diam-diam tersenyum simpul. "Clara ya? Nama yang cantik," gumamnya. Yang untungnya tidak ada yang mendengarnya.
"Clara, kamu bisa duduk di sana," ujar guru itu seraya menunjuk meja kosong di belakang Farel.
“Terimakasih, Bu.”
Clara berjalan ke meja yang di tunjuk oleh ibu guru. Namun, saat dia hampir sampai di mejanya. Rian bangkit dan mengambil meja Clara. Gadis itu menatap bingung kelakuan Rian. Farel memutar bola matanya males. Dia tidak tahu apalagi rencana yang disusun sama temannya itu. Rian hanya berbaik hati agar Farel bisa mengenal Clara. Dan dia tidak perlu lagi melihat Farel yang jomblo.
Dengan santainya Rian berkata, “tuan putri, silakan duduk di samping pangeranmu.”
Mata Clara membelalak mendengar ucapan Rian. Dia sedikit malu sampai pipinya memancarkan warna kemerahan. Gadis itu langsung duduk dikursi kosong sebelah Farel. Dia merasa canggung menjadi teman sebangku Farel. Ditambah dia baru ingat jika Farel itu cowok yang dia tabrak tadi pagi.
Bukan hanya Clara saja yang terkejut, tetapi juga Farel. Dia mengirimkan tatapan sinis ke mantan teman sebangkunya itu. Sedangkan Rian pura-pura tidak melihat Farel. Oh, ingin sekali Farel menonjok wajah teman karibnya itu.
"Halo Farel, aku Clara," ujar nya sambil mengulurkan tangannya. Namun, Clara menarik kembali tangannya karena Farel hanya melihat sekilas ke dirinya. Rasa canggung nya bertambah dua kali lipat, ini kedua kalinya Farel menolaknya secara langsung.
Rian sudah greget dengan tingkah Farel. Yang seenaknya menolak Clara begitu saja. Sumpah serapah sudah sejak tadi berkumpul di hatinya yang kapan aja siap ditumpahi ke wajah Farel. Disisi lain ketua kelas yang sejak tadi memperhatikan Clara hanya menahan kekesalannya kepada Farel. Lagi-lagi Farel satu langkah didepannya. Ketua kelas yang bernama Dino itu memang rival abadi Farel dari mereka masuk ke sekolah ini.
Dino selalu saja kalah dari Farel. Dia merasa dirinya lebih baik dari Farel. Wajahnya tidak kalah ganteng dari Farel. Prestasi dan nilainya saja sering saling menikung. Kadang Farel yang menjadi yang pertama atau sebaliknya. Namun, rasa iri tidak pernah jauh dari Dino. Dia selalu ingin apa yang Farel dapat, dia juga dapat.
Ibu guru memulai pelajarannya setelah tadi ada sedikit iklan. Walaupun ada siswa baru di kelasnya, pelajaran tetap dilanjutkan. Untuk Clara dia bisa meminjam catatan anak lain agar bisa mengejar pelajaran yang tertinggal.
"Ah, iya. Sedikit pengumuman, 2 hari lagi sekolah akan mengadakan lomba puisi dan setiap anak wajib mengikuti nya. Karena jika ada yang berhasil kalian akan dikirim untuk mengikuti perlombaan nasional. Jadi, ibu harap kalian sudah mulai menyiapkan puisinya."
Sorakan kecewa kelaur dari mulut siswa . Memang mereka sangat menaati peraturan, tapi untuk mengikuti lomba. Sebisa mungkin menghindar. Karena bagi mereka pelajaran di sekolah yang terpenting.
"Bu, kalo tidak ikut gimana?" tanya salah satu siswa.
"Bersihin kandang kebo disebelah," celetuk Rian
Hal itu membuat siswa lain menertawakan celetukan Rian. Dia memang sangat cocok untuk jadi seorang pelawak.Next chapter 02
Instagram Farellino
https://instagram.com/farellino.lino?igshid=YmMyMTA2M2Y=
KAMU SEDANG MEMBACA
FARELLINO
RomancePria yang tinggi dan gagah, yang membuat 1 sekolah menyukainya. Yang bernama Farellino. Tapi pria tersebut tidak ingin membuka hatinya entah sampai kapan?. Dengan sifatnya yang dingin dan sulit dimengerti, dan ada satu grub K-Pop yang dia disukai, s...