Bab 1 [Masa Kecil]

6 2 0
                                    

Sepuluh tahun yang lalu

"Ngaji ya...kamu kan anak yang pinter, kamu harus ikhlas..." Seorang pria tua mendekatiku dan memberikanku sebuah buku yasin

"Kenapa cepet banget pa, mamah mau gimana besarin Reeva" Wanita paruh baya yang tak bisa menerima kenyataan bahwa telah kehilangan suaminya terus menangis bahkan pingsan beberapa kali

Aku menatap sekelilingku sambil berlinang air mata kemudian seorang wanita yang juga terlihat berduka itu mendekatiku

"Sabar ya va, kamu harus kuat" entah kenapa hatiku semakin sakit mendengar kata-kata itu

Aku mendekati wanita paruh baya yang selama ini membesarkanku dengan penuh kasih sayang kemudian memeluknya.

"Nek..." Lirihku

Wanita itu berbalik kemudian memelukku

"Aghhh Revaaa..." Dia menangis menjerit sebisanya, dia terdengar begitu putus asa dan hatiku terasa semakin sakit

Malam itu berlalu dengan suasana yang hening, nenekku yang ceria tak mengeluarkan suara sedikitpun dia sangat terpukul begitupun aku.

Sebulan yang lalu kami masih tinggal dirumah lama, nenek dan kakek memutuskan pindah rumah untuk menjauhi Ibu dan ayah tiriku, bukan karena ayah tiri yang jahat tapi ibuku sendiri lah yang selalu mendengarkan nafsu dan egonya.

"Kakek semalem mimpi ada pesawat yang kaya mau jatoh dikepala kakek va" lelaki berusia 66 tahun yang sakit setelah mengalami trauma itu mulai bercerita

Sejak kecil aku lebih nyaman bersama nenek dan kakek ku, tidurpun kami bertiga. Ayah dan ibuku bercerai sejak aku masih dalam kandungan mereka kemudian menikah lagi dan memilih jalan masing-masing.

"Mau ketiban uang yang banyak kali kek" ucapku

Kakek kemudian terkekeh, hari itu seperti biasa aku berangkat mengaji namun tiba-tiba aku dijemput ayah sambungku dan bilang kalo kakek dibawa ke dokter, tanpa berpikir panjang aku kemudian meninggalkan pelajaranku dan ikut bersama ayah sambungku, sebulan berlalu kakek semakin parah dan hari ini, beliau sembuh untuk bertemu Tuhan, meninggalkan aku dan nenek yang amat dia cintai melebihi dirinya sendiri.

"Nek..." Aku menghampiri nenek yang tengah membungkus beberapa makanan untuk dibagikan kepada orang-orang yang mendo'akan kakek

Nenek menatapku dan kemudian berlinang air mata, dia memelukku dengan erat jantungnya berdebar kencang seolah menolak semua kenyataan ini.

Bukankah kakek selalu bilang bahwa kakek akan selalu menjagaku? Apakah maksudnya dari jauh? Padahal aku ingin kakek melihatku berwisuda, memeluk kalian dan mengucapkan terimakasih.

Pemakaman dilangsungkan pagi hari karena kakek meninggal saat subuh, nenek pingsan saat proses pemandian kakek, hatiku sangat tersayat ya Tuhan, kenapa kau mengambil orang yang begitu menyayangiku?

***
Hari demi hari berlalu, aku dan nenek kembali tinggal bersama mama dirumah nenekku, mamaku anak satu-satunya namun dimataku mama masih sedikit labil sebagai seorang ibu, jiwa muda nya masih begitu terasa tak jarang aku dan mama bertengkar karena aku selalu merasa tidak diperlakukan seperti seorang anak melainkan musuh.

Setelah kepergian kakek nenek butuh waktu yang cukup lama untuk memulihkan kesehatan jiwa nya, namun demi aku dia selalu berusaha kuat.

"Liat nih, ini uangnya ber seri tau nenek simpennya" beliau memamerkan uang yang tertata rapih di dompetnya uang itu tidak sedikit terlihat uang baru, uang lima ribuan yang sangat rapih.

"Buat aku nek?" Tanyaku sambil terkekeh

"Enak aja, ini uang buat masa depan nenek" ucapnya

"Masa depan? Maksudnya?" Aku tak mengerti

Nenek kemudian membuka lemari pakaiannya yang sudah tua

"Nih liat" nenek menunjukkan jarik yang juga tersusun rapih di lemarinya

"Ini buat nenek pas meninggal nanti, uang ini? Ini buat sholawat" ya Tuhan hatiku tersayat begitu dalam mendengarnya nenek seolah mempersiapkan kematiannya tanpa ingin menyusahkan siapapun

Aku terdiam, terpaku tak tau apa yang harus aku katakan bahkan membayangkannya saja aku tidak bisa, aku sudah kehilangan satu orang yang amat menyayangiku bagaiamana bisa aku kehilangan nya lagi. Nenek adalah rumahku, satu-satunya dia tempat berlindungku aku tak tahu harus kemana kalo dia juga meninggalkanku.

"Kamu kalo nenek pergi, kamu ikut ayah kamu aja ya" pesannya

"Nenek ngomong apa si nek? Nenek kan tau aku gabisa sama dia nek" aku menolak

"Kamu kan tau mama mu galak, sama ayah kamu aja ya" nenek bersihkeras membujuk

"Emang nenek gamau liat cicit nenek? Aku ini butuh nenek buat ngajarin aku soal rumah tangga loh nek" ucapku

"Iya kalo ada umur ya" ucapnya

Sungguh aku tak pernag berpikir nenek akan meninggalkanku, yang aku pikirkan nenek akan selalu disampingku selama aku masih hidup. Aku bisa hidup tanpa orangtua ku, tapi aku tak bisa hidup tanpa nenekku, memikirkannya saja aku tak mau.

***
"Assalamualaikum" aku memberi salam saat masuk rumah setiap mau berangkat dan pulang sekolah

"Nenek mana ma?" Tanyaku pada seorang wanita yang tengah asik dengan gadget nya

"Dapur" sahutnya

"Nenek aku pulang"

"Nenek masak apa?" Tanyaku saat melihatnya mengelap tangannya yang basah ke pinggangnya

"Kamu tuh ya kebiasaan setiap pulang dari mana nanya nya masak apa, bukannya ganti baju dulu" ujarnya

"Iya deh nenekku, aku ganti baju dulu, suapin dong nek" pintaku

"Dasar manja" nenek menggelengkan kepalanya

Ada satu fakta lucu bahkan sampai aku lulus sekolah aku masih sering makan disuapi nenekku, karena makanan sederhanapun jika itu dari tangannya rasanya selalu nikmat.

Setelah selesai makan seperti biasa aku kembali ke kamar dan nenek biasanya pergi kerumah kakaknya yang rumahnya mungkin sekitar lima menit jalan kaki dari rumah kami, dulu kami juga tinggal disana setelah kakek meninggal kami kembali lagi kerumah ini.

Aku tidak tau apa jadinya aku jika tanpa nenek dan kakekku, selama ini aku sangat bergantung hidup padanya, aku tidak pernah memikirkan kehilangan kakek maupun nenek sampai saat itu aku kehilangan kakek, aku yakin dunia nenek terasa sangat hancur karena perhatian yang nenek kasih ke kakek sangat luar biasa, sebelum meninggal kakek selalu memakai pampers dan nenek merawat kakek dengan sangat baik, bukan hanya itu keadaan rapih dirumah itu selalu nenek yang mengerjakan, mama lebih sering keluar untuk bermain bersama temannya. Kemanapun mama pergi seperti terkadang mama pergi kerumah mertuanya untuk silaturahmi aku tak pernah ikut dan tak pernah mendengar ajakan juga darinya, aku dan nenek selalu dirumah berdua.

Pernah suatu hari saat aku SD aku ada tugas rumah pelajaran matematika, aku adalah salah satu anak yang memang berpikir lambat untuk berhitung, mama tidak sabar dan memarahiku saat itu kakek tidak terima dan bertengkar hebat dengan mama sampai kemudian mama menyusul suaminya dan tinggal disana, kurang lebih enam bulan aku sering menangis karena melihat anak-anak seusia ku menghabiskan banyak waktu dengan orangtuanya, nenek selalu memelukku saat aku menangis dan yang dia katakan hanya

"Kan ada kakek sama nenek, jadi kamu gaperlu sedih ya"

Begitulah ucapnya setiap aku bilang aku merindukan mama.

~Bersambung~

Halo readers, ini cerita kedua ku di Wattpad setelah My Ex My CEO
I hope u're enjoy this story
Jangan lupa untuk vote juga ya
Kritik dan saran sangat aku terima
Salam hangat💜 rlwlrma

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langit yang Tak Lagi SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang