1

462 19 0
                                    


"Bunda" panggil lelaki mungil dengan suara serak, khas bangun tidur

Yang di panggil bunda menengok, melihat anak bungsu nya dengan lembut.

"anak cantik bunda terbangun?" ucapnya dengan mata teduh

"No bunda, Aksa tampan" balasnya, sambil menduduki diri.

Sang bunda hanya tersenyum manis, mengelus surai anaknya dengan sayang. Aksata menyandarkan kepalanya pada bahu bunda. ia menikmati setiap elusan yang bunda berikan.

"bunda kenapa belum tidur?, ini 'kan" Aksa berucap sambil melirik jam. Pukul 01:25 ternyata. Sangat larut.

"Bunda menunggu Ayahmu pulang sayang."

Aksa hanya mengangguk.

"tapi 'kan bun, ini benar-benar sangat larut. Aksa yakin Ayah akan menginap di kantor" ujarnya. Ia sangat khawatir pada bunda, bunda juga pasti kelelahan karna menjaga butiknya dari pagi sampai sore.

"Bunda tidak kele-

Brak!

Pintu rumah di buka kasar. Menampilkan dua manusia berbeda gender, yang satu sempeloyongan karna di bopong, dan yang satu tertatih karna menahan berat.

"Mas!" bunda berteriak histeris

Yang di panggil Mas mendongkak, dengan wajah sayu.

"sayang... Ayo main di kamarku saja" sang kepala keluarga memberi instruksi kepada sosok yang membopongnya.

Bagai di hantam belati. Hati bunda mencelos sakit, yang teramat. Aksata terpaku, melihat pemandangan di depannya dengan tatapan kosong.

"Mas tolong jelaskan mas!" bagai elegi yang memenuhi telinga Aksata. Bundanya terisak. Ia tersadar.

Ia mendekati Ayahnya. Ia ayahnya, sosok laki-laki yang Aksa banggakan sejak kecil. Aksa berucap pada dirinya, bila menjadi kepala keluarga, ia ingin seperti ayahnya. Namun, omongan itu ia tarik kembali, setelah apa yang ia lihat di hadapannya sekarang ini.

Aksa kecewa.

"Ayah?, kenapa tidak bilang ke bunda kalau mau pulang larut. Bunda belum istirahat Ayah, bunda menunggu Ayah sedari sore. Juga, sudah memasak makanan kesukaan Ayah" dengan nada bergetar ia meraih tangan Ayah untuk di salimi, seolah-olah tidak terjadi hal apa-apa.

"Aksata" bunda berucap lirih. Aksa-nya masih sangat kecil, untuk melihat pemandangan seperti ini. Tidak boleh melihat pemandangan seperti ini. Hati bunda sangat teremas.

"Bunda, ayo bantu Aksa membopong Ayah ke kamar kalian. Ayah hanya lelah." senyum ia tampilkan. Sambil membopong Ayah. Ayah hanya bergurau tidak jelas.

"berhenti" ujar sang ayah

"Berhenti ku bilang! Kau tuli hah?! Aku ingin bermain dengan Perempuanku. Bedebah!" hati Aksa mencelos. Aksa terus membopong sang Ayah.

"sayang, kenapa kau berdiam diri di situ hm? Ayo ikut ke kamarku. Kita main sampai pagi ya?" jalannya berhenti karna sang Ayah berhenti. Bagaimana pun tenaga Ayah saat mabuk, masih terasa kuat bagi Aksa.

"sayang, lebih baik kita menyewa hotel saja. Disini tidak nyaman" ucap si perempuan dengan nada kelewat santai.

Bunda tak berkutik dari tempatnya. Hanya menatap dengan lelah. Lelah akan tangisan. Lelah akan tingkah sang suami yang tiba-tiba menjadi seperti ini.

Aksata menatap mata perempuan itu dengan nyalang. Ia memejamkan kedua matanya. Sungguh ia ingin ini usai. Namun, sebuah suara menyadarkannya.

"Aku lelah bermain di hotel terus, lebih baik di rumah"

Only You Aksata (hyuckren) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang