Bab 2

20 0 0
                                    

"Darrell, sudah di mana?" tanya Lylia sedikit meneriaki ponsel genggam yang diapit ke telinga. Sore ini hujan deras. Para pegawai butik sudah pulang satu jam yang lalu. Ia sendiri tinggal karena masih ada beberapa desain yang harus dirapikan secepatnya.

"Iya, Ly, aku sudah di lobby, see you soon, okay?" jawab Darrell dengan nada menyebalkan dari seberang sana. Perempuan itu tersenyum miring. Biasanya waktu yang dibutuhkan Darrell untuk ke butik hanya sekitar 20 menit. Jadi lima menit sebelum Darrel tiba, Lylia sudah mengunci butiknya.

Dia menunggu di depan butik dengan payung yang digenggam di tangan kanan dan tangan kirinya menenteng tas mewah hadiah dari Luciae–atau Lulu seperti nama kecil yang diberikan Lylia–ketika berkunjung ke Jepang bulan lalu. Tapi sahabat prianya tidak kunjung datang. Hingga lima belas menit kemudian Lylia mendengus sebal. Bukan, bukan karena Darrell yang tidak pernah terlambat atau absen menjemputnya.

Tapi karena hujan sore ini sudah berhasil membasahi tas cantiknya. Jangan lupakan rambutnya yang sebentar lagi pastinya akan lepek karena tempias dari payung yang dia genggam. Dan Lylia kedinginan. Tubuhnya yang kurus dan tidak terlalu tinggi sedikit bergetar karena angin yang berhembus kencang.

Baru saja Lylia hendak berputar untuk kembali membuka butik, semua itu harus terhenti ketika seseorang menegurnya.

"Excuse, me. Do you need any help?" suara bariton yang tidak ia kenal menyambangi pendengarannya. Lylia berbalik untuk menemukan sebuah wajah pria tampan yang sama sekali tidak dikenalinya. Sontak saja Lylia mengernyit hanya dengan menatap wajah asing itu. Bukan hanya itu, logat bahasa inggris yang dia gunakan juga lucu.

Lylia mengenal logat itu. Bahasa inggris yang terbata dengan pelafalan sedikit asing dan tidak mudah untuk dimengerti adalah logat yang sering dia dengar ketika berkunjung ke Jepang. Wajah orang itu juga terlihat khas sekali memiliki darah Negeri Sakura.

"Gomen. Ano, do you need any help?" tanyanya sekali lagi. Benar saja tebakan Lylia kali ini. Lylia yang menyadari jika daritadi ia hanya mengerjap bodoh akhirnya tersentak untuk kemudian menyunggingkan senyum manis ke arahnya. Jangan lupakan binar mata itu yang selalu bersinar mengenai apapun yang berhubungan dengan negara kesukaannya.

"Ie, daijobudesu," jawab Lylia spontan. Membuat pria dengan dada bidang dan postur yang tegap itu memasang wajah terkejutnya.

"Really? Kamu terlihat kedinginan," tanya pria itu. Dia tidak menunggu Lylia untuk menjawab. Dengan sigap dia membuka jas yang dikenakan dan menutup tubuh Lylia yang sedari tadi bergetar karena kedinginan. Seketika aroma tembakau yang menempel di jas pria itu menyapa indra penciuman Lylia.

Diperlakukan seperti itu tentu saja membuat hati Lylia hangat. Pipi Lylia yang tadinya memucat sekarang bersemu merah. Tapi tunggu, dia tidak mengenal orang ini. Lylia sadar seketika membuatnya langsung menatap pria dengan raut khawatir di depannya ini.

"Anatahadare?" tanya Lylia dengan wajah polosnya. Mendengar itu pria tampan di depannya malah tertawa kecil. Sebenarnya apa yang pria ini tertawakan? Apakah ada yang salah dengan wajah Lylia?

"Tenang saja, aku bukan pembunuh bayaran atau semacamnya. Kamu hanya terlihat butuh bantuan. Aku sudah memperhatikanmu dari restoran itu sejak kamu ke luar butik ini," jelas pria itu panjang lebar. Untuk sesaat Lylia bisa bernapas lega mendengar penjelasannya. Namun sedetik kemudian pipi wanita itu kembali bersemu karena menyadari pria tampan ini sudah memperhatikannya sejak tadi. Untuk apa?

"Kamu sedang menunggu jemputan?" suara pria itu kembali menarik diri Lylia dari lamunan. Memang gadis itu masih memasang wajah kebingungannya. Namun senyum tipis tidak pernah meninggalkan wajahnya ketika berbicara dengan pria ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MiraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang